Chapter 32

2.7K 212 4
                                    

~Nathalie Pavin's POV~


Coba tebak apa yang aku lakukan sekarang? Well, mulutku ternganga lebar setelah mendengar penjelasan singkat dari Liam. Lelaki itu masih terduduk tepat di sampingku—dengan matanya yang berubah jadi hitam pekat dan tatapan penyesalan yang dalam.

"Aku sudah cukup mendengar ceritamu. Itu sangat mengerikan dan mengharukan." aku memutar mataku kearahnya, Liam masih saja diam sebelum akhirnya balik menatapku.

"Aku masih membenci Jack. Aku ingin membunuhnya, tapi rasanya—terlalu munafik."

"Kenapa?" tanyaku penasaran.

"Aku sebangsa dengannya. Itu artinya aku sama-sama butuh darah dan kebutuhan akan darah itu benar-benar menyiksaku pada tahun pertama. Well, aku akhirnya sadar bahwa Jack cukup bijak dengan kata lain ia memanfaatkan kelebihan yang dimilikinya untuk mendapatkan buruan. Tak setiap minggu ia mencari buruan, bahkan ia hanya berburu untuk sekali dalam setahun."

"Bagaimana dengan keluargamu? Ayahmu, Adam, dan Nicola?"

"Jack tak menyentuh mereka sama sekali. Aku pergi dari rumah setelah kejadian itu—sampai sekarang aku tak pernah kembali."

Aku menelan ludahku dengan rasa mengganjal diselanya. Jadi intinya Liam menjadi vampire karena salah satu dari mereka membunuh ibunya kemudian ia balik dijadikan vampire agar merasakan penderitaannya?

"God bless you Li," tuturku. Saat itu juga aku menegakkan badan, menatap setiap jengkal anugrah Tuhan yang berada bersamaku. Garis wajahnya sempurna dan tanpa cela meskipun aku menyadari ia punya perbedaan—kelebihan dan kekurangan.

"Aku bisa menemanimu tiap malam disini." sahutnya.

Jadi selama ini, apa yang aku baca di novel bisa terwujud? Apa Liam sama seperti Edward? Ah—hal itu makin membuatku penasaran.

"Ceritakan vampire ability apa saja yang kalian miliki?" desakku.

"Jangan bocorkan rahasia ini ada siapapun." desisnya. Aku berusaha untuk menelan ludahku sekuat tenaga. Well ini rahasia besar antara diriku, Liam dan sahabatnya.

"Harry bisa membaca pikiran, Louis bisa memberi penglihatannya pada orang lain, Zayn membaca masa depan, Sarah sama seperti Zayn tapi masih satu tingkat dibawahnya, Perrie punya kelebihan untuk memberikan rasa sakit pada orang yang ia kehendaki sementara aku—kelebihanku adalah mengubah alur pikiran."

Aku terduduk diujung ranjang dengan tatapan tak percaya. Selama ini Liam memyembunyikan rahasia besar dariku. Ini gilasungguh! Aku ingin menariknya keluar dari drama memusingkan ini dan hidup bahagia bersamanya. Apa mungkin jika kehidupanku nantinya akan makin rumit dan tak ada celah untuk keluar darinya?

"Tenanglah—aku dan Harry tak bisa membaca pikiranmu."

Liam mengulurkan tangannya padaku seakan ia mengajakku untuk duduk lebih dekat dengannya.

"So, apa rasa cinta itu masih ada dalam dirimu? Maksudku—aku berbeda darimu."

Aku sempat terhenti. Mulai berpikir bahwa akankah kisah cintaku benar-benar seperti apa yang ada dalam novel Twilight? Tapi tanpa harus mengacu pada satu hal itu, aku mencintai Liam tanpa syarat. Sejujurnya bahkan aku rela mati untuk Liam atau mengorbankan darahku untuk kekasihku itu. Soal apakah aku akan berakhir seperti Isabella Swan atau tidak—itu urusan belakangan, yang jelas aku menerima Liam apapun keadaannya.

"I love you with all my heart." aku memberanikan diri untuk menatap matanya yang menurutku sangat indah.

"Kau yakin? Harus kau tau Nathalie, aku adalah budak dari keabadian, dan para manusia itu adalah budak dari keyakinan. Termasuk kau."

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Where stories live. Discover now