Tiramisu Truffles

Depuis le début
                                    

Sekarang, dia juga sudah tidak memerlukan benda terkutuk ini untuk mengingatkan dirinya kalau dia hanya korban. Dia bukan lagi korban yang menyedihkan. Ketika mengingat pria itu, jemarinya mengelus perutnya perlahan. Tidak, tidak, bayi ini bukan milik pria itu. Bayi ini miliknya dan Elliot. Pria bejat itu tidak berhak untuk mengklaim anak ini miliknya.

Angel menggeleng beberapa kali untuk menghapuskan gagasan buruk yang bermain di dalam benaknya. Dia kembali bersiap-siap dan bergerak keluar untuk menemui pria yang sedari tadi menunggu. Pria itu hanya mengangguk dan Angel memilih mengikutinya dalam diam sampai dia bergerak masuk ke kursi belakang mobil jemputan. Dia masih tetap tidak bicara sampai mobil itu berderum pelan lalu bergerak menembus jalanan.

Meski begitu, Angel tidak berhenti tersenyum sepanjang perjalanan. Dia hanya mencoba bersikap normal ketika sudah sampai di lokasi tujuan dan berjalan masuk ke dalam hotel, tempat Elliot menginap selama ini. Pria itu selalu tinggal di hotel, tidakkah mereka perlu rumah setelah menikah. Tapi, bertanya akan hal besar seperti itu jelas dia tidak berani. Segala ikatan bisa putus, bahkan ikatan pernikahan. Mereka bahkan belum menikah. Oleh karena itu, tindakan gegabah jelas bukan pilihan. Dia tidak ingin Kehilangan pria itu. Membayangkannya saja sangat menyakitkan. Lagi pula, akan ada banyak waktu nanti untuk menanyakan hal ini.

"Angel!" Seorang perempuan berperawakan langsing langsung menyambutnya kala dia menjejakkan kaki di ruang tamu.

"Oh," Angel masih sekaku patung kala perempuan asing itu memeluknya tanpa memperkenalnya diri terlebih dahulu.

"Ayo. Elliot sudah memilihkan gaun pengantin untukmu." Wanita itu menuntun Angel yang terseok mengikuti langkah kakinya yang panjang.

"Gaun pengantin?" Angel mengulang dua kata itu dengan ragu.

"Tentu saja. Kalian akan menikah, bukan?"

"Iya."

"Nah, tunggu apalagi?"

Angel mengikuti dengan pasrah saat wanita itu menggamit lengannya. Diam-diam mengulum senyuman ketika dia tahu kalau Elliot telah menyiapkan semuanya. Dia bahkan tidak bisa memilih. Semua adalah pilihan pria itu. Tapi, apa pentingnya sebuah pilihan jika seseorang yang memilihkan semuanya sudah memikirkan yang terbaik tanpa kita meminta?

"Kamu cemberut, apa karena tidak bisa memilih? Kamu kecewa Elliot yang memilihkan semuanya?" Perempuan itu menepuk lengan Angel yang membuatnya berjingkat.

"Tidak."

"Kamu boleh memilih yang kamu suka, Angel. Kalau kamu tidak suka, kamu tinggal bilang!" Perempuan itu tersenyum lebar hingga lipstik merah itu tampak semakin cerah.

"Iya."

Angel mengikuti wanita yang kini berjalan memasuki salah satu ruangan. Matanya membola kala melihat deretan gaun pengantin berbagai warna yang kini berderet di dekat tembok. Terlalu banyak untuk di sebut semua gaun itu dipilihkan untuknya. Pantas saja perempuan ini bilang kalau dirinya bisa memilih.

"Ngomong-ngomong bagaimana aku memanggilmu? Namamu?" tanya Angel ragu.

"Namaku, July. Panggil saja aku begitu."

"Baiklah, July."

"Nah, pilihlah yang kamu suka, Angel!"

Angel mengangguk lalu menelan ludah, tungkainya bergerak ragu mendekati deretan gaun itu. Satu hal yang pasti semua gaun dengan lengan dan dada tertutup. Elliot cukup konservatif ternyata. Setidaknya ini bisa membuatnya mendapatkan bahan untuk mengolok pria itu kelak. Tangannya mengusap gaun berwarna biru tosca dengan lengan renda panjang. Bawahannya menjuntai layaknya putri negeri dongeng.

Better Than Almost AnythingOù les histoires vivent. Découvrez maintenant