Chapter 19

3.8K 258 5
                                    

Nathalie mengusap keningnya yang terasa nyeri. Semalam ia tak sengaja membenturkan kepalanya pada pintu kamar. Sembari menatap bunga lily pemberian Liam semalam, ia memulas senyum manisnya. Berharap jika suatu saat kejadian itu akan terulang kembali.

Nathalie menantinya lagi. Perasaannya seakan mengelak bahwa dirinya pernah membenci Liam. Nathalie sadar, ia kena karma.

Sekarang hatinya berpihak pada Liam. Bukan lagi pada kegiatan sekolah yang menumpuk dan pikirannya soal masa depan sebagai seorang master pada bidang sastra. Ia terlalu terobsesi pada impian-impiannya. Wajar memang, tapi semuanya tak akan selalu berjalan mulus seperti yang diharapkan bukan?

Nathalie mengambil setangkai bunga lily dari vas dan menghirup aromanya dalam-dalam. Kini perasaannya tenang dan damai. Ia tau Liam menaruh kepercayaan padanya, suatu saat Nathalie berharap lelaki itu menyatakan perasaan cinta padanya. Terlalu cepat? Tidak, Nathalie ingin semua yang terbaik untuknya.

Gadis itu tau resiko yang akan ia tanggung. Pertama, dirinya merasa bersalah karena membenci Liam dan kelompoknya. Kedua, ia akan kehilangan sesuatu yang telah mati-matian ia lakukan sebut saja membangun image sebagai gadis pandai yang selalu mengisi nilai tugas tepat waktu. Dan ketiga, Nathalie akan sakit hati ketika tiba-tiba Liam meninggalkannya dan hanya memberi harapan semu.

Entahlah, sekarang yang ada dalam pikiran gadis itu hanya membayangkan bagaimana hubungan itu akan berjalan selanjutnya.

"Morning Nathalie." sapa Mom dengar senyum manis yang merekah di kedua sudut bibirnya.

"Morning Mom," Nathalie lantas mengecup pipi Mom dengan lembut. Lalu beralih lagi pada Dad. "Morning Dad," dan yang terakhir tentu saja kecupan hangat di pipi untuk Katrina. "And morning my sista."

"Kau tampak sangat ceria pagi ini Nath! Oh lihat—ada apa dengan keningmu?" tanya Katrina tampak khawatir.

Nathalie langsung berlari kedepan kamar mandi di lantai bawah dan mematut bayang dirinya di cermin. Ia memperhatikan luka memar pada keningnya, memang terasa nyeri tapi ia pikir itu tak meninggalkan bekas sama sekali.

"Apa Mom punya obat untuk keningku? Ini sungguh menyebalkan." keluhnya sembari terus memegangi kening saat berjalan kembali ke ruang makan.

"Ambil saja di kotak P3K Sayang, krim untuk luka memar. Ada di bagian paling bawah." tukas Mom. Nathalie langsung bergegas mengambil krim dan mengoleskan secukupnya pada kening.

Tak ada suara klakson mobil. Tapi ia menyadari bahwa Liam sudah menunggunya di depan. Tepat pukul 7:40AM gadis itu segera kembali ke ruang makan setelah mengobati lukanya. Tanpa basa-basi, ia meneguk segelas susu sampai tandas dan langsung berpamitan pada kedua orang tuanya dan juga kakak perempuannya.

Mom berdecak kesal saat Nathalie berangkat dengan tergesa dan melewatkan sarapan paginya bersama keluarga. Tapi Mom memahami bahwa Liam telah menunggu anak gadisnya.

"Morning My Sweet. Sudah siap berangkat hari ini?" tanya Liam dengan manis. Lelaki itu menunjukkan seringainya lalu membukakan pintu untuk seseorang yang ia sayangi, siapa lagi kalau bukan Nathalie?

**

"Nanti, aku akan mengajakmu makan siang bersama para sahabatku. Kau tak keberatan kan?" tanya Liam ketika mereka berdua berjalan beriringan melewati koridor menuju kelasnya masing-masing.

"Kau yakin? Maksudku—"

"Apa? Mereka baik Nath. Mereka akan menerimamu, tenang saja." potong Liam. Ia mengelus lembut pundak Nathalie. Gadis itu lalu mengangguk mengerti.

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang