BAB 26 : Merelakan

428 52 4
                                    

"Anna, lo nggak mau pulang?" tanya Elang yang duduk di sampingnya. Sekarang, hanya tinggal ada Anna dan Elang saja. Teman-teman Anna pulang terlebih dulu. Sedangkan Bayu dan Vigo sedang keluar mencari makan.

Anna sebenarnya sudah dibujuk untuk ikut mereka pulang. Tetapi siapa yang tidak tahu sikap Anna? Dia tetap bersikeras menunggu Alvaro. Dia tidak akan pulang ssbelum Alvaro sadar dari komanya.

"Kak Alvaro bisa sembuh kan, Kak?" Tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Anna. Pertanyaan yang benar-benar mengganggu pikirannya.

"Kita berdoa aja semoga Alvaro bisa sembuh dan cepat sadar," ucap Elang pelan dan tenang. Tangannya pun mengusap punggung Anna pelan.

Dia berharap agar temannya cepat sembuh. Tetapi jika mendengar penjelasan dari Bayu yang mengatakan bahwa keadaan Alvaro semakin memburuk. Hati Elang melocos. Dadanya pun terasa sakit. Hanya ada beberapa persen harapan temannya bisa sadar dan sembuh dengan bantuan medis. Sisanya, hanya takdir yang menentukan.

Elang sempat menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa ia tidak mencegah Alvaro ketika akan pergi? Kenapa dia membiarkan temannya menyetir dalam keadaan kalang kabut. Berantakan dan setengah sadar. Sungguh, semua ini salahnya.

"Aku boleh masuk lagi?" tanya Anna sembari menoleh ke arah Elang. Elang hanya mengangguk seraya menarik sudut bibirnya untuk tersenyum.

"Masuk bareng, ya, Kak."

Sempat tertegun sebentar kala Anna mengajaknya masuk bersama. Namun Elang pun menyetujui dan berjalan masuk di belakang Anna. Sampai di dalam, ia memilih duduk di sofa dan Anna berjalan mendekat ke arah brankar lagi. Duduk di kursi yang sejak tadi berada di sana.

Anna menarik ujung bibirnya membentuk lengkung kecil kala melihat wajah tenang laki-laki itu. Tatapan tatapan tajamnya tidak ada disana. Pun dengan wajah tegas dan dingin.

"Kak, bangun dong. Lo nggak capek tidur terus?" tanya Anna dengan polosnya. Dia sudah tidak menangis lagi. Toh, menangis pun tidak membuat Alvaro bangun dari tidur panjangnya.

"Lo nggak kangen sama gue? Gue daritadi di sini lho."

Anna terus berbicara dengan seseorang itu tanpa ada beban. Sesungguhnya, hatinya benar-benar sakit melihat seseorang yang dia sayang terbujur di ranjang rumah sakit ini.

"Kak, gue mohon sama lo. Setidaknya buka bentar aja nggak papa, deh," ucap Anna pelan. Dia hanya ingin melihat Alvaro sadar dan melihat dirinya sekarang.

***

"Anna." Anna bangun dari tidurnya ketika nama dan badannya di goyangkan oleh seseorang. Dia mengerjap beberapa kali untuk mengembalikan nyawanya.

"Kak Alvaro udah bangun?" Ketika menoleh ke samping, Anna terdiam. Alvaro belum bangun dari tidurnya.

"Lo harus pulang," kata Elang memecahkan lamuman Anna. "Setidaknya, lo tidur di rumah. Jangan di sini."

"Tapi gue mau jadi--"

"Lo bisa jenguk Alvaro kapan aja," sahut Bayu yang membantu membujuk Anna agar mau pulang ke rumah. "Pintunya selalu terbuka untuk lo."

Anna menatap teman-teman Alvaro dalam diam. "Yaudah."

Seketika wajah mereka berubah sumringah. "Beneran mau pulang?"

Anna mengangguk lemah. Ia mengambil tasnya lalu menatap Alvaro cukup lama. Dalam tatapannya Anna seperti meminta izin untuk pulang ke rumah dan jaga diri baik-baik. Selepas itu, Anna kembali menatap teman-teman Alvaro.

"Pulangnya?"

"Dia udah nunggu di luar."

***

About Time ✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora