Part 29 [Happy but not true '2]

2.3K 107 2
                                    

Ternyata memang begini, yang di harapkan malah menyakiti. Sesuatu yang harus di akhiri, namun terhenti karena suatu kesalahan yang tak bisa di pungkiri—

***

Mira terisak sambil berjalan dengan pelan, hujan mengguyur kota Jakarta, membuat satu paket lengkap akan kesedihan Mira saat ini. Perasaannya masih dilanda rasa tak percaya, rasanya hancur, dadanya sesak, otaknya menolak untuk menerima semuanya. Tetapi lagi lagi hatinya bersikukuh untuk tidak menerima.

Kalau aja gue tau rasanya akhir cinta seperti ini, sumpah demi apapun gue ngga mau ngulangin lagi. Kesalahan yang sama, yang sempat membuat gue jatuh dan sakit, menutup hati untuk semua orang, dan nggak lagi percaya akan satu hal. Yaitu cinta. Rasanya udah pasti kayak gini, tapi bodohnya gue malah mau aja nerima semuanya. Siapa yang nolak kalau cinta itu tiba tiba dateng?...

Aji menyenderkan punggungnya ke dinding apartemennya, hatinya sesak, air matanya meluncur perlahan, sungguh, hatinya terasa sakit ketika melihat Mira seperti itu.

"Arghhhhhh!!!......"

Teman temannya yang melihat hanya menghela napas dalam-dalam. Aji kini sudah berubah menjadi yang seperti dulu, dengan adanya Mira, dengan adanya perempuan itu, Aji berubah, berubah menjadi seseorang yang lebih terbuka dan lebih suka tersenyum. Kini, Mira malah menjauh gara - gara mendengar itu dari mulut Naufal langsung. Itu memang salahnya, karena Aji tak memberitahu terlebih dahulu.

"Calm down bro... Jangan ambil keputusan dengan emosi, tenangin diri lo dulu... Pasti Mira juga butuh waktu, di sini kalian sama - sama salah. Elo yang nggak ngasih tau dia terlebih dulu, dan Mira yang mudah mutusin sesuatu..." kata Genta sambil menepuk pundak Aji.

Aji mengusap kasar wajahnya, ia terfokus pada gadis itu, dan masih saja gadis itu. "Gue harus gimana! Hah?!  Pasti Mira ngga akan percaya sama gue untuk kedua kalinya..."

Dengan baik, Hendri mendekati Aji. "Gue percaya, kalau lo jelasin ke dia baik - baik... Ngga akan ada salah paham lagi, selesain semua secara langsung dan bicara apa adanya. Kita semua selalu ada buat lo!"

David yang baru kembali setelah menelepon Zizi pun, duduk di antara teman - temannya. Ya, memang David menceritakan semuanya ke Zizi, agar ia tau bahwa Mira sedang sedih dan kecewa akan hal ini. Begitupun juga Aji yang tak kalah gila dengan kisah cintanya itu.

Di sisi lain..

"Gue ngga nyangka Zi, hiksss...." kata Mira sambil memegang kedua lututnya dan bersender pada kasurnya.

Tanpa di undang, Zizi yang tau akan ini semua langsung melesat menuju ke rumah Mira. Melihat sahabatnya yang sedang dilanda sedih dan kecewa. Ini semua salah paham, kalau saja sekarang ia bersama Aji, sudah pasti kalau Zizi akan memutilasi Aji menjadi ratusan bagian, karena sudah menyakiti sahabatnya.

"Miraa... Aji itu sayang sama lo, dia cinta sama lo, dan—"

"Stop... Gue ngga mau denger apapun tentang Aji, kalau lo kesini untuk nyeramahin gue tentang Aji. Sorry, mending lo pergi... Gue mau sendiri..." sesak Mira dan menenggelamkan dirinya dalam selimut, lalu terisak keras.

Dengan pasrah, Zizi menghela napas pelan dan beranjak keluar dari kamar Mira. "Oke, tapi gue selalu di sini buat lo. Gue pergi..."

Life or Love? [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang