BAB 9 : Sementara

Start from the beginning
                                    

"Dia masih nggak percaya, sih, kalau Anna yang masak," ucap Anna sembari menunjuk ke arah Vino.

"Iyalah gue nggak percaya. Makanan sebanyak ini lo semua yang masak? Mustahil," ucap Vino sembari melipat tangannya di depan dada dengan tatapan tanpa berdosa.

Anna kemudian diam dan berhenti mengambil nasi. Dia tidak percaya akan apa yang baru saja Vino ucapkan.

Anna memilih untuk bangkit dari kursinya dan menaiki tangga tanpa membuka suara. Dia masuk ke dalam kamar sembari menutup pintunya dengan keras.

Vino yang melihat Anna berlalu dengan wajah kecewa pun merasa bersalah. Apa tadi salah bicara, ya? Batin Vino bertanya. Sebenarnya, niat Vino hanya hanya untuk bergurau. Tapi dia tidak sadar jika gurauannya membuat ulu hati Anna berdenyut nyeri.

Akhirnya, dia memutuskan bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah kamar Anna. Saat tangannya ingin mengetuk pintu, tiba-tiba saja pintu itu dibuka oleh seseorang dari dalam, yang tak lain adalah penghuni kamarnya sendiri.

Anna yang saat itu membuka pintu sempat terkejut kala melihat Vino sudah ada di depan kamarnya.

"Anna," panggil Vino pelan.

Anna tidak menjawab dan memilih untuk mengalihkan pandangan.

"Maaf," ucapnya sembari memegang kedua bahu Anna. Anna terus saja melihat sekeliling tanpa berniat melihat wajah Vino. Melihat Anna yang terus memalingkan membuat Vino terpaksa menarik wajah Anna agar menatapnya.

"Maaf ya." Dalam kondisi seperti ini, Anna tidak dapat berbuat apa-apa selain memaafkan. Karena jika tidak dimaafkan, pasti urusannya akan menjadi lebih panjang. Apalagi berurusan dengan seorang Arvino Xavier.

Anna terpaksa menganggukkan kepala pelan yang lalu dibalas Vino dengan senyuman. Karena sudah dimaafkan, Vino menarik tangan Anna turun ke bawah untuk melanjutkan sarapan yang tertunda.

****

Malam ini, Anna tidak ikut keluar bersama teman-temannya. Dia hanya duduk di ruang tengah dengan tangan memegang toples berisi keripik sambil menonton film favoritnya seorang diri. Ketika tengah tegang-tengangnya, tiba-tiba Vino berteriak dari atas kamar.

"Anna, lo ada gitar nggak?"

Dengan terpaksa, Anna menghentikan film tersebut. Dia sedikit mendongak untuk menjawab. "Ada. Gitarnya Bang Resta!"

"Dimana?"

"Di kamarnya." Lalu Anna kembali memutar film tersebut.

Vino yang berada di dalam kamar pun keluar untuk berjalan ke kamar dengan pintu berwarna hitam bertuliskan FD. Vino membuka pintu itu sambil menghidupkan lampu.

Dia mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan gitar yang Anna maksudkan. Namun ketika akan berjalan menuju pojok kamar, pandangannya tak sengaja menangkap beberapa foto yang menarik. Diambillah beberapa foto tersebut.

Foto yang pertama adalah foto Resta, Anna, Tante Andin dan Om Mario sedang tersenyum lebar. Mereka mengambil foto itu di sebuah tempat wisata. Tak sadar, Vino tersenyum kala melihat seorang perempuan kecil tersenyum dengan memegang lolipop.

Foto yang kedua adalah foto Resta bersama teman-temannya mengenakan baju putih abu-abu yang sudah tidak berwarna putih karena pilox dan penuh tanda tangan. Foto yang diambil beberapa tahun lalu di sebuah studio foto. Mungkin ketika mereka lulus SMA

Foto yang ketiga adalah foto Resta bersama Anna yang sedang tersenyum lebar. Anna yang pada saat itu lulus SMP dengan mengenakan baju kelulusan dan toga beserta topi yang bertengger di kepalanya.

About Time ✔Where stories live. Discover now