Jilid 32

3.4K 62 0
                                    

Sudah tentu anak muda itu pantang menyerah, ia coba melangkah maju, serentak tujuh Tosu itu mengadangnya dengan ujung pedang siap menusuk. Waktu Nyo Ko menusukkan pedangnya, seketika ke tujuh Tosu itu menangisnya dengan tujuh pedang pula, terdengarlah suara gemerantang ramai, tujuh pedang patah semua, yang terpegang di tangan para Tosu itu tertinggal garan pedang saja, keruan para Tosu itu kaget dan cepat meloncat ke samping.

Cepat Ong Ju-it memberi komando dan segera barisan pedang lain mengadang pula kedepan Nyo Ko. Namun sekali pedang anak muda itu menyabet, biarpun kawanan Tosu itu juga bergerak cepat menggeser tempat, tidak urung dua Tosu telah menjerit, seorang terluka pinggang dan yang lain tertabas pahanya keduanya lantas roboh terguling.

Pada saat kun Khu Ju-ki juga telah memberi perintah, empat belas pedang sekaligus mengancam bagian belakang Nyo Ko dan Siao-liong-li. Kalau Nyo Ko putar pedangnya ke belakang, andaikan sekaligus dapat mengguncang pergi senjata2 itu, tapi kalau salah satu pedang itu tertinggal tentu Siao-liong-li akan terluka pula. Karena sedikit ragu itulah, segera tujuh pedang lain kembali mengancam pula dari samping.
Dalam keadaan begini sekalipun Nyo Ko berjuang mati2an juga sukar untuk menyelamatkan Siao-liong-li, untunglah Khu Ju-ki lantas berseru memberi perintah sehingga ke-21 pedang yang geroerdep itu cuma mengancam di depan tubuh Nyo Ko berdua.
"Nona Liong dan Nyo Ko, guru2 kita dahulu mempunyai hubungan yang erat, Coan-cin-kau kami sekarang mengalahkan kalian karena jumlah orang banyak, menangpun tidak gemilang rasanya, apalagi t nona Liong dalam keadaan terluka parah," demikian kata Khu Ju-ki. "Sejak dulu orang bilang: permusuhan lebih baik di bereskan daripada diributkan. Bagaimana kalau perselisihan kita sekarang juga kita anggap selesai mulai sekarang tanpa mempersoalkan siapa benar dan salah?"
Sebenarnya antara Nyo Ko dan Coan-cin-kau juga tiada sesuatu dendam yang mendalam, dahulu Hek Tay-thong salah mencelakai Sun-popoh, untuk itu Hek Tay-thong sangat menyesal dan rela menebus kesalahan itu dengan jiwanya, jadi persolan itu sudah beres. sekarang kedatangannya juga untuk mencari Siao-liong-li saja dan tiada maksud memusuhi Coan-cin-kau, karena itu apa yang dikatakan Khu Ju-ki itu dapat diterimanya, iapun berpikir tiada artinya bertempur dengan orang2 Coan-cin-kau, yang paling penting harus menyelamatkan jiwa sang Kokoh lebih dulu.
Belum ia menjawab, tiba2 sorot mata Siao-liong-li pelahan memandang sekeliling kawanan Tosu itu, lalu bertanya dengan suara pelahan: "Mana In Ci-peng?"
Setelah terhantam roda punggungnya serta dada tertusuk pedang, luka In Ci-peng cukup parah, cuma seketika belum mati, ia menggeletak di samping sana dalam keadaan kempas~kempis. Ketika samar2 ia mendengar namanya disebut oleh suara yang lembut seketika hatinya tergetar hebat, entah darimana datangnya tenaga, serentak ia berbangkit dan menerobos ke tengah barisan pedang sambil berseru: "Aku berada di sini, nona Liong!"

Sejenak Siao-liong-li menatapnya, tertampak jubah Ci-peng penuh berlumuran darah dan bermuka pucat, putus asa dan remuk redam hati Siao-liong-li katanya dengan gemetar kepada Nyo Ko: "Ko ji, kesucianku telah dinodai orang ini, biarpun sembuh juga takdapat kuhidup bersamamu. Namun dia dia menyelamatkan aku dengan mati2an, maka kau tidak perlu... tidak perlu lagi membuat susah dia. pendek kata, nasibku sendiri yang buruk."

Dasar hatinya memang suci bersih, ia tidak pantang omong apapun dihadapan orang, meski di depan be-ratus2 orang tetap diucapkannya pengalamannya yang pahit itu. setelah merandek sejenak, ia tersenyum manis dan berkata pula pada Nyo Ko dengan lirih: "Kini, mati di sisimu, hatiku... hatiku terasa sangat bahagia."

Sampai di sini tiba2 teringat sesuatu olehnya, disambung pula: "Puteri Kwe-tayhiap itu telah mengutungi lenganmu, dia pasti tak dapat meladeni kau dengan baik, lalu siapa yang akan menjaga kau kelak?"

Teringat pada persoalan ini, ia menjadi sedih, dengan suara lemah ia berkata pu!a: "Ko-ji, selanjutnya kau akan hidup sendirian, tiada... tiada seorangpun menemani kau..."

"Jangan kuatir, kau takkan meninggal," kata Nyo Ko dengan suara halus, "Kita pasti akan berada bersama untuk selamanya."

Tadi ketika mendengar pesan Siao-liong-li pada Nyo Ko agar jangan membikin susah padanya, semuanya dianggap nasibnya sendiri yang buruk, ucapan Siao-liong-li itu membikin perasaan In Ci-peng sangat terharu, hatinya seperti di-sayat2, tidak kepalang menyesalnya atas perbuatannya yang salah itu sehingga mengakibatkan si nona menderita batin selama hidup, sungguh matipun sukar menebus dosanya itu.

Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali - Chin YungWhere stories live. Discover now