BAB 25 : Fakta yang Mengejutkan

450 51 4
                                    

Pagi ini, dengan di jemput Elang, Anna datang ke Rumah Sakit Harapan Indah. Setelah Elang menceritakan seluruhnya tentang bagaimana perasaan Alvaro, seketika membuat Anna lemas. Laki-laki yang sering bersamanya, sering menghabiskan waktu dengannya, sering mengantar dan menjemputnya. Memiliki rasa untuknya. Namun anehnya, Elang tidak menceritakan penyakit Alvaro. Dia hanya bilang bahwa Alvaro sakit. Tanpa menjelaskan detailnya seperti apa.

Elang mengajak Anna untuk masuk. Namun Anna masih saja berdiri di depan pintu. Membuat sebagian orang yang berlalu lalang merasa terganggu.

"Ayo," ucap Elang sembari menarik telapak tangan Anna. Anna masih saja tidak bergerak sedikit pun. Pandangannya kosong menatap pintu masuk rumah sakit.

Sejenak Elang mendesah pelan. "Ini yang bikin gue males buat ngomong sama lo."

Anna tidak menanggapi ucapan Elang. Mendengar saja bahkan tidak.

"Anna, lo itu udah sampai sini." Elang angkat bicara kembali sembari menatap Anna.

"Kak, aku takut," ujar Anna tanpa mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk rumah sakit. "Aku mau pulang aja."

Elang hanya memandang Anna dalam diam. Dia tahu, sebenarnya Anna ingin masuk. Tatapan Anna yang tak beralih ke arah lain pun menandakan bahwa dia ingin masuk ke dalam. Tetapi, raganya tidak berani melangkah karena terlalu takut.

"Gue yakin, kalau lo datang, pasti Alvaro bakal senang."

Perlahan, kaki Anna melangkah menuju pintu masuk. Sejenak Elang bernapas lega karena akhirnya Anna mau masuk ke dalam rumah sakit.

****

"Kita langsung ke lantai empat aja." Elang mengajak Anna untuk menaiki lift menuju ke lantai empat. Sepanjang di dalam lift, Anna terus saja diam dengan pandangan hampa. Dia benar-benar takut. Dan Elang dapat merasakan ketakutannya tersebut.


Tak butuh waktu lama untuk menunggu pintu itu terbuka. Begitu terbuka, Elang langsung membawa Anna menuju ruang dimana Alvaro di rawat.

"Ini kamarnya," tunjuk Elang ke arah kamar tersebut.

Anna pun sempat terdiam menatap kamar tersebut. ICU? Seberapa parah sakitnya laki-laki itu?

"Lo boleh masuk sekarang," kata Vigo yang datang dari kantin rumah sakit. Memecahkan keheningan seketika.

Anna yang tersadar dari lamumannya memilih untuk mundur beberapa langkah. Mereka pun kaget akan apa yang baru saja Anna lakukan.

"Lo kenapa, Na?"

"Lo nggak mau masuk?"

Lagi-lagi yang keluar dari mulut Anna hanyalah ketakutan dan gelengan kepala. Entah kenapa, Anna benar-benar takut akan hal ini. Walaupun dia belum melihat secara langsung. Tapi ia bisa membayangkan bagaimana laki-laki itu di dalam sana.

"Lo cuma harapan satu-satunya, Na." Bayu menatap mata Anna yang perlahan mengeluarkan air mata. "Jadi kita mohon bantuan lo."

Anna menghapus air matanya sambil menatap kakak kelasnya. "Katanya, dia cuma sakit biasa. Tapi kenapa Kak Alvaro nggak masuk ke ruang biasa? Kenapa harus ada di ruang ICU disaat ruang lain banyak yang kosong?"

Pertanyaan demi pertanyaan keluar begitu saja dari mulut Anna. Bayu, Elang, maupun Vigo bingung harus menjawab seperti apa. Tidak mungkin mereka menceritakan semuanya ketika Anna telah berdiri di depan pintu kamar Alvaro.

"Lo langsung masuk aja."

Anna menerima baju khusus ketika Bayu memberikannya. Memakai bajunya dan perlahan melangkahkan ke arah kamar itu. Anna berdiri di depan pintu cukup lama. Ada rasa tidak sanggup jika apa yang dia bayangkan selama ini benar adanya. Dia belum siap atas segalanya.

About Time ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant