BAB 3 : Jalan-Jalan

2K 645 318
                                    

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Teman-temannya yang tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing terpaksa menghentikannya.

Ketika teman-temannya enggan untuk pulang dan ingin menginap, Anna bersikeras untuk tidak memperbolehkan. Sebab, jika teman-temannya tahu siapa laki-laki itu dan ada hubungan apa antara mereka. Pasti reaksinya akan di luar nalar manusia.

"Yah, padahal gue mau lihat cogan yang tadi," kata Adele sambil menuruni tangga lesu.

Cate menepuk pundak Adele dengan tersenyum. "Besok kita bisa ke sini lagi aja."

"Besok nggak menerima tamu."

Setelah sampai di tempat parkir mobil tersebut, satu per satu dari mereka masuk ke dalam. Anna memilih berjalan ke arah gerbang dan berdiri di sana. Menunggu mereka hingga pulang.

"Besok kita mau pergi lagi. Lo ikut nggak?" tawar Vivi yang duduk di depan, tepat di samping Levie yang mengemudi mobil tersebut.

Anna menggelengkan kepalanya sambil menjawab. "Besok gue nggak bisa, deh."

"Kenapa?" tanya Levie sedikit mendekat ke arah jendela yang terletak di sebelah kiri. "Jalan-jalan sama cogan tadi pasti."

"Nggak," sahut Anna dengan menatap tajam. Supaya tidak membuat teman-temannya curiga, Anna memilih memutar otak dan mencari alasan yang masuk akal. "Gue -gue ada acara sendiri."

Semua temannya diam dengan menampakkan wajah curiga. Namun sebisa mungkin Anna menutupi kegugupannya tersebut dengan mengalihkan topik pembicaraan.

"Udah jam setengah dua belas malam. Buruan kalian pulang," katanya dengan menunjukkan jam putih yang bertengger manis di tangan kirinya kepada mereka.

"Yaudah, kalau gitu kita pulang duluan," pamit Adele yang dibalas senyum oleh Anna.

"Hati-hati."

Levie membunyikan klakson sebagai tanda mobilnya mulai melaju. Tak sampai sepuluh detik, mobil tersebut mulai berjalan menjauhi Anna dan hilang dari pandangannya.

Anna masuk ke dalam sambil mengucapkan terima kasih kepada Mang Jodi karena telah menutupkan gerbang tersebut. Ketika sampai di ruang tamu, Anna melihat Vino tengah duduk dengan pandangan jatuh ke benda pipih yang berada di tangan kanannya.

"Ngapain di sini?"

Pertanyaan Anna membuat Vino berhenti bermain ponsel. Dia menatap Anna yang mulai menutup pintu utama.

"Kenapa gue nggak boleh keluar daritadi?" tanya Vino sambil menatap tepat pada mata coklat perempuan tersebut. Tatapan tersebut membuat Anna sedikit kesulitan untuk menelan salivanya sendiri.

"Jawab."

"Tadi itu... " Anna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Emm..." Anna bingung harus menceritakan kejadian tersebut mulai dari mana. Karena saat itu, tiba-tiba saja teman-temannya berhenti dan melihat Vino sedang shirtless di dalam kamar yang pintunya terbuka.

Vino yang melihat Anna kebingungan pun memilih untuk menepuk sofa tersebut. Memberi isyarat untuk Anna duduk di sampingnya sekarang.

Tatapan tajam yang ditampakkan Vino membuat Anna secara naluri berjalan menuju ke arah sofa. Perlahan, Anna duduk dengan jarak yang cukup jauh darinya.

"Buruan cerita," tuturnya sambil kembali memainkan ponsel.

Sambil menimang resiko yang terjadi, Anna mulai angkat bicara. "Tadi lo itu... shirtless."

Ada jeda sebentar sebelum Vino meletakkan ponselnya di meja ruang tamu sambil mengubah posisi duduknya jadi menghadap Anna. Vino memajukan sedikit badannya dan mencondongkan wajahnya mendekat ke wajah Anna agar sejajar. "Terus?"

About Time ✔Where stories live. Discover now