Jilid 13

2.6K 35 1
                                    

"Jangan2 kamar batu yang disebut imam tua itu yalah peti batu ini ?" kata Nyo Ko.

"Bukan begitu maksudnya," sahut Siao-liong-li tersenyum,

Dia sudah lama tinggal dalam kuburan kuno ini, maka dia mahir sekali tentang segala macam alat2 rahasia, ia coba memeriksa teliti peti batu itu sejenak, lalu terdengar ia berkata lagi: "Alas peti ini bisa dibuka."

Tentu saja Nyo Ko sangat girang.

"Ah, tahulah aku sekarang, itu adalah pintu yang menuju ke kamar batu itu," serunya.

Habis ini, tanpa diperintah segera ia melompat masuk ke dalam peti mati itu, ia keluarkan dahulu kedua mangkok berisi minyak wangi itu, lalu ia me-raba2 seluruh peti, betul juga, akhirnya diketemukan satu tempat dekuk yang bisa dipegang, dengan kencang ia tarik ke atas sekuatnya, tetapi sedikitpun ternyata tidak bergerak

"Putar dulu ke kiri, baru ditarik ke atas," kata Siao-liong-li.

Nyo Ko menurut, ia putar lalu ditarik, betul saja lantas terdengar suara "krak" yang keras, satu papan batu telah kena ditarik naik,

"Kokoh, berhasil sudah !" serunya girang.

"Jangan kesusu dahulu. duduklah sebentar, biar bau apek di dalam gua teruar keluar baru kita masuk," ujar Siao-liong-li.

Dalam keadaan demikian Nyo Ko menjadi tidak sabar, hanya sebentar saja dia sudah tanya. "Bagaimana Kokoh, apa sudah cukup ?"

"Ai, orang tak sabar seperti kau ini sukar dimengerti bisa tahan mengawani aku beberapa tahun," ujar Siao-liong-li dengan menghela napas.

Habis berkata, pelahan2 ia berdiri, ia angkat cektay dan turun ke bawah melalui peti batu itu, sesudah melalui satu lorong di bawah tanah yang sempit dan membelok lagi dua kali, betul saja akhirnya mereka sampai di satu kamar batu.

Kamar batu itu ternyata tiada sesuatu yang sepesial, waktu mereka sama2 mendongak ke atas, maka tertampaklah oleh mereka di langit2an kamar itu penuh tertulis huruf2 dan tanda2, sedang ujung paling kanan tertuliskan empat huruf besar : "Kiu-im-cin-keng".

Siao-liong-li dan Nyo Ko tidak mengerti bahwa "Kiu-im-cin-keng" adalah suatu kitab ilmu silat paling tinggi di seluruh kolong langit, tetapi sesudah mereka melihat tulisan serta tanda2 itu, mereka merasakan tiada terbilang bagusnya intisari yang terkandung di dalamnya, seketikapun mereka tak bisa memahami seluruhnya.

"Sekalipun ilmu kepandaian ini dapat mengalahkan Giok-li-sim-keng, namun kitapun tak keburu lagi mempelajarinya," ujar Siao-Iiong-li.

Karena itu Nyo Ko menjadi kecewa dan putus asa lagi, sebenarnya ia tidak mau melihat lagi, tak disengaja, sekilas mendadak terlihat olehnya pada ujung barat langit2 kamar itu terlukis satu yang tampaknya tiada hubungannya dengan ilmu silat. Oleh karena tertarik, kembali ia kumpulkan perhatian memandang lebih jauh, agaknya gambar itu seperti sebuah peta.

"Kokoh, apakah itu ?" katanya kemudian pada Siao-liong-li.

Siao-liong-li berpaling, ia pandang menurut arah yang ditunjuk, tiba2 ia pandang peta itu dengan ter-mangu2, tubuhnya sedikitpun tidak bergerak Lama dan lama sekali masih tetap tidak bergerak

Akhirnya Nyo Ko sendiri menjadi ngeri, ia coba tarik2 lengan baju orang dan menanya : Ko-koh, kenapakah kau ?"

Tetapi Siao-liong-li masih tetap memandang dengan terkesima, kira2 lewat beberapa lama, mendadak ia mendeprok terduduk, ia menangis ter-guguk2 bersandar di tubuh Nyo Ko.

"Apakah badanmu sakit lagi, Kokoh?" pemuda itu tanya dengan bingung.

"Bukan, bu... bukan," sahut Siao-liong-li tersenggak-sengguk, Selang tak lama lalu dia sambung lagi: "Ki... kita kini bisa keluar sudah."

Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali - Chin YungWhere stories live. Discover now