Chapter 2

6.9K 468 7
                                    

Dua sahabat sedang berjalan melewati setiap jengkal keriuhan di sekolah. Sehabis pesta prom semalam, gadis-gadis di sekolah biasa bertemu dengan pangeran yang mengajak mereka berdansa semalam.

"Viola." suara nyaring dan terdengar akrab ditelinga dua sahabat itu. Viola menolehkan kepalanya pada seseorang itu.

Mereka bisa melihat sosok Justin yang berdiri sembari menatap Viola genit.

"Justin?" Nathalie mendesah pelan sementara Viola terdiam dan terperangah menatap sesosok lelaki tampan dihadapannya.

"God damned Viola! You got it, He's Justinmy first love." Lirih Nathalie dalam hati.

Nathalie menyadari bahwa sosok yang mengajak Viola kemarin adalah Justin Bieber. Lelaki manis dan tampan yang ia idam-idamkan sejak dulu.

"Hey girls!" sapanya ramah dan mendekat menghampiri Viola dan Nathalie.

"Justin? Is that you?" tukas Viola tak percaya.

Justin mengangguk pasti. "Aku pasangan dansamu semalam. Dan bolehkan aku bersama denganmu untuk hari ini? By the way—apa jam pelajaran pertamamu?"

Viola memutar bola matanya kearah Nathalie memberi pandangan bolehkah-aku-pergi-dengannya?

Akhirnya dengan rasa berat hati, Nathalie mengangguk mengiyakan sementara Viola tersenyum bahagia. Nathalie akhirnya berjalan sendirian menuju kelas pertamanya, kelas aljabar.



~Nathalie Pavin's POV~

Kami memalingkan wajah menatap lelaki yang memanggil Viola dan ternyata lelaki itu Justin. Namanya Justin Drew Bieber, ia cinta pertamaku sejak di Junior High School.

Ia tampan, dengan tubuh atletis dan garis tubuhnya yang tegap. Ditambah mata hazel dan rambut brunette. Siapa tak menyukai lelaki sesempurna Justin?

Tak ada satupun orang didunia ini yang yau bahwa aku pernah menyukainya. Bahkan aku tak pernah menuliskan sesuatu tentangnya. Itulah sikap buruk yang aku punya, sebagai tipe gadis yang cenderung tertutup dan memilih untuk menyimpan semua rahasia besarku rapat-rapat.

Sekarang lupakan soal Justin. Mungkin sekarang ia telah bahagia bersama Viola. Lagipula aku yakin ia tak pernah membalas rasa cintaku.

Aku melihat ke sekeliling sebelum memasuki kelas. Kelompok anak kelas 12 itu sedang berjalan bersama. Seperti biasa, Niall berjalan bersama Sarah dan Zayn berjalan bersama Perrie, mereka terlihat sangat serasi.

Tapi tunggu. . . Ada sesuatu yang mencolok saat aku menatap salah satu dari mereka. Pin bunga milikku! Liam mengenakan pin itu?

What the hell is going on? Are you freaking kidding me?

Sesuatu yang aku takutkan benar-benar terjadi. Aku tak menyukai mereka dan akhirnya salah satu dari mereka berhasil mencuri ciuman pertamaku?

Tanpa basa-basi aku langsung melangkah menghindar dari mereka. Kelas aljabar akan dimulai 5 menit lagi.

**

Sungguh membosankan. Akhirnya aku datang sendirian dan duduk tanpa seorang teman di cafetaria. Biasanya Viola duduk bersamaku tapi hari ini tidak, ia memilih duduk bersama Justin.

"Boleh aku duduk disebelahmu?" tukas seseorang disana dengan nada dinginnya. Tiba-tiba saja aku bergidik ngeri. Aku harap ini bukan suara salah satu dari mereka. Tapi telingaku akrab dengan suara ini.

Akhirnya aku mendongakkan kepala kearahnya dan benar saja, Liam tersenyum menyeringai kearahku. "S-s-sure." tukasku tersendat sambil mengangguk kearahnya.

"Kau masih ingat aku kan?" tukasnya lagi. Aku masih menatapnya tak percaya. Ia persis seperti semalam. Warna matanya coklat keemasan.

"You stole my first kiss at my 17th." bisikku sangat lirih bahkan aku sendiri tak dapat mendengarnya dengan jelas.

"Yes I am. I got your first kiss at your 17th. Isn't right?" aku mengucapkannya lirih, tapi kenapa ia bisa mendengarku?

"Please, don't say anything again." aku yakin sekarang pipiku telah merona.

"And you look so cute." ia berbisik padaku dan membuatku membeku.

"I don't say anything if you want to dating with me." pintanya. Aku membulatkan bibirku dan menatapnya tak percaya.

"What?" tukasku dengan nada tinggi.

Liam mengangguk pelan, "Hanya itu saja. Toh itu tak akan membuatmu malu kan?"

Gila.. Itu tak hanya membuatku malu, aku membencimu Liam! Dan sahabat-sahabatmu itu. Tapi kenapa kau tiba-tiba datang dan merusak segalanya?

"I can't." sergahku kemudian.

"Why?" tukasnya lalu memainkan sebotol minuman digenggamannya.

"Liam bodoh! Haruskah aku menjelaskan bahwa aku membencimu?" gumamku dalam hati.

"Aku tau bahwa kau adalah murid yang cukup terkenal disekolah ini. Kau dan keempat temanmu itu Li, jadi aku tak ingin semua orang disekolah ini 'membicarakan soal kita berdua'." tukasku langsung. Liam menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku mohon, jangan sekarang." pintaku lagi. Baru kali ini aku memohon-mohon pada seseorang yang baru aku kenal.

"Jadi sekarang kau menolakku?" tukasnya seraya bangkit dari duduk dan menatap mataku, ketika itu matanya berubah lebih gelap.

Aku melihat kesekeliling dan mendapati tatapan tajam yang menjurus kearahku. Sekilas aku melihat tatapan dari Viola dan Justin, gadis itu menatapku heran.

"Ya." aku mengangguk.

Liam kemudian pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Well—aku heran dengannya. Pertama karena Liam dan sahabat-sahabatnya itu tak pernah bergaul dengan siswa lain dan lebih memilih untuk bergabung dengan kelompoknya. Kedua, secara tidak langsung ia telah memaksaku untuk berkencan dengannya. But, I don't care....









-------------------------------------

Please give me your VOTE.. 5+ VOTE ;)

~Big hug, Mrs. Payne

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Where stories live. Discover now