"Iya. Iya. Iya. Iya. Iya. Iya."

Alvaro kemudian menghebuskan napas pelan sambil menatap Anna. "Ngalah, deh, gue."

****

Tak berselang lama, sampailah mereka di depan rumah Anna. Alvaro menghentikan mobilnya di depan pagar yang menjulang tinggi berwarna hitam tersebut. Sebelum turun, mereka sama-sama memandang mobil yang terparkir di depan mobil Alvaro. Anna sungguh tahu siapa pemilik mobil tersebut. Namun Anna pura-pura tidak mengenalinya.

"Mobil siapa?"

Anna hanya mengendikkan bahu acuh. "Kak, anterin gue, dong."

Alvaro pun menoleh ke arah Anna yang kebetulan juga sedang menatapnya. "Kemana? Ini udah sampai di depan rumah lo."

Anna berdiam diri sejenak sambil berpikir akan kemana ia sekarang. Beberapa detik kemudian, muncullah suatu ide di dalam otaknya. "Anterin gue buat cari bahan-bahan prakarya."

"Prakarya?" tanya Alvaro sambil menaikkan satu alisnya. "Lo disuruh buat apa emang?"

Anna kembali diam karena pertanyaan Alvaro. Dia kembali berpikir keras untuk sekadar menjawab pertanyaannya.

"Lo bohong, ya?"

Tebakan Alvaro benar-benar tepat pada sasaran. Membuat Anna yang berpikir keras seketika menoleh. "Kok tahu?" Anna membekap mulutnya dengan kedua tangan ketika sadar akan jawabannya. "Eh, maksudnya, itu,"

"Lagi menghindar dari mantan ya?"

"Mantan apaan. Ck."

Alvaro pun mengubah pandangannya ke depan yang diikuti oleh Anna. "Itu, mantan lo keluar," tunjuk Alvaro santai pada laki-laki yang baru saja keluar dari rumah Anna.

Anna seketika menunduk guna bersembunyi sambil menarik Alvaro untuk ikut menunduk. Dia menatap Alvaro dengan mata melotot.

"Jangan di tunjuk-tunjuk, dong. Kalau orangnya lihat bisa berabe gue," bisiknya pada Alvaro yang jaraknya tidak terlalu jauh. Sedang Alvaro terkekeh sendiri kala melihat wajah panik Anna kentara sekali.

"Segitu bencinya sampai lo nggak mau ketemu sama dia?"

Melihat mobil Keano telah pergi, barulah Anna kembali duduk tegak dan disusul Alvaro. "Gue capek aja digangguin sama dia." Anna melepaskan sabuk pengamannya lalu menoleh ke belakang untuk mengambil tasnya.

"Terus? Lo udah bilang sama dia?"

Anna meransel tasnya sebelah. "Sering malah. Tapi dianya keras kepala."

Alvaro pun turun lebih dulu dan berjalan ke arah samping untuk membukakan pintu Anna. Ketika pintu terbuka, Anna segera turun dari mobil Alvaro. Mereka pun berjalan beriringan, masuk ke dalam halaman rumah Anna dan berhenti di depan pintu utama.

"Gimana kalau kita pacaran aja?"

"Ha?" Anna membelalak kala mendengar ucapan Alvaro.

"Iya, kita pacaran biar supaya mantan lo nggak gangguin lo lagi."

"Lo gila?"

"Nggak. Gue bahkan masih bisa dikatakan waras."

Anna sejenak terdiam menatap seniornya tersebut. Tawaran yang Alvaro berikan benar-benar membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Ia bingung harus menjawab bagaimana. Karena ini menyangkut tentang masa lalunya serta masa depannya yang mungkin, nantinya akan berantakan kembali.

Menyadari bahwa Anna sedang kesulitan, akhirnya Alvaro kembali membuka suara. "Gue kasih lo kesempatan buat mikirin tawaran gue."

Setelah itu, Alvaro pamit pulang pada Anna yang hanya dibalas gumam olehnya.

About Time ✔जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें