BAB 10 : Sebuah Hadiah

1.3K 380 124
                                    

Hari ini, Vino akan pulang sesuai rencananya kemarin. Dia pulang sebab seluruh siswa kelas tiga SMA Nusa Bangsa akan masuk lebih awal. Entahlah alibi apa yang sekolahannya gunakan supaya seluruh siswanya segera masuk sekolah.

Sedangkan Anna yang masih tidur di dalam kamar seperti enggan untuk keluar. Dia tidak ingin mengantar Vino pulang. Rasanya seperti malas.

Selama liburan satu minggu, Vino yang selalu menemaninya, walaupun terkadang terdapat pertengkaran kecil. Tetapi pertengkaran kecil itulah yang membuat rumah Anna menjadi ramai dan hidup kembali. Rumah yang Anna tinggali selalu sepi. Hanya ada dia, Bi Ijah, dan Mang Jodi. Orang tuanya jarang sekali berada di rumah.

Anna merasa iri pada mereka yang mendapatkan kebahagiaan lebih karena selalu bersama orang tuanya. Ia juga iri karena mereka bisa mendapatkan kasih sayang orang tuanya kapan saja. Setiap jam, menit, maupun detik.

Tetapi di sisi lain, Anna tetap bersyukur karena masih memiliki Bi Ijah yang selalu sabar merawatnya, Mang Jodi yang selalu mengantarkannya kemana saja dan tak lupa sahabat-sahabatnya yang selalu ada disaat Anna senang maupun sedih. Mereka yang selalu memberi Anna semangat dan selalu memberi nasehat untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Mereka juga yang menghibur Anna jika sedang sedang sedih dan mereka yang selalu melengkapi hidup satu sama lain.

Anna juga bisa merasakan kesepian dan terluka. Tetapi dia tidak pernah menampakkan kesepian ataupun lukanya itu di depan orang yang dia sayang. Karena jika mereka melihat Anna dengan kondisi itu, mereka pasti akan terluka.

Jadi, cukup dia saja yang merasakannya.

****

"Barang-barangnya sudah semua, Den?" tanya Bi Ijah yang membantu Vino membawakan barang menuju mobil.

Vino yang menerima dan memasukkan barang tersebut tersenyum. "Udah, Bi. Makasih, ya."

"Sama-sama, Den. Oh, iya, Non Anna mana?" tanya Bi Ijah karena sedari tadi, dia tidak mendengar Anna.

Vino hanya tersenyum sambil menjawab, "Mungkin masih tidur."

"Mau Bibi bangunin?"

Saat Bi Ijah akan balik masuk ke dalam, Vino mencegahnya dengan menahan tangan beliau. "Nggak usah, Bi. Kasihan, dia baru tidur pukul dua dini hari."

Bi Ijah pun membalikkan badan sambil mengangguk. "Yaudah, Aden hati-hati, yah. Jangan ngebut-ngebut. Jaga keselamatan."

Vino hanya terkekeh lalu menyalami tangan Bi Ijah. "Salam buat Tante Andin sama Om Mario, ya, Bi."

Kemudian Vino masuk ke dalam mobilnya sambil memulai menghidupkan mesin. Ketika membuka dashboard untuk mengambil kacamata hitam, tak sengaja matanya menangkap suatu kotak kecil. Seketika Vino teringat sesuatu.

Dia pun mengambil kotak tersebut dan turun dari mobil. Bi Ijah yang melihat Vino turun pun bingung sendiri.

"Ada apa, Den? Ada yang ketinggalan? Biar Bibi ambilkan."

"Nggak, Bi. Cuma mau titip ini aja," katanya sambil menyerahkan kotak tersebut pada Bi Ijah. "Kasihin ke Anna ya, Bi. Bilang ke dia buat selalu bahagia."

Vino kembali masuk ke dalam mobil. Perlahan, ia mulau menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Anna. Tak lupa, sebelum melajukan mobilnya meninggalkan kompleks rumah Anna, dia bersalaman dan mengucapkan terima kasih kepada Mang Jodi.

Barulah, setelah itu Vino benar-benar menjalankan mobilnya.

Saking sibuknya, mereka tidak sadar bahwa sedari tadi Anna sudah bangun dari alam mimpinya. Dia ingat bahwa hari ini Vino pulang. Namun ia enggan menemani. Dia hanya berdiri di pinggir tangga sambil mendengar percakapan mereka.

About Time ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang