BAB 11 : Penjelasan

1.1K 334 105
                                    

"Bunda, aku pergi dulu, ya," ucap Anna sembari menyalami orang tuanya yang tengah duduk di ruang tengah.

"Ke mana?" tanya Mario sembari meneguk tehnya dan melihat putrinya dandan rapi

"Mau jalan sama teman-teman," ucap Anna sembari menampakkan cengiran khasnya.

Mario pun membalas salaman anaknya sambil berpesan, "Hati-hati. Jangan pulang malam-malam."

"Siap, bos." Anna berdiri tegak dengan hormat di depan orang tuanya sambil tertawa. "Yaudah, Anna berangkat, ya. Assalamualaikum."

Anna berjalan santai menuju pintu utama. Ketika pintu mulai terbuka, Anna sempat terdiam kala melihat seseorang yang tengah berdiri membelakanginya. Anna tahu siapa laki-laki itu.

Karena terburu-buru dan kebetulan teman-temannya telah sampai, Anna segera menutup pintu. Saat pintu tertutup, seseorang itu membalikkan badannya sambil menghampiri Anna. Sedangkan Anna hanya melihatnya datar. Ekspresi senangnya lenyap seketika tatkala memandang wajahnya.

Dia datang mengenakan kaos sleret hitam putih yang dipadukan dengan celana pendek berwarna hitam serta sepatu convers. Seseorang itu melihat maju satu langkah untuk mendekat. Namun Anna memilih untuk mundur beberapa langkah guna menjauh.

Lalu ia menghembuskan napas pelan. Sebisa mungkin dia bersikap baik, sebisa mungkin dia tersenyum.

"Pagi," sapanya dengan ramah.

Saveri Keano Sabian namanya. Salah satu manusia yang ingin Anna hanguskan seketika. Mengapa Anna ingin menghanguskan laki-laki tersebut? Kalian pasti akan tahu jawabannya.

Anna hanya diam tanpa menjawab sapaannya. Keano kembali maju beberapa langkah untuk mendekat ke arah Anna. Tetapi, lagi-lagi Anna mundur beberapa langkah menjauh dari Keano. Apapun akan Anna lalukan untuk supaya menghindarinya.

"Mau sampai kapan kayak gini terus?" Keano mendesah pelan kala Anna terus menghindarinya. "Aku harus gimana lagi, Na?"

"Gue capek." Anna memejamkan mata sesaat dan menghembuskan napas panjang.Hanya dua kata yang keluar dari mulut Anna. Dua kata yang mewakili perasaannya kini.

Setelah itu, kaki Anna melangkahkan kaki pergi meninggalkan Keano sendirian. Dia berharap, semoga Keano mengerti apa yang dia ucapkan tadi.

Di sisi lain, Keano yang melihat punggung Anna yang berjalan menjauh darinya hanya bisa terdiam di tempat. Apa aku nggak bisa dapat satu kesempatan lagi sebelum aku pergi Na? Batinnya menangis.

Keano ingin mencegah Anna untuk pergi, tapi dia berpikir kembali. Jika dia mencegah Anna untuk pergi, maka Anna akan semakin benci dengannya. Maka, dengan berat hati, ia membiarkan Anna pergi dari hadapannya.

***

Mereka duduk di sebuah cafe tempat mereka nongkrong dan menghabiskan waktu bersama. Hari ini, mereka ingin menghabiskan waktu dengan jalan-jalan dan nongkrong sebelum nantinya aktivitas seperti biasa kembali berjalan.

Sembari menunggu pesanan datang, mereka berbincang-bincang tentang banyak hal. Dan perbincangan kali ini dimulai dari Nana.

"Eh, lo semua tau nggak? Kemarin, si Evan telepon gue," ujarnya dengan kegirangan. Dia membuka ponselnya sambil menunjukkan berapa lama mereka melakukan panggilan.

"Dulu aja cuek. Sekarang tergila-gila," Adele berdecak sambil menatap Nana cuek.

"Lo belum tahu Del. Dia kayak mulai serius sama gue," ucap Nana dengan serius sembari menatap Adele.

"Bisa aja lo ditipu," ucap Caramel sembari melirik Adele tersenyum.

Mata Nana seketika membulat sempurna. Dia bangkit dari duduknya untuk kemudian memegang kedua pundak Caramel. Menatap Caramel sejenak sebelum ia kembali duduk. "Lo jangan nakut-nakutin gue, dong."

About Time ✔Where stories live. Discover now