BAB 9 : Sementara

1.2K 425 158
                                    

"Apa untungnya lo bawa ponsel gue?"

Anna diam sambil terus menguap. Dia merasa bahwa matanya tidak kuat untuk melek lagi. Terlebih, sekarang jam menunjukkan pukul dua dini hari.

"No, gue ngantuk banget," gerutunya sedikit kesal. Sedari tadi, Anna tidak boleh kembali ke dalam kamarnya karena belum menjawab pertanyaan Vino.

"Jawab dulu pertanyaan gue. Apa untungnya lo bawa ponsel gue?" Vino sebenarnya merasa kasihan terhadap Anna. Namun ia masih penasaran akan niat terselubung yang sepertinya tengah Anna sembunyikan.

"Karena gue mau balas dendam sama lo." Seusai menjawab, Anna melepaskan cekalan tangan Vino dan masuk ke dalam kamarnya.

Vino yang melihat Anna keluar dari kamar hanya diam dengan wajah datar. "Niat terselubungnya itu."

Kemudian ia berjalan untuk menutup pintu lalu beristirahat.

****

Kukkuruyuk... Kukkuruyuk

Suara ayam berkokok pagi ini membuat mata yang baru saja terpejam seketika membuka. Anna pun terbangun sambil mengolet lalu beranjak dari ranjangnya dan berjalan menuju kamar mandi. Seusai membersihkan diri, Anna keluar dari kamarnya dengan menuruni tangga. Hari ini, ia ingin membantu Bi Ijah memasak untuk sarapan.

Sesampainya di dapur, dia menghampiri Bi Ijah yang tengah menyiapkan beberapa bahan untuk memasak hari ini.

"Bi, aku bantuin masak, ya?" tawar Anna kepada Bi ijah. Awalnya, Bi Ijah menolak untuk dibantu karena takut merepotkan. Tetapi karena Anna keras kepala, dia tetap membantu yang terpkasa Bi Ijah memperbolehkan.

Hampir setengah jam waktu mereka habiskan untuk menyiapkan keperluan sarapan. Hingga pukul tujuh lebih, sarapan telah siap di atas meja makan. Anna sedikit takjub akan apa yang telah dibuatnya bersama Bi Ijah.

"Baru kali ini Bibi lihat Non Anna semangat masak." Bi Ijah menaruh piring di atas meja makan. "Non lagi jatuh cinta, ya?"

"Heh! Nggak," elak Anna keras sambil melotot. Sedangkan Bi Ijah hanya tertawa.

Tak berselang lama setelah Bi Ijah kembali lagi menuju dapur, Vino datang dari arah kamarnya. Sepanjang menuruni tangga, ia terus mengendus-endus karena harumnya masakan.

Pada saat dia telah berdiri di depan meja makan, matanya pun berbinar-binar melihat begitu banyak makanan yang sudah siap. Vino juga melihat Anna yang tengah merapikan meja makan dan bersiap untuk makan.

"Wow. Bibi hari ini masak banyak banget," puji Vino sambil duduk di hadapan Anna.

"Gue yang masak," ujar Anna santai.

Seketika Vino menatap Anna dengan intens sambil berkata berkata, "lo masak semuanya?"

Anna hanya menjawab dengan gumaman. Dia bangkit untuk mengambil air minum.

Vino yang duduk hanya mengedipkan mata beberapa kali. Dia masih tidak percaya bahwa semua makanan yang ada di meja ini, Anna yang memasak. Dia kemudian menghampiri Bi Ijah yang tengah mencuci piring kotor.

"Yang masak semuanya Anna, Bi?"

Bi Ijah sempat terkekeh sebentar sebelum menganggukkan kepalanya.

"Masih nggak percaya kalau gue yang masak?" Anna sudah kembali duduk dan bersiap untuk sarapan.

Vino pun kemudian ikut duduk di hadapan Anna. Dia menatap mata Anna untuk memastikan apakah Anna berbohong atau tidak. Jawabannya tidak. Sedangkan Anna menyerngitkan dahi saat Vino menatapnya.

Cukup lama mereka bertatapan hingga akhirnya Bi Ijah kembali datang sambil membawa buah-buahan yang telah dicuci.

"Nggak baik lho, Non, Den, berantem di depan rezeki," ucap Bi Ijah berniat melerai mereka berdua.

About Time ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant