"Nathalie—mereka hanya ingin meminta satu hal darimu." Liam menegakkan badannya. Matanya juga terus mengedar memandang satu per satu dari kami.

"Tolong kau jaga rahasia kami. Kau tau Nath, ini adalah hidup dan mati kami semua." tukas Zayn. Ia berbisik pelan pada kalimat terakhirnya.

Nathalie terkekeh, "Ya Tuhan! Hanya masalah itu? C'mon Zayn, aku tak akan memberitahukan ini. Lagipula apa untungnya menyebarkan berita ini?"

Perkataan Nathalie sontak membuat mata kami membulat sempurna. Apa Liam tak memberitahunya jika masih ada pemburu vampire?

"Bisa aku jelaskan. Sweetheart, vampire hunter itu masih ada selama vampire ada. Jadi tak menutup kemungkinan jika mereka akan memburu kami." bisik Liam. Nathalie langsung menutup mulutnya dan senyum kecil yang tadinya tersungging di bibirnya langsung pudar.

"Maaf, aku benar-benar tak tau. Sungguh!" tukas Nathalie tampak bersalah.

"Tak penting guys—aku yakin Nathalie tak akan melakukannya." sahut Sarah.

Kami melanjutkan makan siang dan tanpa ada lelucon yang terucap. Hanya beberapa diantara kami yang berbincang. Well, mungkin hanya aku dan Louis yang kini berdiam diri tak punya lawan bicara. Apalagi tempat duduk kami yang berjauhan. Bukankah ini terdengar menggelikan? Aku membencinya, dan melihat Nathalie bersama Liam cukup membuat hatiku makin panas.

.

.

.

~Zayn Malik's POV~

Aku tergelak, mendongakkan kepalaku kearah Sarah yang duduk tepat disampingku dengan membenamkan kepalanya pada lipatan kedua tangan. Saat ini aku benar-benar terkejut atas apa yang baru saja aku lihat.

Harry akan membuat perpecahan pada kelompok kami.

Hal gila macam apa itu? Apa yang akan ia lakukan? Ya Tuhan, aku sangat tak mengharapkan hal itu.

"God damned! Zayn!" Sarah terlonjak dalam diam. Ia meneriakkan kalimat itu dalam pikirannya atau dalam kata lain aku mendengarnya lewat telepati. Tak seharusnya kami membicarakan hal ini secara lisan, bisa-bisa menusia itu tau tentang apa yang menjadi masalah kami.

"aku tak tau ini akan terjadi atau tidak. Yang jelas ini sungguh mengejutkan." desisnya.

Well, kebetulan dari 7 orang dalam kelompok kami, hanya aku dan Sarah yang masuk di kelas membosankan ini—History Class, kenapa harus ada kelas semacam ini? Sungguh! Bahkan aku lebih dulu lahir daripada sejarah yang dijelaskan guru itu. Semuanya tak menarik, monoton dan semua materi sudah aku kuasai. Karena bosan, akhirnya aku berhasil mendapatkan pandangan soal masa depan itu dengan konsentrasi penuh dan Sarah juga mendapatkannya yang berarti ia sempat 'tidur'.

"Soal Harry 'kan? Aku sudah melihatnya." tukasku meyakinkan.

Ia memutar bola mata kearahku, penuh dengan rasa ketidak-percayaannya. "Bagaimana bisa itu terjadi?" lirih Sarah. Ia berusaha untuk tak memperlihatkan gerak-gerik mencurigakannya.

Harus aku akui bahwa pandangan masa depan Sarah jauh lebih akurat daripada milikku. Sayangnya, Sarah hanya bisa menyimpulkan akhir cerita itu lewat potongan-potongan gambar yang ia impikan. Sarah berbeda untuk hal yang satu ini, gadis itu bisa saja tertidur untuk mendapatkan kelebihannya. Tanpa tidur, Sarah tak bisa mendapatkan pandangan masa depannya.

"Aku melihatnya, sangat jelas. Katakan apa yang kau lihat Sarah."

"Well, Harry datang pada Nathalie dan—I don't know but I think he fall in love with her. And Harry just treat her right." dan aku mendapatkannya. Aku mendapatkan pandangan yang sama soal hal itu.

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Where stories live. Discover now