BAB 4 : Vino yang Berubah-Ubah

1.7K 609 205
                                    

Seperti biasanya, setiap hari kamis Anna akan bangun lebih awal untuk sekedar lari pagi di depan rumah ataupun jogging. Kini, dia sudah siap untuk hal tersebut. Saat tengah menuruni tangga, tak sengaja dia berpapasan dengan Vino yang sepertinya akan kembali masuk ke dalam kamar. Vino yang melihat pun menahan pergelangan tangan Anna. Otomatis saja Anna berhenti bergerak.

"Mau kemana?" Dia melihat sekali lagi dari ujung rambut hingga kaki.

"Jogging." Anna menjawab seadanya tanpa mau menatap lawan bicaranya. Kontak mata sepertinya tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

"Ikut." Setelahnya, Vino berlari masuk ke dalam kamar. Dan Anna memilih berjalan menuju teras rumahnya.

Sambil menunggu Vino keluar, Anna duduk di teras dengan headset putih yang menempel di telinga dan musik yang mengalun lembut. Saking asyiknya mendengarkan sambil bernyanyi, dia sampai tidak sadar jika beberapa detik yang lalu telah Vino berdiri di ambang pintu. Mendengarkan Anna bernyanyi.

Dengan setia, Vino menunggu Anna sampai selesai menyanyikan satu lagu. Tak berselang lama, Anna mulai berhenti menyanyi. Vino pun mulai keluar dari persembunyiannya sambil bertepuk tangan.

"Gue suka suara lo."

Anna seketika diam di tempat. Melihat Vino yang berdiri di depannya sambil bertepuk tangan telah membuktikan bahwa saat dia bernyanyi, Vino mendengarkan di belakangnya.

Melihat Anna yang diam, Vino pun ikut diam sebentar sebelum membuka suara kembali. "Kenapa diam?"

Anna pun melepas headsetnya dan menyimpan di kantong celana. Dia bergegas untuk berlari tanpa sepatah kata. Meninggalkan Vino yang dibuat bingung dengan sikap anehnya.

"Loh, tungguin dong!"

****

Anna terus berlari sekuat tenaga tanpa menoleh ke samping ataupun belakang. Sedangkan Vino yang berlari di belakangnya terus meneriakkan namanya. Anna pura-pura tidak mendengar dan tetap menatap ke depan.

Saking kencangnya berlari, kakinya tak sengaja menyandung batu dan terjatuh. Vino yang melihat dari kejauhan pun segera mendekat.

"Gue udah bilang buat pelan-pelan, kan." Vino membantu Anna untuk berdiri. Namun ketika akan berdiri, Anna kembali terduduk. Dia tidak cukup kuat untuk berdiri.

"Sakit," rintihnya sambil memegang luka yang ada di lutut.

Vino pun bingung harus membawa pulang Anna dengan cara apa. Karena Anna sendiri tidak bisa berjalan. Setelah lama berpikir, Vino pun memiliki ide.

"Sorry kalau gue lancang." Tanpa aba-aba, Vino segera menggendong Anna ala bridal style pulang ke rumah. Anna yang berada dalam gendongan tersebut memilih untuk melihat apa saja yang ada. Tanpa berniat melihat seseorang yang tengah menggendongnya.

Vino yang melihat tingkah Anna hanya tersenyum sambil berbisik tepat di telinga Anna. "Gue saranin lo buat pejamkan mata aja."

Seketika Anna memejamkan mata dengan kuat. Bisikan serta nada pelan yang di dengar membuat hatinya mencelos dan darahnya seperti mengalir dengan deras.

"Nggak usah deg-degan juga," ucapnya sambil menggoda. Seketika Anna membuka mata dan memukul dadanya. Dan Vino hanya tertawa.

***

Hanya butuh sekitar lima belas menit untuk sampai di depan rumah Anna. Ketika berdiri di depan gerbang, Vino sempat berteriak meminta tolong Mang Jodi. Mang Jodi pun keluar dari pos sambil membuka gerbang tersebut. Beliau sempat terkejut melihat Anna yang berada dalam gendongan Vino.

About Time ✔Where stories live. Discover now