BAB 17 : Time

632 99 30
                                    

Alvaro dapat menjawab pertanyaannya yang bahkan tidak ia sebutkan. Hanya ia tanyakan dalam hati. Sungguh, sikap dan tingkah seniornya membuat ia menjadi gila dalam sekejap.

Alvaro kembali menjalankan mobilnya. Namun tidak mengarah pada rumah Anna. Sadar akan jalan berbeda, Anna menatap Alvaro.

"Ini bukan jalan ke rumah gue."

"Emang bukan," jawabnya santai tanpa rasa bersalah.

"Kok gitu, sih? Gue mau balik sekarang."

"Gue pasti bakal anterin lo balik. Tapi sebelumnya, lo harus nemenin gue makan."

Tidak butuh waktu lama, mereka telah sampai di sebuah warung pecel lele yang cukup terkenal di daerah sini. Alvaro kemudian memarkirkan mobilnya dan mematikan mesin. "Ayo turun."

Yang diajak bicara pun masih saja diam sambil menatapnya. Membuat Alvaro mati kutu ditatap oleh Anna. Alvaro pun berdeham untuk menghilangkannya dan mengubah raut wajahnya menjadi cuek.

"Kenapa?"

"Gue juga laper. Tapi..."

Alvaro memiringkan kepalanya saat kepala Anna memiring. "Tapi?"

"Gue nggak doyan lele," rengeknya seketika. Membuat Alvaro menegakkan kepalanya kembali. "Gue temenin makan apa aja, deh. Asal jangan lele."

"Emang pernah coba?" Anna menggelengkan kepalanya.

Setiap orang pasti berbeda-beda. Ada yang suka dengan lele dan ada yang tidak. Sayangnya, Anna termasuk kategori yang tidak suka dengan lele. Awalnya, Anna merasa biasa saja dengan ikan tersebut--walaupun Bundanya atau Bi Ijah tidak pernah membeli ikan lele. Tetapi ketika tidak sengaja mendengar bagaimana buruknya hewan tersebut dari orang lain. Seketika membuat Anna menjadi tidak suka.

"Yaudah. Coba dulu."

"Nggak mau!"

"Nanti kalau nggak suka baru kita pindah tempat."

"Beneran?"

Alvaro mengangguk sebagai jawaban. "Hapus itu air matanya. Cuma gitu doang nangis." Setelahnya, ia turun lebih dulu tanpa membukakan pintu untuk Anna.

"Jahat."

****

Mereka telah duduk di salah satu sudut warung tersebut. Anna tahu kalau warung pecel lele ini sangat terkenal. Tapi ia tidak pernah sekalipun datang ke sini. Bukannya tidak mau makan di pinggir jalan atau warung seperti ini. Tapi memang Anna tidak suka dengan lele.

"Kalau gue nggak doyan--"

"Coba dulu."

Tak lama, pesanan mereka datang bersama dengan minuman. Sejenak Anna menatap lele goreng yang dilumuri dengan sambal dan lalapan di tepi. Warna yang coklat bercampur dengan merahnya sambal...

"Makan." Alvaro mulai mengambil lele milik Anna dan mengambil beberapa dagingnya untuk di letakkan di piring yang berisi nasi. "Apa perlu gue suapin?"

"Nggak!"

Anna menarik piringnya untuk mendekat. Dia kembali menatap makanan tersebut.

"Makanan itu bukan untuk di lihatin, tapi untuk di makan." Anna menatap makanan Alvaro yang hampir habis lalu menatap makanannya yang masih utuh. Belum tersentuh oleh tangannya. "Tunggu."

"Ngapain?" Anna mengerutkan dahinya kala Alvaro tiba-tiba menyudahi makannya dan mencuci tangan. Kemudian ia mengambil sendok dan garpu yang membuat Anna paham. Mungkin dia ingin makan menggunakan sendok. Pikirnya begitu.

About Time ✔Where stories live. Discover now