Chapter 26

3K 223 1
                                    

Jam terus berdetak dan hari terus bergulir. Seorang gadis yang tak kunjung menyadari kehadirannya ditengah sekelompok vampir yang bisa berubah jadi sangat berbahaya. Ia telah bertekat untuk mencari tahu jawaban dari rasa penasarannya yang baru berjalan seminggu ini.

Nathalie bagaikan seorang detektif yang ingin menyelidiki kematian seseorang. Ia melakukannya dengan serapi mungkin. Setelah kejadiannya bersama Harry seminggu yang lalu, ia akhirnya sadar untuk mencoba mencari tahu semuanya sendiri.

"Ini baru awal—aku harus mencari tau tentang hal itu." gumam Nathalie dalam hati. Gadis itu terduduk sendirian di sudut cafetaria sembari memainkan jemarinya di permukaan meja. Hari ini kelas Nathalie keluar lebih awal karena baru saja melakukan observasi di kebun biotik milik sekolah.

"Kau sedang memikirkan sesuatu, Sweetheart?" Nathalie lantas mendongakkan kepalanya sedikit terkejut. Tapi ia langsung tau bahwa seorang yang menyapanya itu adalah kekasihnya.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

Liam menaikkan sebelah alisnya dengan memberi pandangan apa-yang-kau-inginkan-dariku?

"Bolehkah aku main ke flatmu?" pintanya.

Nathalie mengamati perubahan raut muka kekasihnya itu. Liam segera duduk tepat di sebelah Nathalie lalu tersenyum tipis. "Apa yang ingin kau cari di flat?"

Deg...

Jantung Nathalie memompa 2 kali lebih cepat. Liam dengan kalimat yang baru saja ia ucapkan membuat Nathalie bergidik ngeri. "Apakah Liam bisa membaca pikiranku? Hell no!" gumamnya dalam hati.

"Hey! Aku akan mintakan izin pada teman-temanku dulu. Mereka juga penghuni flat, jadi aku juga harus menghormati privasi mereka."

Nathalie lantas menghembuskan napas lega. "Tanya kan pada mereka, Babe. Please." Nathalie memohon dengan puppy eyesnya. Liam mencubit hidung Nathalie pelan lalu mereka terkekeh bersama.

"Kau tunggu sebentar. Aku akan tanyakan pada yang lain. Kalau perlu, pulang sekolah kita langsung ke flat." Liam menyeringai, lelaki itu lantas berjalan dengan langkahnya yang terarah.

"Lou!" seru Liam. Sesosok lelaki dengan jaket merah dan kacamata coklat yang masih melekat menutupi matanya langsung menoleh pada sosok Liam. Ia mendongakkan kepala sejenak, "Ada apa, dude?" sergahnya.

"Dimana yang lain? Aku butuh kalian sekarang." sahut Liam, lelaki itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru sekolah berusaha mencari keberadaan teman-temannya yang lain.

"Zayn, Harry, Niall. Kami disini." Tukas Zayn dengan serigai tajamnya. Liam menganggukkan kepalanya pelan lalu tersenyum sekilas. "Ada perlu apa, dude?"

Mereka semua menajamkan indra pendengarannya dan bergerombol menjadi satu. Biasanya saat mereka sedang bersama dan ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting, mereka memilih untuk saling menyalurkan pemikiran mereka atau biasa dikenal dengan hubungan telepati.

"Nathalie ingin pergi ke flat. Apa kalian membolehkannya?"

"Bukankah itu suatu yang membahayakan Li? Aku tak setuju!" sahut Harry.

Zayn, Niall dan Louis sempat mengedarkan pandangannya lalu menjawab dengan serentak. "Kami setuju."

"What the hell is that?" Harry berdecak pelan. Serentak mereka menegakkan badan dan saling memandang kearah Harry.

"What's wrong with you, dude?" Liam mulai membela, ia beralih tepat disebelah Harry dan menarik lengannya perlahan. Liam tau, Harry tak seperti ini bahkan awalnya ia sempat bertemu dengan Nathalie sehingga gadis itu menitipkan sekotak cupcake padanya.

"I won't let her know about our forbidden secret." tegas Harry, matanya berubah menjadi warna biru kehitaman.

"That can't be happen if you just shut up your mouth and stay away from your 'vampire attitude'. You Harry, just stay at your 'human attitude' and everything will be fine." Louis berusaha menghembuskan napasnya perlahan. Ia terlihat sedikit emosi hari ini.

Liam menatap Louis lekat, ia tak percaya dengan sikap Louis yang berubah jadi sedikit berlebihan. Bukankah seharusnya Liam yang membela Nathalie? Kenapa kali ini justru Louis?

"Fuck off! Aku hanya ingin mempertahankan apa yang selama ini kita jaga. Kau gila jika membiarkan gadis itu tau semuanya! Bahkan Danielle tak mengetahuinya sampai akhir hayat. I'm just trying to be save—save our life!" nadanya meninggi, Harry menundukkan kepala sambil mengusap tengkuknya perlahan—lebih tepatnya frustasi.

Louis menyeringai lebar. Ia sengaja melontarkan kalimat ketus itu agar Harry menyadari bahwa suatu saat Liam pasti akan mengajak Nathalie ke flat dan mungkin akan melakukan hubungan yang lebih serius lagi. Lelaki itu tak menginginkan adanya pertikaian diantara mereka berlima, terlebih antara Harry yang notabene sahabat dekatnya dan Liam yang notabene pemimpin dari kelompoknya.

"3 lawan 1. Nathalie berhak ikut ke flat." Louis menyeringai penuh kemenangan sementara Harry mendongakkan kepala menatapnya penuh dengan kemarahan.

"Terserah kalian." Harry langsung berbalik badan dan melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah.

Mengetahui hal itu, Liam langsung bertindak. Ia menyusul langkah Harry dan menghentikan lelaki itu.

"Aku tak ingin membuatmu marah atau merasa terganggu. Percayalah Haz, aku hanya ingin meminta kepastian."

"Hmm—" Harry berdeham sambil menganggukkan kepalanya pelan. Tak ada respon lain lantas ia melanjutkan langkahnya.

"Aku mohon Hazz, biarkan Nathalie datang ke flat. Aku janji, ia tak akan tau rahasia itu."

Harry memutar bola matanya sarkastik lalu terkekeh dengan nada yang mengejek. "Aku tak mau tau jika ia sampai membongkar rahasia itu. That's your mistake."

Lalu ia melangkahkan kakinya lagi, Liam masih terdiam menatap punggung Harry yang kian lama makin menghilang  dari pandangan. Kemudian lelaki dengan predikatnya sebagai pemimpin kelompok itu mengubah arah dan berjalan kembali ke kantin untuk menemui kekasihnya.

"Lemme tell you." Louis menghampiri Harry dengan kekuatan vampir yang ia miliki. Harry menolehkan kepalanya, matanya memutar perlahan menatap lelaki dihadapannya.

"Once again and let me go. I don't need your fucking clarification." tukasnya ketus.

"Aku tak ingin melihat adanya pertikaian diantara kita. Suatu saat Nathalie akan tau tentang siapa kita. Cepat atau lambat Hazz—tanpa kau berusaha menutupinya."

"Huh." Harry mendesah pelan, ia menatap mata Louis dalam sebelum berucap, "Aku tak ingin ia tau tentang kita. Kau dan aku bahkan teman-temanmu itu adalah monster yang menyamar jadi manusia baik hati. I won't hurt her because I love her with all my heart. Stop ruin my life!" warna matanya berubah hitam kelam, penuh dengan kemarahan dan kekecewaan.

"Kau dan Liam tak akan melakukannya, dude. Kalian mencintai Nathalie. Ingat itu!" seru Louis lantas ia berjalan pergi meninggalkan Harry yang sedang tertunduk merutuki jalan hidupnya yang berubah rumit.

Harry membanting tas ranselnya ke lantai. Punggungnya langsung tersandar ke tembok, ia terduduk dengan tangannya yang mengusap tengkuk dengan frustasi. "I hate you." gumamnya pelan sambil menjambak rambutnya frustasi. Harry tengah menahan emosi yang memuncak dalam dirinya—lebih tepatnya sebuah rasa kecemburuan yang sangat besar pada sahabatnya sendiri.

»»»»»»»»»»»»»»»«««««««««««««««


Can I get 25+ votes from this chapter?


~Big hug, Mrs. Payne {}

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Where stories live. Discover now