Part 25 [Trust me]

2K 100 0
                                    

You give me purpose, everyday—


"Gue mau ngomong sama lo Vid" kata Aji sambil menatap David yang mengacuhkan keberadaannya sekarang, bersama Genta dan Hendri.

Bolos pelajaran di jam pertama memanglah sangat shit kuadrat, bagaimana tidak? Susah sekali mencari alasan yang akurat. Aji dengan nyengir polosnya, Hendri dengan gerakan kilatnya, Genta dengan jurus ampuh yaitu mengedipi perempuan di kelas dan memberikan kiss bye (org ganteng mah bebas aja, yekan) *tapi sayangnya kan lagi april mop wehe, lalu David dengan gaya angkuhnya tetapi diam - diam memabukkan, (geh ini mah caranya mematikan :v). Dan di sini mereka berada, di rooftop sekolah sambil membicarakan semuanya, sebelumnya mereka memang sudah janjian untuk menyelesaikan masalah ini, dan tentu saja David mencoba memahami dan mengerti. Alhasil, mereka berkumpul dengan pandangan yang berbeda di setiap masing masing.

"Ngomong aja" ketus David sambil membenarkan posisi duduknya.

"Vid, gue ngga ada apa - apa sama Zizi. Dan gue meluk dia waktu itu karena—" ucapan Aji terpotong.

"Bilang aja lo suka sama dia" serobot David yang emosinya mulai memuncak.

Aji menggeram dan mengembuskan napas berat. "Jangan putus omongan gue dulu! Biar gue jelasin sampe lo ngerti dan ngga salah paham lagi. Udah berapa kali gue bilang? Kalau gue ngga ada perasaan apapun ke Zizi?"

Hendri yang mengetahui segera menengahi mereka. "Udah, lanjut lagi aja Ji. Dan lo Vid, ngga ada acara, lo pake buka suara segala"

"Hm.. Karena waktu itu, gue ngasih pengertian ke dia, supaya dia sadar kalau gue emang ngga bisa terima dia. Lo pasti tau kan Vid? Begitu kerasnya gue merjuangin Namira? Dan apa gue harus mundur coba - coba demi Zizi? Haha konyol. And then, gue ngejelasin semua, dan waktu gue pengen ngejelasin lebih jelasnya lagi. Kalian bertiga dateng dan apalagi lo, liat gue sama Zizi lagi pelukan, itu salah paham banget bro"

David masih mengelak. "Tapi lo nyaman sama dia kan? Jujur aja,"

Aji mengepalkan tangannya. "Sekejianya lo gitu ke gue Vid? Gue itu nyaman sama dia cuman sebatas sahabat doang, ngga lebih. Sekarang gue harus gimana? Gue ga suka basa - basi"

Genta yang sedari tadi diam, mulai angkat bicara. "Vid, gue rasa ngga ada salahnya lo percaya sama Aji, logisnya emang kayak gitu, dan lo tau sendiri kan? Gimana Aji merjuangin Mira? Biarin semua selesai, masalah kita sama Naufal juga belum kelar, dan 5 hari lagi udah 1 bulan, lo pada inget taruhan itu kan?"

Ketika mendengar ucapan Genta. Aji menelan ludah, apa saatnya kini Mira tau? Ia tak bisa memungkiri bahwa Aji memang benar - benar mencintai Mira, berawal dari taruhan itu, ia tau bahwa Namira adalah orang yang bisa membuatnya nyaman dari segala hal. Seharusnya Aji senang, sebelum 1 bulan ternyata dia sudah putus, tetapi itu sama sekali tak membuatnya tenang sekalipun.

Hendri bergeming. "Iya ya, bener juga... Jadi? David tetep mentingin egonya nih?"

"Oke gue salah, gue terlalu buta sama ini semua. Gue minta maaf Ji, gue rasa emang ini udah saatnya gue sadar dan nggak membabi ketika liat lo jalan sama Zizi. Thanks bro!" kata David sambil memberi tos untuk Aji. Dan Aji tersenyum sambil mengangguk pelan.


***

Gea kini berada di antara mereka ber-4, siapa dia? Kalau bukan keempat curut mengenaskan itu? Jam pulang memang sudah berbunyi 30 menit yang lalu, tetapi Genta melarang Gea pulang dahulu dan bertemu di rooftop ini.

Awalnya Gea tau, bahwa kakak kelas ini akan menanyainya tentang masalah Namira, Gea tau juga kalau Aji pernah berpacaran dengan Mira. Memang, dirinya selalu membuntuti Mira, di mana pun dan kapanpun itu. Terutama saat Mira di bully habis habisan di mana tempatnya dirinya dulu juga di bully. Gea tersenyum miris saat itu, hatinya mencelos dan bibirnya sulit berkata. Tetapi mengapa dulu ia diam saat berada di bawah naungan Joy? Apa dia juga se kelabu Mira? Sehingga pasrah dan tak bisa berbuat apa-apa?

Sekarang Gea tau mengapa teman temannya diam saat dirinya berada di tangan Joy, karena teman - temannya takut, dan saat ini Gea menduduki posisi itu ketika melihat Mira diam di bawah tangan Joy. Ingin rasanya ia berteriak dan meminta tolong, tapi sendi sendinya seketika sulit di gerakkan, dan matanya seakan akan terhipnotis dengan apa yang dilihatnya waktu itu. Dan kepada siapa ia ingin membocorkan semua? Untung saja Hendri dan Genta datang waktu itu di mana saat Mira di keluarkan dari sekolah. Di mulai dari detik itu, Gea bercerita semua, semuanya tentang dirinya dan Mira, kebaikan Mira yang sempat membuat Gea menangis dan pengeluaran secara sepihak dan membuat Gea teriris sakit.

Dan di sini Gea sekarang, untuk membantu Mira kembali lagi ke sekolah, membocorkan sikap Joy yang kelewat batas, dan memperbaiki hubungan Aji dan Mira.

"Jadi gitu kak. Ada yang mau di tanyain lagi?" Gea terdiam menantikan jawaban dari kakak kelasnya itu.

Aji menggeram. "Dasar pengecut. Joy ngga punya malu banget jadi cewek, HAH!"

Gea tertunduk takut, sedangkan ketiga temannya juga kalang kabut.

"Ini salah gue juga. Gue terlalu mentingin diri gue sendiri, tanpa gue ketahui gimana keadaan Mira..." tunduk Aji sambil menangkup wajahnya sendiri.

Hendri tersenyum, kini Aji tau apa salahnya sekarang. "Kejar dia, perbaikin semuanya, satu persatu pasti akan selesai."

"Gimana caranya Ndri?" lesu Aji.

Genta dan David saling menatap. "Kita buat tontonan umum di lapangan basket, lo ada videonya kan Ge?" kata David mendahului.

Gea mengangguk. "Iya kak, aku ada videonya, tapi....aku takut..."

Genta tersenyum. "Tenang, ada kita kok"

"Ada kita apa ada lo doang? HAHAHAHA!!!" tawa Hendri meledak.

"Bacot ah panu Jerapah. Jadi gimana Ge? Lo ngga usah takut, semakin lo takut, berarti lo semakin memberikan celah buat dia masuk" ujar David.

"Yaa...yaudah iya kak... Jadi kapan nih?" Gea masih belum bernapas lega, rasa takutnya kian bertambah, entah kenapa rasanya seburuk ini.

Genta tersenyum lagi, akhir akhir ini ia lebih sering tersenyum karena kehadiran Gea. "Besok aja gimanaa? Nanti gue bawain proyektor nya. Lo bawa laptop ya Ndri kan videonya juga udah di pindah. Dan untuk lo Vid, tata kursi yang rapi di lapangan"

David seakan tak terima mulai angkat bicara. "Aji gimana? Enak banget dia woy!"

Dengan sigap, Hendri menoyor David. "Dia itu korban! Perlu diselamatkan! Udah sekarat! Jadi iyain aja apa yang Genta bilang! OKE?"

"Enak aja! Lo mah enak tinggal bawa laptop! Nah? Gue? Tata kursi di lapangan? Itu lapangan lebar kayak pantat lo! Dan gue sendirian?!"

Hendri mengangkat tangannya. "Setuju gue!" dan mendapat tatapan bingung dari teman temannya.

"Maksud lo?— dan eh turunin tangan lo! Ketek lo lebat! Belum lo cukur ya Ndri? Gileee, itu udah bejibun woy! Ngga malu sama Gea?!" cerocos David, Aji dan Gea hanya menatap malas mereka bertiga.

Hendri menyengir kuda sambil menurunkan tangannya. "Ya maap, ini ketek ngga bisa di kondisikan. Hehe"

"Rumpi lo ah! Yaudah kita atur besok! Pagi buta udah stay here! Oke?!" kata Genta mengomandani, dan di balas anggukan oleh lainnya.















***








*TBC


Vote & Comment yaa..

Life or Love? [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang