"James, apa kenapa kau belum tidur?" tanya Dad yang sontak membuatku berjingkat kaget.

"Aku masih ingin membacanya lagi Dad," sahutku. Ia hanya menggelengkan kepala lalu beranjak untuk kembali memejamkan matanya di sofa.

Aku terlahir sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara. Kedua kakakku bernama Adam dan Nicola, sedangkan Adam telah menikah dan pergi meninggalkan kami untuk bekerja di Birmingham. Sementara Nicola membantu Mom di rumah. Dad bekerja di sebuah gudang penyimpanan sementara Mom bekerja di sebuah toko kelontong sebagai pekerja paruh waktu. Bisa dibilang ekonomi keluarga kami sangatlah pas-pasan.

"Lebih baik kau segera tidur dude—dan pikirkan bagaimana caranya agar kita dapatkan uang banyak besok." Aku sempat melirik kearahnya.

Memang akhir-akhir ini keluarga kami sering meminjam uang untuk kebutuhan pokok yang makin mendesak, ditambah lagi biaya untuk pengobatan Dad karena penyakit TBC yang sering kambuh.

Akhirnya aku melangkahkan kaki dengan gontai menuju satu-satunya kamar di rumah ini. Rumah sederhana ini dibangun 35 tahun yang lalu dengan satu kamar tidur, satu dapur, dua kamar mandi, dan ruang tengah. Artinya, kami tidur dalam satu kamar yang mirip dengan asrama. Ada 5 bed dalam 1 kamar yang cukup luas.

Aku hendak memutar knop pintu kamar saat tiba-tiba aku mendengar suara teriakan dari dalam, sontak aku mendorongnya dan melihat Mom dengan keringat bercucuran yang membasahi kening.

"What's happen Mom?" tanyaku khawatir. Aku langsung berada tepat disisinya sebelum Mom menyadari hal itu.

"Entahlah—tapi Mom merasa seperti ada yang menyentuh leher." Sontak saja aku bergidik ngeri, merasa bahwa ada sesuatu yang tak beres disini. Mom masih saja mengusap lehernya, Mom tampak sangat terkejut.

"Jangan di pikirkan, aku akan ada disini Mom." tukasku perhatian lalu Mom mengelus kepalaku dengan lembut dan penuh perhatian.

Tak lama kemudian, aku beralih ke bed milikku yang letaknya bersebrangan dengan bed tempat Mom biasa tidur. Wanita itu langsung menarik selimut tebalnya menutupi seluruh tubuh dan hanya menyisakan sedikit dari bagian kepalanya yang terlihat dari sini.

Perlahan tapi pasti, mataku mulai tertutup.. Rasa kantuk itu benar-benar tak tertahankan.

Sampai tiba-tiba aku melihat sekelebat bayangan hitam. Well, aku tak begitu mempedulikannya karena mataku benar-benar menyuruhku untuk segera memejamkannya dan larut dalam tidur yang lelap.

"James!" aku mendengar suara tercekat dari Mom. Sontak aku terduduk dan menatap kearahnya.

Sesosok pria dengan jubah hitam panjang yang menutupi tubuhnya. Kulihat sosok Mom yang seakan meminta tolong padaku, wajahnya mulai berubah pucat pasi—baru saja aku menyadari bahwa pria itu menghisap darah Mom.

"Go to the hell!" seruku cepat. Tubuhku langsung terlonjak dan beralih ke sisinya. Aku berusaha untuk menarik jubahnya dan milihat wajah asli lelaki itu. Tapi sayang, hal itu gagal.

Yang masih aku ingat, pria itu punya mata yang berwarna merah—kelam dan menyiratkan sejuta penyesalan dan kekecewaan.

"Mommy!" teriakku sekuat tenaga. Lelaki itu menoleh kearahku sekilas sebelum akhirnya menghilang tanpa jejak.

Aku melihatnya...

Sosok itu, aku yakini sebagai Jack Curtis. Hell no!

"Mr. Curtis?" teriakku. Mulutku masih saja menganga, ditambah rasa ketidak-percayaanku soal Mom.

Wanita itu tak lagi bernapas.. Sungguh, seketika aku ingin membunuh diriku sendiri..

"James?" suara Dad menggelegar di seantero ruangan. "Helena?" teriak Dad disusul dengan suara jeritan dari Nicola.

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Where stories live. Discover now