Jilid 19

2.3K 42 0
                                    

Dalam sibuknya itu ia sempat gunakan gerakan "wan-yan-Iian-goan-tui atau tendangan berantai yang mengapung di udara, dengan demikian barulah serangan Siao-liong-Ii yang tak kelihatan itu dapat dihindarkannya.

Nyo Ko sendiri sewaktu melompat lewat kaki Siao-lioag-li sudah menduga bakal terjadi peristiwa itu, maka tidak menunggu musuhnya turun, pentung bambunya terus menyodok lagi.

Tetapi dengan kipasnya Hotu tahan ujung pentung orang terus melompat ke samping, ia berdiri jauh dari Siao-liong-li dan memandang beberapa kali pada gadis ini, pikirnya: "Daerah Tionggoan nyata memang banyak orang pandai, hanya kedua muda-mudi ini saja, kenapa ilmu silatnya begini hebat?"
Dalam pada itu dengan menggunakan keuntungan kejadian itu, segera Nyo Ko melontarkan tipu2 serangan Pak-kau-pang-hoat, beruntun ia keluarkan tiga serangan yang mematikan hingga Hotu kececar kalang kabut dan terpaksa bertahan sekuatnya, siapa tahu serangan keempat Nyo Ko tak bisa lagi menggunakan kebagusan Pang-hoat itu hingga sedikit terlambat gerakannya, kesempatan ini digunakan Hotu untuk melakukan serangan balasan, maka kembali Nyo Ko terdesak di pihak asor lagi.
Bagi orang yang tak kenal Pak-kau-patig-hoat tak menjadi soal, tetapi Ui Yong merasa sayang akan kelambatan Nyo Ko itu, segera ia menembang: "Putar pentung cepat pakai gerakan bagus, hantam anjing galak dari samping tanpa menoleh"
Apa yang diuraikan Ui Yong ini adalah istilah Pak-kau-pang-hoat yang sangat dalam artinya, Nyo Ko belum pernah mendapatkan petunjuk2 dari orang pandai, ia tak tahu cara bagaimana dan kapan tipu serangan itu harus dilontarkan tetapi demi mendengar uraian Ui Yong, betul saja pentungnya segera menyamber dan menyodok dengan cepat.
Gerak serangannya sangat aneh, namun Nyo Ko sendiri belum tahu bagaimana hasilnya, siapa tahu, dengan tepat pentungnya justru memapaki kipas Hotu yang waktu itu lagi mengebas hingga terpaksa Hotu Iekas2 meloncat pergi menghindarkan diri.
"Bagaimana cara pukul anjing kelabakan yang meloncati dinding? Hantam pantat anjing dan gebuk ekornya!" kembali Ui Yong menembang pula.
Harus diketahui Pang-hoat turun temurun dari Kay-pang ini, diantara kaum pengemis dengan sendirian tiada cendekia, atau terpelajar maka kata2nya sudah tentu biasa saja, orang lain2 mengira setelah Ui Yong itu digunakan memaki musuh sebagai anjing, tak tahunya justru Nyo Ko lagi diberi petunjuk.
"Pak-kau-pang-hoat itu meski dibilang tak "diturunkan pada orang luar kecuali Pangcu, tetapi pertama Nyo Ko mahir sendiri, kedua, pertandingan ini besar hubungannya dengan nasib negara dan harus dimenangkan maka Ui Yong tidak pikirkan batas peraturan Kay-pang lagi, ia masih terus mengutarakan istiiah2 Pang-hoat untuk memberi petunjuk pada Nyo Ko disesuaikan dengan keadaan masing2 yang lagi saling labrak itu.
Dan karena setiap uraiannya adalah intisari yang tepat, ditambah Nyo Ko memang cerdik, beberapa kali berhasil, maka iapun tidak sangsi lagi, begitu dengar kata Ui Yong, segera dilontarkan tipu serangannya.
Daya kekuatan Pak-kau-pang-hoat ini memang nyata luar biasa hebatnya, percuma saja Hotu memiliki ilmu silat tinggi, ia terdesak hingga main putar terus oleh ancaman pentung bambunya Nyo Ko tanpa bisa membalas.
Karena itu, tampaknya dua-tiga gebrak lagi pasti Hotu akan jatuh kalah, dengan mata terpentang lebar2 para kesatria itu menjadi girang luar biasa tercampur kagum.
"Nanti du!u!" teriak Hotu mendadak sambil desak Nyo Ko mundur setindak.
"Ada apa? Sudah ngaku kalah?" kata Nyo Ko tertawa.
"Kau bilang berebut Beng-cu untuk gurumu kenapa yang kau pakai adalah ilmu silatnya Ang Chit-kong?" sahut Hotu dingin, mukanya muram gelap. Dan kalau bilang berebut Beng-cu untuk Ang Chit-kong, bukankah tadi sudah terjadi bertanding dua babak sebenarnya kau sengaja main kelit dan ngawur atau ada maksud lain?"
Betul juga pikir Ui Yong, kata2 orang memang susah didebat, selagi hendak main pokrol2an untuk membantah orang, mendadak Nyo Ko membuka suara.
"Ya, apa-yang kau katakan sekali ini masih terhitung masuk akal" demikian sahut Nyo Ko, "Pang-hoat ini memang ajaran Suhuku, sekalipun mengalahkan kau agaknya kaupun belum mau takluk. Kalau kau mau berkenalan dengan ilmu silat perguruanku, hal inipun tidak susah. Kalau aku tadi pinjam ilmu silat aliran lain sebab aku takut kau akan lebih celaka jika aku keluarkan kepandaian perguruanku sendiri."
Kiranya demi mendengar teguran Hotu, segera Nyo Ko ingat kalau menangkan orang dengan Pak-kau-pang-hoat, kepandaian Kokoh mana bisa dikenal orang? Dan bukankah Kokoh akan mengomeli aku lupa pada kebaikannya?
Padahal pikiran Siao-liong-li polos, dalam hatinya penuh rasa hangat dan manis madu terhadap Nyo Ko, asal bisa pandang si pemuda rasanya sudah puas dan tidak terpikir lagi segala urusan lain, baik Nyo Ko menang atau kalah juga boleh, segalanya tak dianggap penting olehnya, apalagi soal ilmu silat yang digunakan itu, apakah itu diberi petunjuk Ui Yong atau tidak, hal ini lebih2 tak di-perhatikannya.
Dan karena jawaban Nyo Ko tadi, diam2 Hotu membatin: "Bagus, kalau kau tak menggunakan Pak-kau-pang-hoat, dalam sepuluh jurus juga aku nanti cabut njawamu."
Maka dengan tertawa dingin iapun berkatalah: "Baiklah kalau begitu, aku ingin belajar kenal dengan ilmu silat perguruanmu yang hebat" ilmu kepandaian yang paling apal dan paling bagus yang dilatih Nyo Ko dalam kuburan kuno itu adalah Kiam-hoat, dengan sendirinya ia lawan orang dengan kemahirannya ini.
"Diantara Tuan2 siapa yang sudi memberi pinjam sebatang pedang ?" demikian segera ia berkata terhadap para kesatria.
Antara hadirin sebanyak ribuan orang itu sedikitnya ada dua ratusan yang membawa pedang, maka be-ramai2 mereka sama menyahut dan ingin memberi pinjam.
"Kau pakai pedang ini saja!" kata Sun Put-ji tiba2 sambil melompat maju dan angsurkan pedangnya yang bersinar mengkilap tajam.
Nyata meski Hek Tay-thong dan Sun Put-ji sangat marah terhadap khianatnya Nyo Ko pada Coan-cin-kau mereka, tetapi kini melihat si pemuda melawan musuh sepenuh tenaga dan membela nama negara, seketika juga mereka kesamping-kan urusan pribadi itu dan Sun Put-ji lantas angsurkan pedang pusakanya pemberian mendiang gu-runya, Ong Tiong-yang.
Melihat pedang itu begitu bagus, Nyo Ko menduga pasti pedang wasiat yang bisa potong emas dan rajang batu, kalau dipakai melawan Hotu tentu tidak sedikit keuntungannya, Tetapi ketika dilihatnya jubah imam yang dipakai Sun Put-ji, seketika teringat olehnya hinaan dan penderitaan yang pernah dia rasakan di Tiong-yang-kiong dulu dan terbayang juga kematian Sun-popoh di bawah tangan Hek Tay-thong, mendadak matanya mendelik pedang itu tak diterimanya, sebaliknya dari tangan seorang murid Kay-pang ia ambil sebatang pedang tua hitam karatan.
"Biarlah kupinjam pedang Toako ini," demikian ia berkata.
Tentu saja Sun Put-ji serba salah hingga terpaku di tempatnya. sungguh tidak kepalang amarahnya, dengan maksud baik ia pinjamkan pedangnya tetapi orang berbalik begitu kurangajar, baiknya ia bisa kuasai dirinya, ia merasa tidak enak cekcok sendiri selagi musuh luar berada di depan mata, maka dengan menahan amarahnya ia kembali lagi ke tempatnya tadi.
Sikap Nyo Ko tadi juga terlalu keras, terlalu menyolok ia unjukkan perasaannya. sebenarnya kesempatan itu dapat dipergunakannya untuk memperbaiki hubungannya dengan Coan-cin-kau, tetapi lantaran tindakannya itu, hubungan mereka semakin menjadi renggang.
Di lain pihak ketika melihat Nyo Ko tidak terima Pokiam, sebaliknya ambil pedang bejat yang sudah karatan, hati Hotu terkesiap dan bertambah jeri, sebab seorang yang ilmu silatnya sudah sampai puncaknya, setiap gerakan, setiap tindakan sudah cukup untuk melukai orang dan tak perlu lagidengan senjata tajam, maka ia pikir apa orang betul2 begitu temberang, cukup menggunakan sebatang pedang karatan saja?..
Segera iapun pantang kipas lempitnya, ia-kebas2 beberapa kali dan segera hendak membuka suara menantang." Tiba2 dengan ujung pedang Nyo Ko menuding empat huruf di atas kipasnya yang ditulis Cu Cu-liu itu.
"Haha, kau adalah bangsa biadab, semua orang sudah tahu, tak perlu kau pamer." demikian ejek Nyo Ko tertawa.
