Chapter 12 | Rock It Out!

Start from the beginning
                                    

Kembali lagi ke tato, selain tato di tengkuk yang kubuat tepat di hari kedua tahunnya ayahku meninggal, aku juga memiliki empat tato lainnya. Melambangkan impian setinggi langit, terpatri dengan tinta yang diinjeksikan di bawah kulitku bentuk bintang yang cukup besar di kaki kanan. Melambangkan kecintaan pada kedua orang tuaku, tanggal pernikahan mereka terpatri dalam angka Romawi di rusuk sebelah kanan. Sedangkan bentuk kunci G di pergelangan tangan kiri, tepat di atas permukaan kulit yang menutupi urat nadi, melambangkan kecintaanku pada musik. Melambangkan kecintaan pada seni dan keindahan, kubuat punggungku menjadi sebuah kanvas dengan lukisan tanaman merambat imajinatif. Gambar tanaman rambat itu memiliki lima mawar merah dan satu kupu-kupu hitam. Membentang dengan panjangnya dari ujung ke ujung seolah membelah punggungku, rambatannya menyamping, mulai dari pinggul kiri hingga bahu kanan. Bunga mawar itu sendiri memiliki ukuran yang berbeda, yakni dari kecil ke besar. Yang dipinggul adalah yang terkecil dimana yang terletak dibawah bahu adalah yang terbesar. Sedangkan kupu-kupunya terletak tepat di tengah punggung, berada pada bunga mawar ketiga. Tato di punggungku ini memang yang paling menyakitkan, karena saat pembuatannya aku menolak untuk minum bir sampai mabuk (the boys selalu dalam keadaan mabuk saat di tato). Meski begitu, hasilnya sangat memuaskan dan aku sangat menyukainya. Aku mendesain semua tatoku sendiri, dan terkadang juga mendesain untuk orang lain. Jika kalian bertanya-tanya bagaimana aku dan kelima temanku bisa mendapatkan tato saat usia kami masih jauh dibawah umur, jawabannya adalah Jonah, kakak Zach. Ia adalah pemilik tempat yang menjual jasa membuat tato dan menjual berbagai aksesoris piercing. Kami merasa sangat beruntung ia tidak keberatan mentato kami semua—termasuk adiknya—bahkan memberi kami potongan harga. Ia memang pria yang sangat baik.

Selain tato, kami berenam juga menyukai piercing. Aku memiliki tujuh lubang di daun telinga kiriku dan hanya satu di kanan. Satu lagi di ujung luar alis sebelah kanan dan satu di atas pusarku. Max memiliki satu di ujung luar alis sebelah kiri dan di tengah bibir bawahnya. Max tidak seperti keempat pria lainnya yang memiliki satu tindikan di kedua telinga mereka. Zach memiliki tambahan satu di cuping hidung sebelah kanannya dan Michie di lidahnya. Meskipun memiliki tindikan paling banyak, tidak membuatku menjadi yang paling sangar disini. The boys memiliki tato yang memenuhi satu lengan mereka. Tentu saja itu membuat mereka lebih sangar dari padaku. Dan ekspresi yang ditunjukkan Rory saat pertama melihat wujud asli mereka bagiku sangatlah wajar. Dan kurasa ia akan memperlihatkan ekspresi yang sama suatu ketika ia melihat punggungku. Mungkin aku akan menunjukannya suatu hari nanti dan tidak dalam waktu dekat ini. Ia bisa terkena serangan jantung.

Kehilangan orang tua, ditambah masa lalu yang buruk saat disekolah—bully selama bertahun-tahun—membuatku menjadi pribadi seperti sekarang. Pribadi yang bisa dibilang keras, karena berani melakukan hal-hal semacam ini di usia yang masih sangat muda. Aku tidak menyesal melakukan semua ini, hal yang orang lain pikir dapat merusak tubuh. Tetapi mereka tidak tahu kisahku dan bagaimana perasaanku. Mereka tidak pantas menilai seperti apa diriku dari penampilan. Lagipula semua ini, tindikan dan tato ini entah bagaimana caranya, mereka seolah menyembuhkanku. Menyembuhkanku dari depresi dan frustasi yang sempat kualami selama beberapa tahun belakangan. Juga membuat kepercayaan diriku yang sempat terkubur dalam-dalam seolah meluncur naik ke permukaan. Akan tetapi dengan melakukan semua hal itu, bukan berarti orang lain bisa merasakan dampak yang sama seperti yang kurasakan. Karena, setelah berpikir ulang, aku dapat mengambil kesimpulan jika ini bukanlah masalah tindakan yang dilakukan, tetapi sugesti yang dipercayai dengan kuat. Saat itu aku percaya jika tato dan tindik ini adalah salah satu cara untuk menghilangkan rasa sakit, dan pahitnya kehidupan masa laluku. Dan ternyata berhasil. Meskipun berhasil, pada kenyataanya itu semua semata-mata hanyalah buah dari sugesti pemikiran yang bodoh. Benar-benar bodoh. Setelah memahami lebih jauh, aku mengubah anggapanku akan kedua hal ini, sebagai seni. Cukup aku saja orang bodoh di dunia yang menganggap bahwa hal-hal negatif semacam ini sebagai obat penyembuh yang dapat membuat manusia menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

Perfect FamilyWhere stories live. Discover now