BAB 14 : Bestfriend

Start from the beginning
                                    

Dia jadi memikirkan Anna yang kesulitan membawa buku. Ah, tapi sewaktu ia menawarkan bantuan. Anna menolaknya mentah-mentah. Jadi, Alvaro berusaha untuk bodo amat.

Ketika sedang memikirkan hal tersebut, Vigo dari arah belakang pun memengang pundak Alvaro kencang.

Yang kemudian Alvaro berteriak. "Bangsat!"

Seketika itu juga Vigo menutup kedua telinganya. "Sakit telinga gue, njing," umpatnya.

Alvaro hanya menatap Vigo datar sembari berkata, "refleks." Lalu dia kembali melanjutkan makan baksonya.

Tak berselang lama, Elang dan Bayu datang dengan gaya berjalan mereka. Membuat kaum hawa yang tengah berada di kantin seketika berteriak histeris. Namun mereka berubaha untuk senyum seramah mungkin sebagai formalitas dan duduk di tempat yang masih kosong.

"Lo kemana aja, tai?" tanya Bayu yang merebut paksa minuman milik Alvaro.

"Harusnya gue yang tanya sama kalian." Alvaro mengambil paksa minumannya lalu meneguknya sekali habis. "Lo semua tadi ke mana? Ninggalin gue di kelas sendirian. Untung tuh, nenek sihir gak liat gue tidur. Coba kalo liat, udah abis gue sama dia."

Yang dimaksud nenek sihir adalah Bu Nini. Panggilan khusus mereka--Alvaro, Bayu, Elang, dan Vigo--kepada guru Matematika. Kenapa mereka menyebut Bu Nini sebagai nenek sihir? Karena menurut mereka, jika Bu Nini sedang mengadakan ulangan atau sedang serius, dia seperti nenek sihir.

"Sebenernya, kita tadi mau bangunin lo buat madol. Eh, lo kayak kecapekan gitu. Yaudah, kita biarin di dalam kelas," ucap Elang sambil nyengir kuda.

Alvaro hanya memutar kedua bola. "Yaudah, kalau gitu gue duluan." Ia bangkit dari tempat duduknya sembari merapika sedikit seragamnya.

Bayu menaikkan satu alis dan bertanya, "kemana?"

"Rooftop."

Mereka menganggukkan kepala. Kemudian, Alvaro keluar dari kantin dengan berjalan menuju ke arah rooftop. Meninggalkan teman-temannya yang masih setia di kantin.

Tak butuh waktu lama, Alvaro telah berada di rooftop sekolah. Duduk dan menghempaskan diri ke sofa lusuh itu adalah salah satu hobinya. Semenjak bersekolah di sini, Alvaro sering datang ke tempat ini. Untuk sedakar bersantai-santai ataupun menceritakan masalah pada angin yang berhembus. Entahlah. Alvaro sudah menganggap tempat ini sebagai saksi bisu kehidupan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya.

****

Setelah bel pulang berbunyi, Alvaro segera bangkit untuk menghampiri Anna di kelas. Tak jauh dari tempatnya, Anna keluar dari kelas bersama teman-temannya. Segera Alvaro berlari untuk menghampiri Anna.

Sampai di samping, Alvaro segera menarik tangan Anna. Mengajaknya berlari menuju parkiran. Tanpa ada protes sedikit pun dari Anna. Mungkin karena Alvaro tidak terima protesan apapun.

Sesampainya di tempat parkir, Alvaro membukakan pintu untuk Anna masuk. Anna pun menatap Alvaro sekejap sebelum masuk ke dalam. Kemudian, ia berlari ke arah samping dan duduk di balik kemudi.

"Lo marah sama gue?"

"Nggak."

"Terus, kenapa daritadi diem aja?" Alvaro mulai berhati-hati dalam mengambil topik. "Gara-gara kemarin?"

Anna menoleh dengan kerutan dahi. "Kemarin a--" Matanya berpaling kala kejadian kemarin terputar begitu saja. Sungguh, dia benar-benar malu dan bingung harus berbuat bagaimana selain mengalihkan topik.

"Udah, buruan jalan."

"Lo... salting ya?" Alvaro mendekat ke wajah Anna yang tampak bersemu merah. Anna pun memundurkan badan Alvaro dengan memalingkan wajah. 

About Time ✔Where stories live. Discover now