Muka Hotu menjadi merah, "cret", mendadak kipasnya ia lempit kembali hingga berwujud sebuah pentung pendek, terus saja ia tutuk pelahan ke "koh-cing-hiat" di pundak Nyo Ko, berbareng telapak tangan kiripun memukul dengan tenaga penuh. Selama beberapa tahun Nyo-Ko giat berlatih dalam kuburan kuno, semua inti pokok dari ilmu silat aliran Ko-bong-pay itu telan dipelajarinya: ilmu silat Giok-li-sim-keng ciptaan Lim Tiao-eng yang dilatihnya sendirian dalam kuburan kuno, sampai Ong Tiong-yang, itu jago silat yang diakui nomor satu di seluruh jagat juga kalah padanya, baru kemudian sesudah Ong Tiong-yang mendapatkan "Kiu-im-cin-keng", Lim Tiao-eng dapat dikalahkannya lagi.
Setelah Lim Tiao-eng ciptakan ilmu silatnya itu iapun tidak pernah keluar lagi dari kuburan, belakangan hanya diturunkan pada dayang kepercayaannya dan dayangnya itu menurunkannya pada Siao-liong-Ii, ketiga perempuan ini bukan saja tak pernah berpijak di kalangan Bu-lim, bahkan Cong lam-san pun tak pernah turun selangkahpun. Meski Li Bok-chiu adalah Suci atau kakak seperguruan Siao-liong-li, tetapi gurunya sudah keburu tahu jiwanya yang busuk, maka ilmu silat yang paling tinggi belum diturunkan padanya.
Kini Nyo Ko keluarkan ilmu silat Ko-bong-pay yang tiada tandingannya itu, diantara para hadirin yang berkumpul dari segala golongan dan segala aliran itu, kecuali Siao-liong-li sendiri ternyata tiada seorangpun yang kenal Kiam-hoat apa yang dimainkan Nyo Ko itu.
Pencipta ilmu silat yang hebat ini asalnya seorang wanita, pula dua keturunan muridnya juga wanita semua, mau-tak-mau gayanya menjadi lemah-lembut dan kurang ganas. Begitu juga ketika Siao-liong-li ajarkan gerak tipunya pada Nyo Ko, gerak-geriknya membawa gaya perempuan yang lemah gemulai Tetapi setelah Nyo Ko dapat memahami seluruhnya, ia telah ubah semua gaya wanita itu hingga lebih gesit dan lebih cekatan.
Dasar Ginkang dari Ko-bong-pay memang tiada taranya, maka tertampaklah Nyo Ko lari mengitari ruapgan dengan cepat, belum selesai tipu yang satu, serangan kedua sudah menyusul lagi ke sana pedangnya mengarah, tahu2 orangnya pun sudah sampai, baru belasan jurus dari Kiam-hoat--nya yang hebat itu dilontarkan, para kesatria itu tiada satupun yang tak kagum.
Sebenarnya ilmu silat kipas pangeran Hotu terhitung juga satu keistimewaan dalam dunia silat, cara2 menyerangnya juga mengutamakan kelemasan dan kegesitan, tetapi kini kebentur Ginkang dari Ko-bong-pay yang hebat, nyatalah sedikitpun ia tak bisa berkutik ditambah lagi kipasnya kena ditulis empat huruf oleh Cu Cu-liu dan tadi telah di-olok2 Nyo Ko, maka tak berani lagi dipentang, hingga karena itu ilmu silat kipasnya kena dikorting lagi.
Di sebelah sana, setelah tahu ilmu silat Nyo Ko ternyata begitu lihay, Bu-si Hengte menjadi mati kutu, bersama Kwe Hu, enam mata terpentang lebar2 dan tak bisa bicara lagi.
Diantara para penonton itu, orang yang paling girang rasanya tiada lain daripada Kwe Cing, sungguh tak diduganya bahwa putera adik angkatnya yang sudah almarhum itu bisa melatih silat sebegitu tinggi sampai ia sendiri tak mengetahui dari aliran mana, bila teringat hubungan keluarga Nyo Ko dan Kwe, tanpa terasa, ia menjadi terharu bercampur girang.
Waktu Ui Yong melirik sang suami dan melihat matanya rada merah, sedang ujung mulutnya tersungging senyuman, ia tahu akan pikiran sang suami, maka tangan Kwe Cing digenggamnya erat2.
Merasa tak ungkulan, Hotu menjadi gelisah sekali, ia pikir kalau hari ini terjungkal di tangan bocah ini, maka namanya boleh dikatakan terhanyut seluruhnya, jangan lagi hendak menjagoi Bu-lim?
Dalam pada itu dilihatnya Nyo Ko telah menyerang pula, sekali tusuk mengarah tiga tempat bagian atas, kalau dia melompat berkelit itu berarti jatuh di bawah angin, maka tak dihiraukan lagi akan oIok2 orang, segera kipasnya dipentang untuk tangkis tiga tusukan orang, berbareng itu ia meng-gertak2, iapun balas menyerang dengan "Hong hong-siok-lui-kang" (ilmu angin badai dan petir kilat), ia kebas lengan baju dari kiri dan kipas dari kanan menerbitkan angin santar, sedang mulutnya terus meng-gertak2 keras seorang jagoan Bu-lim menandingi pemuda tak terkenal ternyata terpaksa harus keluarkan ilmu kepandaian terakhirnya untuk membela diri, seumpama akhirinya menang pasti juga akan kehilangan pamor, Akan tetapi asal tak kalah saja Hotu sudah terima, mana bisa dipikir yang Iain-lain.
Maka sembari mem-bentak2, serangan2nya juga semakin ganas, sebaliknya Nyo Ko berlaku tenang saja dengan sikapnya yang gagah menarik, memangnya ilmu pedang "Bi-li-kiam-hoat" atau ilmu pedang si gadis ayu mengutamakan gaya manis, kini dibentak2 Hotu tentu saja semakin menambah kehalusan dan keindahannya.
Tetapi karena Nyo Ko hanya mengutamakan gaya serangannya yang indah, dalam hal daya tekanan menjadi sukar dilontarkan seluruhnya, sebaliknya Hotu sudah nekat, makin tempur makin kalap dan tidak sayang buat adu jiwa, karenanya lambat laun Nyo Ko jadi payah sendiri.
Melihat cara pertarungan itu, Kwe Cing dan Ui Yong yang ilmu silatnya sangat tinggi lantas tahu Nyo Ko bakal kecundang, maka alis mereka terkerut semakin rapat, lebih2 ketika dilihatnya angin pukulan Hotu semakin keras dan tambah cepat, diam2 mereka kuatir.
Tak terduga mendadak Nyo Ko ayun pedang-nya, lalu terdengar ia berseru : "Awas, aku akan melepas Am-gi!"
Tadi Hotu telah robohkan Gu-liu dengan pakunya yang berbisa, kini demi mendengar peringatan Nyo Ko, ia sangka pedang orang juga sama seperti kipas lempitnya yang di dalamnya tersembunyi Am-gi atau senjata rahasia, kalau tadi ia menang dengan cara yang licik, maka kini tidak bisa salahkan lawan kalau cara itu ditiru, Karena itu, ketika dilihatnya Nyo Ko ayun pedangnya, lekas ia melompat ke kiri.
Siapa tahu gerak tangan Nyo Ko hanya palsu belaka, sebaliknya pedangnya terus menusuk, mana ada bayangan senjata rahasia yang dikatakannya ?
Tahu tertipu, Hotu menjadi gusar, ia mendamperat: "Binatang cilik !"
"Binatang cilik memaki siapa ?" tanya Nyo Ko.
Tetapi Hotu sudah pintar sekarang ia tidak menjawab, hanya serangannya bertambah gencar.
"Awas senjata rahasia !" kembali Nyo Ko berseru sembari ayun tangan kirinya.
Dengan cepat Hotu melompat ke kanan, di sangkarnya sekali ini benar2 orang menghamburkan Am-gi, siapa tahu pedang Nyo Ko justru menusuk dari kanan secepat kilat, lekas2 ia membungkuk dan mengkeret tubuh, ujung pedang orang tahu2 menyamber lewat di bahunya jaraknya tidak lebih hanya satu-dua senti saja.
Tusukan itu sangat berbahaya dan cukup keji, tetapi karena tak kena sasarannya, para kesatria itu sama berteriak : "Sayang !" sebaliknya para Bu su atau jago silat Mongol pada bersyukur.
Meski Hotu bisa lolos dari "lubang jarum", namun tidak urung keringat dingin sudah membasahi tubuhnya.
"Awas Am-gi !" lagi2 ia dengar Nyo Ko berseru dengan tertawa sembari ayun tangan kiri.
Sekali ini tak digubrisnya, Hotu terus ayun tangan memapaki orang, betul juga kembali lawannya mengapusi belaka.
Karena gagal tipunya, mendadak Nyo Ko menubruk maju, untuk kesekian kalinya ia ayun tangan lagi dan memperingatkan pula dengan tertawa : "Awas Am-gi!""Bin..." belum sampai suku kata pertama ini diucapkan atau mendadak pandangan Hotu menjadi silau, tahu2 sinar perak gemerdep menyamber dari depan.
Sekali ini jaraknya sudah terlalu dekat, lagi pula ia sama sekali tak ber-jaga2 sesudah beberapa kali kena diapusi, maka tiada jalan lain kecuali melompat ke atas, tetapi tahu2 kakinya terasa sakit tertusuk, beberapa benda kecil lembut sudah menancap di kakinya.
Tertipunya ini persis mirip dengan caranya melukai Cu-liu dengan akal licik tadi, tetapi dipikirnya- senjata orang hanya lembut kecil, meski kena tentunya tidak besar alangannja, dalam gusarnya Hotu menjadi kalap, kipasnya menutul dan tangannya memukul hebat dengan tujuan mematikan Nyo Ko seketika.
Tahu serangannya sudah berhasil, mana mau Nyo Ko terlibat dalam pertarungan lagi, ia putar pedangnya menjaga diri dengan rapat.
"Hahaha, sayang dengan ilmu silatmu setinggi ini, kini harus terbinasa di sini, sungguh sayang, sayang sekali!" demikian Nyo Ko tertawa terbahak-bahak.
Sedang Hotu hendak merangsang maju, se-konyong2 pahanya terasa kaku dan gatal seperti kena digigit nyamuk besar saja, ia coba menahan rasa gatal itu buat tetap melontarkan serangannya, siapa tahu tempat yang kaku gatal itu cepat sekali bertambah hebat.
"Celaka, Am-gi binatang cilik ini berbisa" seketika ia terkejut Baru terpikir demikian atau rasa gatal pahanya sudah tak bisa ditahan lagi, saking tak tahan tanpa menghiraukan ada musuh besar berada di depan mata, kipas ia lempar dan tangan diulur untuk meng-garuk2 tempat yang gatal itu.
"Kalau tak digatuk masih mendingan, sekali digaruk, celaka tigabelas, rasa gatal-geli seketika meresap sampai tuIang-sungsum." saking tak tahan ia ber-teriak2 dan ber-kaok2 sembari bergulingan di ruangan pendopo.
Hendaklah diketahui bahwa racun Giok-hong" atau atau jarum tawon putih yang sakti dari Ko bong-pay itu jarang dilihat dan didengar di jagat ini, terkena sebuah saja tak tahan, apa lagi kini terkena beberapa buah?
Saking lembutnya Giok-hong-tiam itu, waktu Nyo Ko menyerang, sebagian besar para kesatria itu tak tahu, hanya mendadak terlihat Hotu jatuh ber-guling2 hingga tak mengerti kepandaian apa yang digunakan Nyo Ko untuk merobohkan lawannya.
Sementara paderi Tibet si Darba telah lari maju, ia angkat sang Sute dan diserahkan pada gurunya, habis ini ia putar balik dan berkata pada Nyo Ko: "Anak kecil mari aku coba2 kau !" -sambil berkata gada emas segerapun menyerampang ke pinggang Nyo Ko.
Gada itu sangat berat dan begitu menyamber lantas menerbitkan sinar emas, maka betapa besar tenaga dan betapa cepat gerak tangan Darba dapat dikira-kirakan.
Namun Nyo Ko tidak berkelit ia berdiri tegak, hanya pinggangnya mendadak menekuk ke dalam dan dengan tepat gada orang menyamber lewat di depan perutnya.
Siapa tahu Darba memang hebat gerak tangan-nya, begitu gada tak kena sasaran, mendadak senjata itu ia tahan di tengah jalan, dari menyerampang tadi tiba2 berubah menyodok ke depan, ke perut Nyo Ko.
Perubahan serangan ini sama sekali di luar dugaan semua orang, Nyo Ko sendiri juga terkejut lekas2 ia tahan pedangnya ke atas gada orang dan tubuhnya lantas mencelat ke atas dengan meminjam tenaga lawan.
Sekali sodok tak kena, tanpa menunggu turunnya Nyo Ko, dengan kencang Darba sudah menghantam lagi, tetapi lagi2 Nyo Ko menahan ke atas padanya dan untuk kedua kalinya mencelat ke atas,
"Lari ke mana ?" bentak Darba sengit Menyusul gada emasnya mengemplang pula.
Dengan tubuh terapung di udara, dengan sendirinya Nyo Ko tak leluasa buat bergerak, nampak keadaan sangat berbahaya, terpaksa ia keluarkan gerakan untung2an, mendadak ia tangkap ujung gada orang, berbareng itu pedangnya terus memotong lurus ke bawah mengikuti batang gada itu.
Dengan cara ini, kalau tenaganya tak banyak selisih dengan Darba, tiada jalan lain bagi Darba kecuali lepaskan gadanya. Tetapi kini tenaga Darba berkali lipat lebih kuat dari pada Nyo Ko, ketika sekuatnya ia menarik, dengan cepat Darba melompat mundur.
Melihat Ginkang Nyo Ko begitu tinggi, gerak-geriknva gesit, tiba2 Darba menanya: "Tidak jelek kepandaian anak kecil, siapakah yang mengajarkan kau?"
Ia berkata dalam bahasa Tibet, sudah tentu sepatah kata saja Nyo Ko tak paham, ia menyangka orang lagi memaki dirinya, maka iapun menirukan suara orang, iapun ucapkan apa yang dikatakan Darba.
Dasar pembawaan Nyo Ko memang pintar, beberapa kata2 Tibet itu diucapkannya dengan fasih sekali susunannya juga tiada yang terbalik sedikitpun, maka dalam pendengaran Darba kata2 Nyo Ko itu menjadi: "Tidak jelek kepandaian anak kecil, siapakah yang mengajarkan kau?"
Oleh karena itu, tanpa pikir Darba menjawab. "Suhuku ialah Kim-lun Hoat-ong. Aku bukan anak kecil, kau harus panggil aku Hwesio besar."
Dengan sendirinya Nyo Ko tak mengerti pula. tapi sedikitpun ia tak mau diakal, ia pikir: "Pendeknya tak peduli kau mencaci maki aku dengan kata2 yang paling keji, asal aku kembali mangkok penuh, maka tidaklah kalah dalam cacimaki Meski kau gunakan bahasa asing memaki aku anjing babi, binatang, kontan bulat akupun maki kau ahjing, babi binatang."
Maka ia dengarkan kata2 orang dengan cermat, begitu orang selesai bicara, dengan lagu suara yang sama dalam bahasa Tibet iapun berkata: "Suhuku ialah Kim-lun Hoat-ong. Aku bukan anak kecil, kau harus panggil aku Hwesio besar."
Keruan saja Darba ter-heran2, dengan kepala miring2 ia mengamat-amati orang dari kanan ke kiri dan dari kiri ke kanan, ia pikir, aneh, terang kau ini anak kecil, kenapa bilang Hwesio besar! Dan kenapa bilang gurumu juga Kim-lun Hoat-ong?
Segera ia berkata lagi: "Aku adalah murid angkatan pertama Hoat-ong, dan kau angkatan berapa ?"
---------- gambar -------------
Betapa hebat tenaga Darba, gada emas yang berat itu terayun enteng mengepruk kepala Nyo Ko.
Kedua kaki Nyo Ko tidak bergerak, dia mendak miring berbareng pedang besi ditekan ke atas gada, , meminjam tenaga badannya terbang ke atas
---------------------------------
Kontan Nyo Ko juga menjawab : "Aku adalah murid angkatan pertama Hoat-ong, dan kau angkatan ke berapa ?"
Supaya diketahui bahwa dalam ajaran agama Lama di Tibet, biasanya terdapat apa yang disebut "reinkarnasi" atau penjelmaan kembali. Tatkala itu Dalai dan Pancen Lama belum ada, tetapi kepercayaan tentang menitis kembali biasanya sangat dipuja oleh setiap pemeluk agama Lama.
Kebetulan waktu mudanya Kim-lun Hoat-ong pernah menerima seorang murid, murid ini mati sebelum umur 20 tahun, Darba dan Hotu belum pernah kenal Suheng itu, hal ini cuma sekadar diketahui saja.
Kini mendengar apa yang dikatakan Nyo Ko tadi, Darba mengira Nyo Ko betul2 reinkarnasi Suhengnya, ia pikir kalau orang bukan anak sakti yang menitis dengan membawa kepandaian, mana mungkin pemuda seperti ini memiliki ilmu silat begini tinggi ? Lagipula dia adalah pemuda Han, kenapa fasih bicara bahasa Tibet?
Karena itulah, ia terus ngira2 mengamat-amati orang sambil kepala miring2, makin dilihat makin sama dan semakin percaya, sampai akhirnya mendadak ia lemparkan gada emasnya terus berlutut menyembah2 pada Nyo Ko.
Kelakuan Darba ini sungguh membikin Nyo Ko ter-heran2, ia pikir apa Hwesio ini tak ungkulan cacimaki dan kini terima tunduk mengaku kalah padaku? Dan bagi penonton yang banyak itu keruan saja terlebih heran luar biasa. Lucunya semua tak paham dan tidak diketahui tanya jawab dalam bahasa "Mikuluk - kikiluluk" antara Nyo Ko dengan Darba tadi
Dalam pada itu yang paling terang duduknya perkara rasanya hanya Kim-lun Hoat-ong, ia- tahu Darba terlalu polos hingga kena ditipu Nyo Ko.
"Darba," segera ia buka suara, "ia bukan titisan Suhengmu, lekas bangun dan bertanding dengan dia,"
"Suhu," seru Darba sambil meloncat bangun terkejut, "aku lihat ia pasti Toa-suheng, kalau tidak, umur semuda ini mana bisa mempunyai kepandaian seperti ini?"
"Toa-suhengmu jauh lebih kuat ilmu silatnya dari pada kau, sebaliknya bocah ini se-kali2 dibawahmu," kata Kim-lun Hoat-ong.Tetapi Darba geleng2 kepala, tetap tak mau percaya.
Kim-lun Hoat-ong kenal watak muridnya ini teramat lurus, untuk memberi penjelasan seketika juga tak bisa terang, maka ia katakan pula: "Jika kau tak percaya, kau jajal dia tentu lantas tahu."
Terhadap apa yang dikatakan sang Suhu biasanya Darba percaya bagai malaikat dewata, kalau dia bilang Nyo Ko- bukan inkarnasi Toa-suheng tentunya memang bukan, Tetapi umur semuda ini memiliki ilmu silat begitu hebat, hal ini membikin Darba tak bisa tidak percaya, tetapi ia turut juga perintah sang guru dan bertanding pula untuk menjajal kepandaian asli orang, ia ingin lihat siapa yang menang dan siapa kalah dengan begitu soalnya lantas bisa diputus.
Maka lebih dulu ia angkat tangan dan berkata pada Nyo Ko: "Baiklah, biar kucoba ilmu silatmu tulen atau palsu, kita tentukan berdasarkan menang dan kalah ini,"
Melihat Darba berdiri lalu "kilakiluk" entah berkata apa lagi, hanya sikapnya sangat menghormat Nyo Ko sangka orang telah ucapkan beberapa patah kata yang sopan, maka tanpa merubah sedikitpun ia tirukan lagu suara orang dan mengulangi mengucapkan sekali lagi
Tentu saja dalam pendengaran Darba menjadi "Baiklah, biar kucoba ilmu silatmu, tulen atau palsu, kita tentukan berdasarkan menang atau kalah ini" - Maka Darba juga lantas menjawab-"Harap kau berlaku murah hati."
Segera Nyo Ko tiru dan menyahut: "Harap kau berlaku murah hati,"
Melihat kedua orang itu mengoceh terus dalam bahasa Tibet, Kwe Hu jadi heran, ia mendekati Ui Yong dan tanya sang ibu: "Mak, apa yang mereka percakapkan?"
Sejak tadi Ui Yong sudah mengetahui Nyo Ko hanya menirukan lagu suara orang secara komplit dan untuk main2 saja sebagai orang muda umum-nya, kenapa mendadak Darba sembah2 padanya hal inipun membikin dia bingung tak habis mengerti.
Maka ketika ditanya puterinya, ia menjawab singkat saja: "O, Nyo-koko hanya berkelakar saja dengan dia."
Belum habis ia berkata, mendadak dilihatnya Darba angkat gada terus mengemplang ke arah Nyo Ko.
Darba anggap sebelumnya sudah dikatakan hendak menjajal tentunya lawan sudah siap sedia, sebaliknya melihat sikap orang tadi ramah dan menghormat Nyo Ko tidak menduga orang akan mendadak melakukan serangan, maka pukulan itu hampir2 saja kena kepalanya, untung sempat ia melompat ke belakang.
Tetapi segera ia merangsang maju lagi terus menusuk tiga kali susul menyusul. Darba sendiri sudah punya rasa jeri, ia kuatir Nyo Ko sudah lama, ikut gurunya, ilmu silatnya tentu lain daripada yang lain, maka ia berjaga rapat tanpa berani ayal.
Sesudah beberapa jurus lagi, Nyo Ko tahu lawan hanya menjaga diri saja tanpa menyerang, meski tak mengerti maksud tujuan orang, tapi kebetulan baginya untuk melancarkan serangan2, tanpa sungkan2 lagi ia tusuk sini dan bacok sana, ilmu pedang "si gadis ayu" menjadi lebih indah gayanya dan menarik.
Akhirnya Kim-lun Hoat-ong menjadi tak sabar, ia membentak: "Darba, lekas kau balas hantam, ia bukan Toa-suhengmu !"
Sebenarnya kepandaian Darba masih di atas Nyo Ko, cuma merasa takut, ilmu silatnya lantas surut separoh, sebaliknya Nyo Ko bisa keluarkan seluruh kemahirannya, jadi yang satu makin menyerang makin hebat dan jitu, sebaliknya yang lain makin takut dan makin mengkeret.
"Balas serang segera !" bentak Hoat-ong mendadak, ia telah gusar.
Bentakannya begitu keras hingga telinga semua orang se-akan2 pekak. Begitu juga Darba menjadi jeri, ia tak berani membantah lagi, begitu Kim-kong-cu atau gada emas diputar, segera ia balas menghujam serangan.
Dengan hantaman balasan ini betul juga Nyo Ko terdesak hingga berkelit terus, lubang kelemahannya pe-lahan2 mulai kentara. Ketika melihat gerak pedang Nyo Ko sedikit lengah, cepat sekali Darba mengemplang, karena tak sempat hindarkan diri, terpaksa Nyo Ko menangkis dan terjadi benturan keras kedua senjata.
Sebenarnya beradunya senjata kedua pihak diwaktu bertanding adalah soal biasa saja, tetapi gada Darba terlalu antap, maka selalu Nyo Ko putar pedangnya tak berani membentur senjata orang, kini mendadak kesamplok, terasalah segera suatu tenaga yang maha besar menindihnya hingga lengannya sakit linu, "krak", mendadak pedangnya patah menjadi dua.
"Aku yang menang!" teriak Darba segera sembari undurkan diri.
"Aku yang menang!" mendadak Nyo Ko tirukan orang dalam basa Tibet, Berbareng itu separuh pedang patah itu ditimpukkan sekalian pada Darba.
Keruan Darba tertegun, pikirnya: "Kenapa dia yang menang? Apa tipunya tadi hanya pancingan belaka ?"
Sementara itu dengan tangan, kosong Nyo Ko merangsak maju lagi, maka Darba tak berani ayal ia putar gadanya rapat melindungi tubuhnya.
Dahulu waktu ikut Siao liong li belajar ilmu pukulan dengan tangan kosong di dalam kuburan kuno itu, sampai tingkat terakhir ia diharuskan pentang kedua telapak tangan buat tahan terbangnya 9X9 81 ekor burung gereja hingga tiada seekor pun yang lolos.
Ilmu pukulan itu adalah ciptaan Lim Tiao-eng dan selamanya belum pernah dikenal di dunia ramai, kini Nyo Ko telah mainkan di hadapan umum, nyata daya tekanannya memang luar biasa," meski bertangan kosong, tetapi jauh lebih kuat daripada tadi ia memakai pedang. Kalau Darba putar gadanya begitu hebat hingga membawa samberan angin tinggi menerobos kian kemari di antara ruangan.
Sebaliknya Nyo Ko gunakan Ginkang yang sangat tinggi menerobos kian kemari diantara ruangan senjata orang, walaupun tampaknya sangat berbahaya tetapi gada emas orang tetap tak mampu menyenggolnya seujung rambutpun sebaliknya ia bisa mencengkeram, menarik, membeset dan macam2 gerak serangan lain bercampurkan "tang-hok-mi-cin atau ilmu pukulan halus penahan burung gereja, ia terus menyerang dengan cepat.
Tak lama lagi, tenaga raksasa Darba semakin tambah, sebaliknya lari Nyo Ko juga semakin cepat dan enteng, Nyatalah sekarang, paedah yang dia peroleh daripada kegunaannya berlatih di atas ranjang-batu pualam di dalam kuburan kuno itu kini telah kentara semua.
Di sebelah sana sejak tadi Siao-liong li duduk bersandarkan tiang menyaksikan pertarungan kedua orang itu dengan tersenyum-simpul, demi nampak sudah lama Nyo Ko masih belum menang, tiba2 dari bajunya ia keluarkan sepasang kaos tangan putih yang tipis dan lemas.
"Ko-ji, sambut ini." serunya pada Nyo Ko," berbareng itu ia lemparkan kaos tangan itu ke tengah kalangan
Kaos tangan Siao-liong-li ini adalah rajutan benang emas putih yang sangat halus dan ulet, meski lemas dan tipis, tapi tidak mempan segala macam senjata, Melihat berkelebatnya kaos tangan itu di udara, air muka Hek Tay-thong mendadak berubah.
Seperti diketahui, ketika saling gebrak di Tiohg-yang-kiong dulu, dengan kaos tangan ini pernah Siao-liong-li patahkan pedang Hek Tay-thong hingga ia terdesak dan hampir saja gorok leher sendiri, sebab itu demi nampak kaos tangan seketika kejadian dulu terbayang lagi olehnya.
Dalam pada itu dengan cepat kaos tangan itu sudah disambut Nyo Ko, ia mundur selangkah dan cepat pakai kaos tangan itu, ketika kemudian ia mengegol pinggang bagai wanita, maka dimainkan-lah "Bi-Ii-kun-hoat" atau ilmu pukulan si gadis ayu yang paling hebat dan paling indah gayanya dari Ko-bong-pay itu.
Setiap gerak-gerik ilmu pukulan ini meniru kan gaya seorang wanita ayu dari jaman purbakala, bila dilakukan kaum lelaki, sebenarnya kurang pantas, tetapi waktu dilatih Nyo Ko, setiap gayanya sudah diubahnya, meski nama2 tipu gerakan masih tetap, namun gerak-geriknya dari lemah gemulai sudah berubah menjadi gagah luwes.
Dengan demikian, para penonton menjadi lebih tidak mengerti, tiba2 dilihatnya Nyo Ko berlari cepat, kadang2 berdiri tegak, sekejap saja sikapnya berubah lagi. Harus diketahui bahwa jiwa kaum wanita memang banyak ragamnya dan cepat pula berobahnya, lebih2 wanita ternama, tertawanya, di waktu suka atau duka, semuanya lebih2 sukar di-duga.
Karena itu, sekali digunakan tipu "Hong giok-kik-koh" (Ang Hong-giok memukul genderang), kedua tangan Nyo Ko cepat menghantam, dengan sendirinya Darba angkat gadanya menangkis tetapi cepat sekali Nyo Ko sudah ganti tipu "Hong-hut-ya-ping" (Hong-hut minggat malam2), di luar dugaan orang ia terus menubruk maju.Ketika Darba menyabet gadanya dari samping, mendadak Nyo Ko gunakan gaya "Lok-cu-tui-lau" (Lok-tu jatuh dari loteng), tahu2 ia menubruk bagian bawah musuh.
Darba terkejut, ia tidak mengerti tipu serangan orang mengapa begini aneh perubahannya dan susah diraba ? Maka lekas2 ia melompat buat hindarkan hantaman tangan orang yang telah memotong dari kiri lagi.
Tak terduga Nyo Ko lantas menepuk tangan beberapa kali dan susul-menyusul menggablok kedepan, kiranya ini adalah gaya "Bun-gwe-kui-han atau Bun-gwe kembali ke negeri Han yang berirama musik Ohka, seluruhnya meliputi 18 kali tepukan.
Setiap gerakan Nyo Ko semuanya ada asal-usulnya sejarah, Darba adalah paderi Tibet, sudah tentu ia tat paham kisah kuno negeri Tionggoan, ia diserang ke atas dan ke bawah, tiba2 dari timur, tahu2 dari barat hingga ia kelabakan.
Tangan Nyo Ko memakai kaos benang emas, maka bila ada kesempatan segera ia menubruk maju hendak rebut gada Darba, paderi ini terdesak hingga ber-kaok2 dan kalang kabut.
Dengan sendirinya para pahlawan lain sangat girang, mereka pada berseru memberi semangat pada Nyo Ko.
Kim-lun Hoat-ong tahu ilmu silat muridnya berada di atas pemuda ini, cuma berhati jeri, maka selalu kena didahului lawan dan terdesak di bawah angin.
"Gunakan Bu-siang-tay-lik-cu-hoat!" bentaknya tiba2.
"Baik," sahut Darba menurut. Mendadak gadanya ia pegang dengan kedua tangan terus diayun cepat.

Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali - Chin YungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang