Part 19 [What are you doing?]

2K 103 1
                                    

Kau tau rasanya dibuang? Kau tau rasanya diasingkan? Dan kau tau rasanya tak diperdulikan? Seakan kita hidup dalam dunia yang berbeda. Kamu dengan duniamu dan aku dengan duniaku, tetap saja begitu dalam kesendirian, sampai masing - masing tau arti kepergian.

***

Cek mulmed

David berdecak kesal karena melihat kelakuan Zizi dan Aji di depannya, di hadapannya secara langsung, hatinya nyeri, disaat ia sudah mencoba mencintai orang lain, malah diserobot oleh Aji.

"Arghh!!!!" Genta dan Hendri yang mendengar pun lantas melesat memandangi David.

Mereka sedang berada di area balap liar, memang bukan untuk balap liar, tetapi untuk menenangkan pikiran, entah Aji sekarang bagaimana, teman temannya tak tau.

"Gue sama Hendri tau apa yang lo rasain"

David terus saja emosi dan menjambak rambutnya sendiri. "Gue ngga nyangka bisa gini terus, gue sakit hati liat Aji mempermainkan dua cewek sekaligus! Bangsat emang dia!"

Hendri mendengus kesal. "Kita itu sahabat, jangan sampai putus ditengah jalan cuman gara - gara satu atau dua cewek doang"

"Tapi lo ngga ada di posisi gue! Jangan ngebacot kalau ngga tau gimana rasanya!" sahutnya lalu pergi meninggalkan Genta dan Hendri yang masih ditempat.

Mereka saling menatap dan mengembuskan napas berat, seakan akan banyak masalah yang menimpa para sahabatnya dan yang lainnya.

***

Mira keluar dari kelas untuk kekamar mandi, sejauh ini tatapan teman - temannya masih tajam untuknya, tetapi Mira hanya membalas dengan senyum hangatnya, sudah berapa kali ia memalsukan lekukan bibir itu. Tadi pagi ia melihat Zizi dan Aji berangkat bersama, Mira tersenyum miris, hatinya sakit, nafasnya berhenti, dan suhu tubuhnya mendadak dingin, keringatnya sudah bercucuran jatuh, ia lemas, hatinya hancur seperti disayat berbagai benda tajam.

Flashback

"Thanks ya Jj, eh masuk bareng yuk?" kata Zizi sambil menyodorkan helmnya ke Aji. Helm yang dulu pernah dipakai Mira, pernah menjadi saksi bahwa Mira pernah mendudukan dirinya ke motor itu.

Lagi lagi ia tersenyum, tersenyum untuk sebuah pengikhlasan, sebuah rasa yang semakin tumbuh, ia menahannya agar tak menjadi jadi, ia rela dan ia bisa.

Aji membalasnya dengan tersenyum hangat. "Iya"

Mira yang berada tak jauh dari mereka pun, mulai menyerobot duluan, sungguh air mata ini entah sudah jatuh atau belum, dadanya sungguh nyeri dan sakit, bahkan Mira berjalan sambil meremas roknya, tak perduli dengan orang disekitar yang memandangnya aneh.

"Namira?!" kata Aji sambil mencoba mengejar Mira. Mira yang mendengar langsung menjauh, dan mencoba menghindar. Tetapi nihil, Aji lebih dulu mencekal tangannya. Di belakangnya diikuti Zizi sambil berdecak kesal.

"Aji! Tungguin gue! Ah sial.."

Mira terdiam, ia menunduk sambil meneteskan airmata, menutup matanya sembari berharap bahwa ini hanya mimpi. "So-rry, guuu-ee haruss perrgii..."

Aji membalikkan badan Mira dengan tangan di bahunya, sekarang mereka berhadapan. "Jangan nangis, gue ngga mau lihat lo nangis. Walau sekarang gue bukan siapa - siapa lo, tapi perasaan ini ngga akan hilang dengan gitu aja..."

Life or Love? [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang