Jilid 35 (TAMAT)

3.5K 65 7
                                    

Ketika mereka memandang dari suatu tempat yang tinggi, terlihat di sebelah barat beribu tentara Mongol lagi mengurung Yalu Ce bersama 200 orang anak buahnya.

Tentara Mongol itu semuanya bersenjata golok sepanjang lima kaki dan berbentuk melengkung, maka satu persatu anak buah Yalu Cc banyak yang kena dibabat terguling, Kwe Hu kelihatan memimpin sepasukan tentara lain sedang menerjang hendak menolong suaminya, tapi kena ditahan oleh pasukan Mongol yang berjumlah ribuan orang.

Suami isteri hanya dapat melihat dari jauh saja, tapi tak bisa berhimpun menjadi satu.
Menyaksikan perajurit2 di samping suaminya makin lama makin berkurang, hati Kwe Hu benar2 seperti di-sayat2. ia tahu dalam pertempuran besar demikian, bila sampai terkepung sendirian, betapapun tinggi ilmu silatnya juga tak terhindar dari kematian.
Pada saat itulah tiba2 terdengar Nyo Ko ber-seru. "Kwe-toakounio (nona Kwe besar), asal kau menyembah tiga kali padaku, segera aku menolong suamimu!"
Kalau turuti watak Kwe Hu yang congkak dan tinggi hati, jangankan disuruh menyembah, sekalipun mati juga ia tak mau kalah mulut pada Nyo Ko. Tapi kini jiwa sang suami bergantung di ujung rambut, tanpa ragu2 lagi ia keprak kuda mendekati Nyo Ko, sekali melompat turun, benar saja ia lantas tekuk lutut dan hendak menyembah sungguh2.

Melihat itu, Nyo Ko malah terkejut, lekas ia menarik bangun orang, ia menyesal atas katanya tadi yang rendah budi, "Maafkan aku telah salah omong, jangan kau anggap sungguh Yalu-heng adalah sahabatku yang terbaik, tidak mungkin aku tidak menolongnya?"

Habis itu, ia mengumpulkan delapan ekor kuda lagi, yang empat ekor ia satu baris di depan dan empat ekor lain tergandeng satu baris di belakang, dengan dua baris kuda muka belakang masing2 empat ekor itu, segera ia melompat ke atasnya, dengan tangan tunggal ia pegang delapan tali kendali, sekali ia bersuit segera ia terjang pasukan musuh.

Walaupun "tank-kuda" dikendalikan Nyo Ko ini belum terlatih, tapi dengan tenaga saktinya tidak sukar untuk mengendalikannya, Maka 32 tapak kaki segera ber-detak2 kedepan hingga debu pasir berhamburan, Nyo Ko sendiri dengan Gin-kang yang tinggi, melompat ke sana ke sini di atas ke delapan ekor kuda itu.

Ketika tentara Mongol tertegun menyaksikan ilmu menunggang kuda yang aneh menyerbu ke-dalam pasukan mereka. Sekali lengan baju Nyo Ko mengebas, sebuah panji segera kena dirampasnya terus di tancapkan di atas pelana.

Dengan mem bentak2 segera perwira dan bintara Mongol hendak merintangi, tapi di mana panji Nyo Ko rampasan tadi menyabet, sekaligus tiga perwira musuh terguling dari kudanya.

Ketika itu Yalu Ce kelihatan tinggal tiga tombak jauhnya, segera NyoKo berseru: "Yalu heng lekas melompat ke atas!"
Berbareng itu, sekali panji diayunkan, segera Yalu Ce melompat tinggi ke udara, cepat Nyo Ko menggulung dengan panjinya hingga dengan tepat tubuh Yalu Ce terbungkus oleh kain panji itu Dua orang delapan kuda segera menerjang keluar kepungan musuh.
"Nyo hengte," kata Yalu Ce menghela napas lega, "banyak terima kasih atas pertolonganmu, Tapi anak buahku masih ada yang terkepung, tidak mungkin aku menyelamatkan jiwa sendiri, Biarlah aku bertempur lagi dan mati bersama dengan mereka."

Tiba2 pikiran Nyo Ko tergerak, katanya: "Marilah, kaupun merampas sebuah panji besar!" Habis ini, ia mengeluarkan geretan dan kain panji di tangannya itu ia bakar.

"Akal bagus!" seru Yalu Ce. Segera iapun dapat merampas sebuah panji dan menyulutnya dengan api panji Nyo Ko yang sudah ber-kobar2 itu.
Sambil mem-bentak2, panji berapi itu mereka ubat-abitkan, kembali mereka menyerbu ketengah pasukan musuh lagi.
Dengan diputarnya kedua panji berapi yang menari kian kemari di udara, asal sedikit kesenggol siapapun pasti akan kepala gosong dan rambut hangus.
Walaupun pasukan Mongol gagah berani, tapi menghadapi api, tak bisa tidak mereka harus mundur, sementara itu bawahan Yalu Ce tadi sudah tinggal 50-60 orang saja, segera mereka menerjang keluar dari kepungan.
Dengan sisa perajuritnya itu, Yalu Ce berkumpul di atas tanah bukit sana sekedar melepas lelah.
Tiba2 Kwe Hu mendekati Nyo Ko terus menyembah "Nyo-toako, selama hidup aku selalu tak baik padamu, tapi kau berbudi luhur, kejelekanku kau balas dengan kebajikan dan kini engkau telah menolong..." Berkata sampai di sini suaranya menjadi parau dan tenggorokan seakan2 tersumbat.
Memang Beberapa kali Nyo Ko pernah menoIongnya, tapi selalu merasa sirik dan dengki padanya. Sudah terang orang ada budi padanya, tapi rasa jemunya sukar dilenyapkan sering ia merasa Nyo Ko terlalu angkuh dan suka agulkan kepandaiannya yang tinggi serta sengaja pamer.

Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali - Chin YungWhere stories live. Discover now