Part 22 [Sesak]

2.1K 100 1
                                    

Kamu tahu bahwa suatu saat nanti akan ada yang berlalu. Mengembalikan masa dan waktu yang harus dipersembahkan dan dikenang. Tidak untuk menjadi benalu-

***

Zizi duduk termenung sambil sesekali memperhatikan teman - temannya berbicara, tetapi sesungguhnya ia tak bisa menerima akar permasalahan yang di bicarakan teman - temannya itu. Satu tujuan dan pikirannya saat ini, yaitu mencari tau keberadaan Aji. Menurutnya hanya orang - orang bodoh yang rela mempertaruhkan persahabatan demi cinta yang bersinggah untuk sesaat. Tetapi kini biarlah ia menjadi bodoh untuk dirinya sendiri.

"Lo mikirin apa seh Zi? Heran gue, dari tadi kok cuman ngelamun aja?" tanya Onni sambil menyeruput jus mangga-nya.

Zizi tersentak saat Onni mencoba membuyarkan lamunannya. "Eh? Ngga, ngga ada kok Ni. Jadi? Gimana sama bahan bullyan selanjutnya?"

"Bener lo ngga papa Zi?" tanya Joy sang—Ketua geng kali ini. Dan Zizi hanya menggeleng pelan sambil tersenyum.

"Jadi kita akan tetep nge-bully Mira sampe kita kita puas. And so, apa lo udah berhasil ngerebut Aji?" tambah Joy sambil sesekali memperhatikan temannya yang lain.

Zizi mengedikkan bahu. "Yah sampai saat ini masih berkembang, gue ikutin aja alurnya."

"Enaknya kita apain Mira ya?" tanya Velen dan menatap temannya bergantian.

Lalu setelah berbincang, mereka tertawa bersama dan ber-tos ria. Entah Zizi tertawa palsu atau benar - benar tertawa dengan bahagianya di atas penderitaan orang lain.

Mira menyisir rambutnya perlahan sambil melihat jam yang ada di pergelangan tangan manisnya. Setelah membereskan semua peralatan yang ia rasa sudah cukup, Mira berjalan keluar kamar dan duduk di meja makan. Ah, ia sudah lama tidak merasakan kapan terakhir kali sarapan bersama dengan mama dan papa-nya. Terlihat oma dan bibinya sedang bercengkrama dan sesekali bercanda, entah mengapa kebahagiaan terkecilnya adalah mereka berdua.

"Pagi Oma, Bibi" dan dibalas senyuman oleh keduanya.

"Kamu akhir - akhir ini kok sering keluar sih nduk?" tanya Oma-nya yang membuatnya sedikit terkejut.

"Keluar kemana Ma? Lia di rumah aja kok" kata Mira sambil duduk dan menyomot roti bakarnya.

"Jangan jadi anak berandalan ketika kamu nggak ada pengawasan. Oma mau ke rumah Solo besok lusa, dan kamu harus bisa jaga diri selama Oma nggak ada" dan kali ini Mira membulatkan mata dengan lebar.

"Berandalan gimana sih Ma? Suer, Lia ngga ngapa-ngapain. Jadi Oma mau kerumah Solo? Berapa lama?"

"1 bulan lah atau nggak 4 minggu..." jawab Oma-nya seraya membetulkan gelungan rambut putihnya itu.

"Beh? Sama ajaa kali Ma, 1 bulan itu 4 minggu. Kok lama banget sih?"

"Kok udah ganti yaa? Hehe, ya banyak urusan yang mau Oma selesaikan. Selama Oma nggak di rumah, kamu akan di pantau sama Bibi dan Mamang. Awas aja ya kamu sampe macem macem" dan Mira hanya menanggapi dengan anggukan saja.

Ritual pagi pun sudah di laksanakannya, dan sekarang ia berjalan menuju ke parkiran untuk menuju ke area sekolah. Biasanya Mira menemukan Zizi dan Aji sedang berjalan bersama dan sesekali tertawa, terkadang Mira sempat berpikir bahwa dirinya bodoh dan terlalu lemah, tetapi ia sadar bahwa waktu yang akan memutar kembali masa itu dan merubah semua yang ada. Dan dugaannya kali ini benar, bahwa kedua manusia itu tengah bercanda bersama sambil berjalan ke dalam sekolah, seperti yang di lakukan anak-anak lainnya.

Mira terdiam di tempat sambil memandangi pemandangan indah itu sekaligus menyakitkan. Jadi kalau di luar sekolah lo deketin gue? Dan di dalem sekolah lo deketin Zizi?- sungguh entah mengapa hatinya tak serela dengan perkatannya, jauh bertolak belakang. Mengapa ya? Rasanya sesakit ini? Padahal hati tak menunjukkan memiliki dan otak menunjukkan untuk realistis. Untuk sekali lagi Mira meyakinkan dirinya sendiri untuk jauh lebih kuat dan mencoba tersenyum dengan tulus. Ketahuilah, tersenyum seperti tanpa beban di depan orang banyak, adalah hal tersulit yang kita miliki.

Life or Love? [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang