:: SATU

32.2K 1.5K 305
                                    


“Rel,” seru seorang cowok.

Yang dipanggil bergeming, ia tetap melangkahkan kakinya menuruni anak tangga.

Cowok di belakangnya mendengus karena merasa diabaikan, dia berlari kecil menuruni tangga dan saat sampai pada anak tangga yang kelima cowok berseragam putih abu-abu itu menabrak orang di depannya.

Jika saja Farel tidak berhenti mendadak mungkin Raffa tidak akan menabraknya dan tidak membuat mereka hampir terjatuh dari tangga. Beruntung keduanya mempunyai keseimbangan yang baik.

“Lo, jalan liat-liat, dong!” sewot Farel menoleh ke belakang.

“Lo juga kalo mau berhenti ngomong, dong. Maen berhenti aja,” ucap Raffa tak kalah sewot dan berjalan melewati cowok di depannya.

“Untung saudara, coba kalo bukan udah gue buang itu anak,” gumam Farel kesal.

Farel mengikuti langkah kaki saudaranya itu.

Ya. Mereka memang bersaudara, saudara kembar lebih tepatnya.

Raffarga Reynan Yudisthira. Cowok bermata biru yang lahir lima menit sebelum saudaranya.

Cowok yang pintar di sekolahnya itu,  punya sifat hangat dan sangat peduli terutama dengan saudara kembarnya.

Raffa mempunyai satu hal yang ia simpan begitu rapat hingga saat ini.

Sifatnya sangat berbeda dengan saudaranya.

Daffarel Reynan Yudisthira, cowok berambut cokelat yang kerap di sapa Farel itu, mempunyai sifat dingin dan selalu membuat onar di sekolahnya.

Ditambah sifatnya yang keras kepala dan pembangkang, bukan tanpa alasan ia bersikap seperti itu.

Ia adalah satu-satunya orang yang tahu rahasia terbesar Raffa selain Raffa sendiri.

Beruntung sifat keras kepala Farel tidak menurun pada Raffa.

“Pagi, Bun, Yah,” sapa Raffa menarik salah satu kursi dan mendudukkan badannya di sana.

“Pagi,” sapa dua orang yang sudah ada di meja makan.

Di belakangnya, Farel ikut menarik kursi dan duduk di samping Raffa, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Sebenarnya ia tidak ingin ada di tempat ini setiap paginya, padahal dulu dialah yang paling bersemangat saat sarapan, tetapi tidak lagi, sementara Renata-bundanya selalu memaksa Farel untuk ikut sarapan setiap pagi.

Renata. Wanita paruh baya itu sekilas melirik ke arah Farel yang sedang membalikkan piring di depannya.

“Pagi, Farel,” sapa Renata hangat.

Farel menolehkan kepalanya pada wanita yang kini sedang melepas celemek dan tersenyum, “Pagi, Bunda.”

Di depan keduanya duduk seorang pria sedang memegang koran yang menutup wajahnya.

Pria itu, Darren. Ia melipat rapi koran paginya dan meletakkannya di atas meja.

“Raffa, di dekat kantor Ayah ada pameran buku. Kamu mau Ayah ajak ke sana?” tanya Darren.

“Kapan?” Raffa menatap pria di depannya.

“Mulainya besok sore,” sambung Renata, tangannya memberikan sepotong ayam goreng ke atas piring suaminya.

Raffa mengangguk antusias, kepalanya kini menoleh pada seseorang yang memakan sarapannya dalam diam.

“Lo ikut juga, Rel?”

“Dia mana mau pergi, apalagi ke pameran buku kayak gitu,” seloroh Darren, tangannya meraih sendok yang ada di samping piringnya.

Farel hanya diam, tetapi sendok yang ada di tangannya tergenggam kuat.

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang