Part 2

4K 159 0
                                    

"Kita tanding, kalau lo kalah gue bakal ajuin permintaan. Dan kalau gue kalah, lo bakal ajuin permintaan. Deal?" ucap seorang laki-laki berbadan tegap, berhidung mancung dan juga menjadi idaman para wanita sesekolah.

"Oke deal" jawab salah satu laki - laki lagi berwajah tak kalah tampan, tapi mungkin tidak terlalu tenar seperti yang mengajak tanding tadi.

Tanding ini dilaksanakan pada sore hari, yang menontonnya pun hanya sahabat sahabat dari mereka. Jadi mereka bisa lebih leluasa untuk melakukan apapun.

"Ayooo ayooo Ji! Cepet!" teriak salah satu sahabat Aji, ya namanya adalah Zidan Aji Suharto. Biasa dipanggil Aji oleh teman - temannya.

Setelah selesai pertandingan, mereka berdua akan menyepakati siapa yang menerima tantangan itu.

"Ji, lo kalah! Jadi gue ngasih lo permintaan, lo bertanggung jawab dan bukan pengecut kan?" senyum licik Naufal.

"Apa? Gue terima semua permintaan lo." jawab Aji dengan napas yang tidak teratur.

"Gue mau kalau lo pacarin anak IPA 1" senyum Naufal licik.

"Maksud lo apaan Fal? Lo nyuruh Aji permainin cewek gitu?" ucap David sahabat Aji.

"Woii tenang broo, ini cuman sebulan, gak lebih" ucap Naufal membela diri.

"Lo pikir sebulan itu gak lama apa?" sekarang gantian Genta yang berbicara membela sahabatnya, Aji.

"Udah guys tenang. Jadi siapa cewek anak IPA 1 itu?" ujar Aji mengatur suasana.

"Namanya Namira nanti lo bisa cari tau dia dikelasnya. Kelas lo juga ga jauh sama dia, lo kan IPA 3 jadi tetanggaan kan kelasnya?" ucapnya semakin licik dan penuh sombong.

"Oke deal. Gue tanggung jawab sama ini semua.." ujar Aji. Lalu Naufal cs pergi meninggalkan mereka.

"Lo gila apa Ji? Ini itu cewek man! Lo mau jadi brengsek nantinya?" sekarang giliran Hendri yang berbicara.

"Ini udah resiko nya Ndri, jadi gue bisa apa?" ucap Aji sambil mengatur napasnya yang terengah engah.

"Gue tau tentang Namira itu, gue temennya Zizi. Jadi ga susah buat kita bantuin lo Ji" ujar David. Ya, mereka memang berbeda kelas. David di kelas IPA 2, Genta di kelas IPA 3, Hendri dikelas IPA 4, dan Aji dikelas IPA 3 bersama Genta.

"Lah apa hubungannya sama si Zizi itu Vid? Aelah, ada - ada aja deh lo" ucap Genta.

"Makanya jadi orang tuh friendly dikit kek, jangan kerjaannya sok cool mulu. Zizi tuh sahabatnya Namira, setiap istirahat gue selalu liat mereka berdua kekantin barengan. Jadi nanti gue bantuin lo deh Ji" ucap David percaya diri.

"Thanks bro. Yaudah guys gue pulang, ohya kita mulai besok ya deketin Namira-nya" kata Aji sambil melambaikan tangan dan menjauh.

"Yoi" ucap mereka serempak.

***

"Ih Mir, liat deh Naufal ganteng banget anju" ucap Zizi sambil memandangi ponselnya sambil senyum - senyum.

"Gitu aja lo bilang ganteng, muka kayak kardus mie instan aja dibangga banggain." ucap Mira tak kalah sewot.

"Eh Mirna! Lo buta apa katarak sih? Cowo kayak Naufal tuh emang pantes buat dibanggain." katanya tak mau kalah.

"Hih kutu dajjal lebay amat deh ah. Brisik tau gak, ini gue lagi serius baca novel nih. Mending lo tidur aja biar ga ganggu gue." Mira tak tahan akan sikap Zizi itu.

"Lo selalu gitu Mir, lo ga mau terbuka masalah cowok ke gue. Padahalkan gue sahabat lo, apa selama SMA lo emang lesbiean ya?" selidik Zizi sambil menatap Mira.

"Eh mulut lo cebong! Asal nyeplok aja sih kalo ngomong. Kenapa? Emang gue ga pernah cinta sama seseorang kok selama SMA. Lagian juga cowoknya itu itu aja, ga ada yang ganteng kayak Shawn Mendes, Cameron, Mario, Chanyeol. Jadi ya percuma.."

"Heh lo pikir ajang kontes musik atau apa gitu? Bukan gitu maksud gue, ya masa lo ga pernah kagum atau suka sama seseorang sih Mir? Tobat gue ngrasain lo" ucap Zizi sambil memandangi ponselnya lagi.

"Entah, gue masih phobia kali sama laki?" jawab Mira ngelantur.

"Oya Nam gue mau tanya nih.."

"Lo plin plan banget sih cebong. Baru aja tadi panggil gue Mirna, Sekarang panggil gue Nam, terus nanti panggil gue cebong atau apa gitu, mau lo apa sih kutu dajjal?" ucap Mira tajam dan membuat Zizi meringkuk takut.

"Ih selo ae si Nam, haha. Lagian lo juga gitu panggil gue Zi, abis itu Kutu dajjal, abis itu cebong. Emang lo yang punya kebun binatang seluruh dunia apa? Lo sebutin aja semua Nam.." jawab Zizi masih polos seperti biasa.

"Ndukk? Lia?" ucap seseorang dari depan pintu Mira. Siapalagi kalau bukan oma yang memanggil dengan embel embel 'nduk' khas Jawa?

"Gawattt, oma lo Nam. Cepet bukain pintu" ucap Zizi gemeteran. Padahal Oma terkenal dengan orangnya yang ramah, baik dan santun, tetapi ia tak suka melihat anak muda yang berperilaku koar - koar atau seenak jidatnya. Maka dari itu Zizi memindahkan tubuhnya dengan duduk ala cewek - cewek menye, padahal sebelumnya ia selonjoran diatas kursi sambil menaikkan kakinya.

"Selo wae elah" kata Mira singkat sambil tertawa akan tingkah sahabatnya ini.

"Sela selo mata lu nam. Cepet! Gue gorok lo ntar!" ujar Zizi berkeringat dingin.

"Iya oma? Ada apa?" ujar Mira sambil membukakan pintu dan memperlihatkan Zizi yang lagi duduk ala cewek cantik dan sopan, padahal mah amit amit.

"Nduk ini namae opo to? Kok onok instragam? Iki kanggo opo sih? (Nduk ini namanya apa to? Kok ada instragam? Ini buat apa sih?)" tanya oma dengan bahasa campuran.

"Oalah ini namanya instagram ma. Lagian ini kan HP aku yang satunya ma? Kenapa bisa ada di oma? Lia udah cari kemana aja loh ma" Zizi sudah cekikikan karena tingkah oma Mira yang gaul ini, haha.

"Iki oma nemu ndek ngisor kursi, terus oma otak atik. (Ini oma ketemu di bawah kursi, terus oma otak atik)" jawab oma dengan polos lalu menyodorkan HP Mira yang sudah lama di cari, untung saja ada oma.

"Makasih ya ma."

"Ayo Lia maem dulu. Mamamu udah nunggu, oh yo Jiji? Ayo mari makan" kata oma yang memanggil Zizi dengan Jiji karena tidak bisa berkata 'Z'.

"Iya oma" jawab Zizi sambil menyembunyikan tawa dan sebal, karena namanya tidak pernah disebutkan benar oleh oma.

"Uh Nam hampir aja gue mau keluar dari kamar lo, takut gue ada oma. Gaul juga ya oma lo, pake instagraman segala wahahaha. Gitu juga nyebutnya instragam lagi, ngakak.." tawa Zizi meledak.

"Kualat baru tau rasa lo Zi. Udah cepet kita nyusul oma"

-Sebenarnya Zizi tau bahwa aku dipanggil Lia dirumah, tetapi hanya sanak keluargaku saja yang memanggilku Lia. Entah kenapa mereka memanggilku Lia? Tapi Zizi masih enak panggil Namir atau Mira. Bahkan hanya Zizi yang mengetahui nama samaranku dirumah ini, yaitu 'Lia'. Pembantu? Ya aku hanya mempunyai satu orang pembantu, itupun laki laki, yaitu Mang Udin, alasannya kenapa tidak perempuan? Karena oma, aku dan mama masih bisa mengatasi rumah. Sedangkan dirumah ini tidak ada laki laki satupun, mengingat papa sudah meninggal. Jadi kerjaan Mang Udin ya bersih bersih halaman, mengantar mama atau aku dan juga oma, menjaga rumah dan sebagainya seperti tugas lelaki lainnya. Dan mang Udin juga memanggilku Lia.

Life or Love? [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang