Jilid 8

3.1K 46 0
                                    

Luar biasa kejut para imam itu, dengan ter-sipu2 mereka melompat mundur, dan ketika pergelangan tangan mereka periksa, nyata "Yong-kok-hiat" yang kena ditutul tadi sedikit tanda merah, tetapi setetes darahpun tidak mengucur keluar, Sungguh hebat serangan Kwe Ceng ini, dia gunakan ujung pedang yang tajam itu untuk menusuk Hiat-to, tetapi sedikitpun tidak bikin lecet kulit daging, sungguh suatu kepandaian yang luar biasa.

Keruan para imam itu terperanjat, dalam hati mereka bisa membayangkan juga apabila Kwe Ceng mau tabas putus tangan mereka tadi sebenarnya bukan urusan sulit.

Kini sudah ada 5 kali 7 atau 35 pedang yang telah terlepas dari cekalan.
Imam yang berjenggot panjang tadi semakin gusar, ia tahu juga Kwe Ceng masih belum keluarkan seluruh kepandaiannya, tetapi untuk menjaga pamor Coan-cin-kau tidak merosot, berulang kali ia memberi perintah lagi, ia persempit pula lingkaran barisannya, ia pikir dengan kepungan 98 imam, secara desak-mendesak saja akan gencet mampus lawannya.
Sebaliknya hati Kwe Ceng menjadi gemas juga, batinnya : "Para To-heng ini sungguh tidak kenal baik dan jelek, agaknya terpaksa aku harus hajar mereka supaya kapok."
Tanpa ayal lagi segera ia mulai buka serangan baru, dengan Ginkang yang lihay ia menyusur kesana dan memutar kemari, hanya sekejap saja barisan bintang para imam itu sudah tampak rada kacau.
Melihat gelagat jelek, lekas2 imam jenggot panjang tadi memberi perintah agar kambrat2nya berlaku tenang dan tetap jaga rapat kedudukan barisan mereka, ia insyaf apabila sampai ikut Kwe Ceng berlari, maka akhirnya barisan mereka pasti akan kocar-kacir dipatahkan. Tetapi demi mereka berdiri tenang tak bergerak, Kwe Ceng sendiri jadi gagal usahanya.
"To-heng ini (maksudnya imam jenggot panjang) sangat paham akan rahasia barisannya, nyata dengan cepat ia bisa ambil tindakan," demikian diam2 Kwe Ceng membatin. "Biarlah aku berteriak beberapa kali lagi, coba ada suara sahutan dari Khu-totiang atau tidak"
Selagi ia mendongak hendak buka mulut, sekilas tertampak olehnya pada pojok kuil yang megah di atas gunung sana lapat2 ada berkelebatnya sinar putih, agaknya seperti ada orang sedang bertempur dengan senjata tajam, hanya sayang karena jaraknya terlalu jauh, maka gerak tubuh orangnya tidak jelas, lebih2 suara beradunya senjata tidak bisa kedengaran.
Hati Kwe Ceng tergerak "Siapakah yang bernyali begitu besar, berani dia ngacau ke Tiong-yang-kiong ? Rupanya kejadian malam ini ada sesuatu yang mencurigakan"
Karena itu, ia ingin lekas memburu ke kuil di atas gunung untuk melihat apa yang terjadi, cuma para imam masih terus merintanginya dengan mati-matian.Akhirnya Kwe Ceng menjadi tak sabar, tiba2 tangan kirinya memukul dengan gerak tipu "kian-liong-cay-thian" (melihat naga di sawah), sedang tangan kanan dengan tipu pukulan "kong-liong-yu-hwe" (naga pembawa sial), sekali serang ia keluarkan ilmu kepandaiannya hantam kanan-kiri dengan kedua tangannya.

Karena serangan kanan-kiri ini, maka barisan bintang raksasa itu terpaksa membagi 49 orang buat menahan serangan dari kiri dan 49 orang lainnya menahan hantaman dari sebelah kanan.

Diluar dugaan, belum penuh gerak serangan Kwe Ceng tadi dilontarkan, ditengah jalan tiba2 berubah, gerak tipu "kian-liong-tjay-thian" mendadak berubah menjadi "kong-liong-yu-hwe" dan sekaligus Kwe Ceng gerakkan kedua tangan dengan tipu pukulan Kian-liong-cay-dian dan Kong-liong-yu-hwe kekanan dan kiri lalu diputar balik secara berlawanan sebaliknya.
Sebenarnya ilmu pukulan, dari kanan-kiri, kedua tangan sekaligus mengeluarkan tipu serangan yang berlainan, bahkan ditengah jalan tipu serangan itu bisa berubah, sungguh orang tidak pernah dengar atau menyaksikannya (dari mana Kwe Ceng memperoleh ajaran ilmu pukulan kanan-kiri dengan serangan yang berlainan, pada kesempatan lain akan diceritakan tersendiri).
Padahal barisan Pak-tau-tin besar sebelah kiri sedang keluarkan tenaga buat menahan tipu "kian-liong-cay-thian" dan barisan sebelah kanan menangkis tipu "kong-liong-yu-hwe", karena perubahan yang terbalik ini, maka tertampaklah bayangan Kwe Ceng berkelebat, tahu2 dia telah meloncat keluar dari celah2 himpitan kedua barisan besar itu, sebaliknya masing2 pihak dari ke-49 imam itu karena tidak pernah menyangka akan tindakan lawan itu, keruan lantas terdengar suara gedebukan yang ramai, kedua barisan itu telah saling tumbuk dan saling seruduk, banyak pedang yang patah dan tangan terluka, ada pula yang muka babak belur dan hidung mancur, beberapa puluh orang telah menderita luka semua.
Imam berjenggot panjang tadi meski sempat hindarkan diri lebih cepat, namun tidak urung ia ikut kelabakan juga, saking gemasnya, segera ia kerahkan seluruh barisannya terus mengudak pula. Tetapi karena amarahnya ini justru telah melanggar pantangan ilmu silat dari golongan Coan-cin-kau yang mengutamakan ketenangan sementara itu Kwe Ceng berlari cepat di depan dan dari belakang ke-98 imam itu mengudak dengan kencang.
Tatkala sampai ditepi sebuah kolam besar, Kwe Ceng lihat di depan hanya air belaka, namun ia tidak kurang akal, mendadak ia lemparkan pedang rampasannya lurus kepermukaan air.
Meski pedang ini terbuat dari baja, namun kekuatan yang Kwe Ceng gunakan begitu tepat, maka batang pedang ini me-loncat2 terapung di atas air beberapa kali Kesempatan inilah digunakan Kwe Ceng dengan baik, ia melayang ke tengah kolam, dengan kaki kanan ia tutul pelahan di atas batang pedang, Pada saat pedang itu tenggelam kedalam kolam, namun Kwe Ceng sudah pinjam tenaga tutulan tadi untuk melompat sampai di seberang.
Sebaliknya para imam itu yang sial, mereka sedang mengudak dengan kencangnya dan tak keburu mengerem lagi, maka terdengarlah suara "plang-plung" yang ramai beberapa puluh kali, nyata ada 40-50 orang yang telah kecemplung ke dalam kolam. Sedang beberapa puluh yang di belakang menginjak punggung imam2 yang depan, karena inilah mereka bisa berhenti ditepi kolam.

Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali - Chin YungWhere stories live. Discover now