"So—apa yang ingin kau katakan padaku?" aku melipat kedua tangan didepan dada sambil memandangnya bingung.

"Aku hanya.. Ayolah Sweetheart, aku ingin mengajakmu pergi." Liam dengan puppy facenya setengah merayuku.

"Wait.. Lebih baik kau menungguku di luar, izin pada Mom lalu kita berangkat." lelaki itu lantas menganggukkan kepalanya mengerti.

Setelah Liam keluar, aku langsung berganti pakaian dan langsung turun ke lantai satu. Liam telah berada disana dan sedang berbincang bersama Mom dan Dad, pembicaraan mereka terdengar sampai kamarku.

"Well, kami harus pergi Mom." tukasku sambil menautkan sebelah tanganku pada lengan kekar milik Liam. Lelaki itu sempat melirikku lalu tersenyum sekilas.

"Hati-hati Sayang, kami mencintaimu." seperti biasa, aku selalu mencium pipi kedua orang tuaku lalu berpamitan. Mereka berdua menyunggingkan senyuman manis itu.

Aku dan Liam telah sampai di luar rumah atau lebih tepatnya halaman belakang. Entah mengapa Liam mengajakku kemari tapi yang jelas kami melakukannya secara diam-diam. Kalau-kalau Mom dan Dad tau, mereka pasti marah besar padaku.

"Naiklah ke punggungku karena aku akan membawamu menikmati pemandangan kota London dari sini." What? Aku pikir Liam mulai gila, sungguh! Mana mungkin ia memperlihatkan kemampuannya disiang hari? Bagaimana kalau ada orang lain yang tau?

"Kau gila? Bagaimana jika seseorang mengetahuinya?"

"Tidak akan. Lebih baik sekarang kau naik ke punggungku dan jangan banyak tanya. Okey?" akhirnya aku menganggukkan kepala. Antara setuju atau tidak. Tapi tak tau mengapa, semua yang ada di otakku akan berkata 'YA' jika itu menyangkut soal Liam.

Aku berusaha menerka seperti apa rasanya berlari kencang seperti vampir. Akankah ini terasa seperti menaiki roller coaster? Atau mungkin lebih menyeramkan?

Tanganku mencengkaram erat baju yang ia kenakan. "Close your eyes." bisiknya lembut dan aku langsung mengangguk mengerti.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk memejamkan mata. Desir angin yang berhembus aku yakini merusak tatanan rambutku. Ya Tuhan, Liam tega sekali? Bagaimana jika aku terlihat sangat buruk dihadapannya dengan rambut yang berantakan?

"Sudah sampai. Sekarang buka matamu." aku membuka mataku perlahan-lahan sampai aku akhirnya tak bisa mengedipkan mataku.

Ini sungguh gila. Aku bisa melihat pemandangan Kota London dari sini. Tower Bridge, Thames River, dan Big Ben. Ya Tuhan, aku tak menyangka bahwa ada tempat seindah ini di dekat rumahku! Sejenak, aku menatap Liam yang kemudian menyunggingkan senyum manis padaku. Aku menolehkan kepala ke belakang sebelum menyadari bahwa semua yang ada dibelakangku adalah hutan belantara dengan pepohonannya yang rimbun dan teduh.

"Itu yang ingin aku tunjukkan padamu." telunjuknya mengarah pada pemandangan Kota London itu. Aku langsung terkejut dan tak bisa berkata apa-apa lagi.

Tapi setelah berdiam cukup lama, aku baru menyadari bahwa bukan ini yang sebenarnya ingin ia perlihatkan. Liam ingin membicarakan sesuatu padaku.

"Katakan saja Li.. Aku tau kau menyembunyikan sesuatu padaku." kedua mata kami saling bertatapan. Aku melihat matanya yang coklat keemasan menatapku dengan penuh perhatian.

Dan saat itu ia seakan menuntunku untuk duduk di dekatnya. "Aku belum menceritakan satu hal padamu."

"Bahwa ada satu kelompok vampir yang berkuasa di daratan Eropa.. Namanya Davichi Clan, mereka punya andil dalam segala hal dan aku pernah ikut dengannya selama beberapa dekade. Saat itu pula aku mundur dan bergabung dengan kelompokku yang sekarang."

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Where stories live. Discover now