Chapter 33

2.8K 212 5
                                    

~Harry Styles's POV~


Aku tengah terpaku menatap sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat Nathalie yang masih sibuk dengan setumpuk pekerjaan. Liam masih ada urusan di Music Room sehingga ia tak dapat menanti kekasihnya. Jam seakan berhenti berdetak padahal tinggal 5 menit lagi bel makan siang berbunyi.

Bel makan siang pun berdering, tak berapa lama setelahnya aku meliat sosok Nathalie yang keluar dengan senyum manisnya. Matanya mengedar mencari sesuatu yang harusnya ia temukan disini. "Nathalie?" mata coklat keabuannya yang indah menatapku dengan canggung.

"Harry? Sejak kapan kau disini?"

Tanganku meraih sebelah tangannya dan menarik gadis itu sedikit menjauh dari kelasnya. "Liam tak bisa menantimu kerena sedang sibuk di Music Room sementara aku yang akan mengajakmu kali ini. Sebelum ke cafetaria, ada satu hal yang ingin aku bicarakan."

Gadis itu memberi tatapan katakan-saja-dan-kita-segera-pergi.

"Kau benar tau tentang semuanya?" lirihku sangat pelan.

Ia mengangguk. Hanya jawaban singkat itu sebelum akhirnya ia menarikku menuju kafetaria.

Semua sudah bersiap ditempat masing-masing kecuali Liam. Nathalie dengan senyumnya yang manis menyapa satu per satu sahabatku dari kejauhan. Kami memang sengaja mengajak Nathalie untuk membicarakan tentang rahasia itu. Selain ia tau tentang rahasia kami, ia juga harus tau resiko apasaja yang akan ditanggung bila rahasia itu bocor. Ini menyangkut hidup dan mati kelompok kami.

"Senang bertemu denganmu Nathalie. Dan bagaimana bisa kau datang bersama Hazza?" sapa Louis. Ia menatap kearahku dan yakin bahwa ia sedang menyembunyikan sesuatu yang serius dari pandangan matanya.

"Hazza?" Nathalie mengulang nama panggilan yang diberikan Louis padaku.

"Oh Nath—mereka biasa memangilku dengan sebutan Hazza." sergahku. Ia terkekeh lalu mengambil tempat duduk yang kosong.

"Ada beberapa hal yang ingin kami bicarakan." sahut Zayn. Lelaki itu selalu menjadi pemimpin kedua setelah Liam. Pembawaannya yang dingin dan bijak dalam mengambil keputusan membuat lelaki itu pantas menggantikan sosok Liam sewaktu-waktu.

"Soal apa? Yang kemarin?" tanyanya seakan berhasil membaca pikiran kami. Semua mata terfokus padanya berusaha untuk mendesak gadis itu segera menjelaskan apa yang telah ia ketahui semalam sementara Nathalie masih terdiam.

"Well, aku tau tentang siapa kalian yang sesungguhnya. Meskipun aku menyimpulkannya terlalu cepat, tapi aku benar. Aku tau kalian tak makan, bernapas, tidur, dan kalian abadi."

Yang lain menghembuskan napas beratnya.

"Aku pikir kalian mahir menyembunyikan identitas. Bagaimana cara kalian menghembuskan napas?" tanya Nathalie sementara yang lain tertawa geli.

"Soal gampang. Kami masih punya paru-paru Nath. Lagipula bernapas tak membuat kami musnah." tutur Louis sambil terkekeh.

"Cukup. Aku langsung ingin membicarakan ke inti." sergah Zayn melerai. Suasana yang tadinya santai berubah jadi tegang.

"Ada pembicaraan serius rupanya." Dan Liam tiba sembari menepuk pundakku dan Zayn bersamaan. Lelaki itu lantas beralih pada Nathalie yang memulas senyum manisnya. Mereka saling melempar pandangan penuh arti sebelum akhirnya Liam mengecup bibir Nathalie dengan lembut.

Andai aku bisa memisahkan mereka berdua, aku akan menarik Liam dan menjauhkannya dari Nathalie. Sungguh!

"Oh dude. . ." Zayn mendesah pelan. Ia merasa terganggu dengan kedatangan Liam yang tiba-tiba disaat ia ingin mengatakan permasalahannya. Tapi setidaknya kedatangan Liam membuatnya tak lagi susah payah menjelaskan.

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Where stories live. Discover now