Jilid 27

2.7K 46 1
                                    

"Orang goblok, lekas kau enyah dari sini!" damperat Nyo Ko sambil melancarkan pula beberapa kali tusukan sehingga Be Kong-co kelabakan berusaha mengelak dan terpaksa melompat mundur sehingga cukup jauh dari kalangan pertempuran Kwe Cing berempat.
Setelah mendesak lagi beberapa langkah, kemudian Nyo Ko membisiki Be Kong-co dengan suara tertahan: "Be-toako, jiwamu sudah kuselamatkan, kau tahu tidak?"
"Apa katamu?" tanya Be Kong-co dengan bingung.
"Ssst, jangan keras2, nanti didengar mereka," desis Nyo Ko.
"Ada apa?" kembali Be Kong-co menegas dengan mata terbelaIak. "Apa yang mesti kutakuti terhadap Hwesio gede piaraan biang anjing itu?" - suaranyatetap keras, bahaya adalah bicara biasa,namun bagi orang lain sudah serupa orang berteriak.
"Baiklah, kalau begitu kau jangan bicara lagi, turut saja perkataanku," kata Nyo Ko.

Penurut juga Be Kong-co, ia mengangguk dan tidak bersuara pula.

Nyo Ko lantas berkata padanya: "Kwe Cing bisa ilmu sihir, begitu dia membaca mantera segera kepala lawan dapat dipenggalnya. Maka lebih baik kau berdiri sejauhnya dari dia.
Mata Be Kong-co terbelalak lebar, setengah percaya dan setengah tidak.
Karena ingin menolong jiwa si dogol, Nyo-Ko tahu jalan paling baik adalah mengibulinya, kalau dikatakan ilmu silat Kwe Cing sangat hebat tentu dia tidak mau menyerah kalah, tapi kalau bilang Kwe Cing mahir ilmu sihir, besar kemungkinan si dogol mau percaya.
Karena itu, untuk lebih meyakinkan kepercayaan Be Kong-co, Nyo-Ko berkata pula: "Tadi kau mengemplangnya dengan toyamu, toyamu tidak membentur apa2 terus terpental balik malah, kan aneh bukan? saudagar Persi itu sangat tinggi ilmu silatnya, mengapa sekali gebrak juga dilukainya?"
Be Kong-co mau percaya ucapan Nyo Ko ini, ia manggut2, lalu memandang Kim-lun Hoat-ong, Siau-siang-cu dan Iain2 deogan agak ragu.Nyo Ko tahu apa yang sedang dipikirkan Be-Kong-co, segera ia menambahi pula. "Hwesio gede itu punya jimat dan telah diberikan kepada mayat hidup serta setan cebol itu, mereka membawa jimat, dengan sendirinya tidak gentar terhadap ilmu sihir lawannya. Apa Hwesio gede itu tidak memberi jimatnya padamu?"
Dengan gemas Be Kong-co menjawab "Tidak!"
"Ya, bangsat gundul itu memang tidak dapat diajak bersahabat, ia juga tidak memberi jimatnya padaku, biarlah nanti kita bikin perhitungan dengan dia," kata Nyo Ko.
"Benar!" seru Be Kong-co, "Lantas bagaimana sekarang?"
"Kita menonton saja, makin jauh makin baik," ujar Nyo Ko.
"Kau memang orang baik, adik Nyo," kata Be Kong-co. "Syukur kau mau memberitahukan padaku."
Segera ia seret toyanya dan mundur lebih jauh untuk mengikuti pertarungan Kwe Cing berempat itu.
Sementara itu Kwe Cing sedang mengeluarkan ilmu silat yang terkenal: "Hang-liong-cap-pek-ciang" (delapan belas jurus penakluk naga), meski tinggi juga ilmu silat Hoat-ong bertiga, tapi biasanya mereka tinggal terpencil di daerah yang jarang bergaul dengan orang luar, pengalaman dan pengetahuan mereka terbatas, dibandingkan In Kik-si jelas pengetahuan mereka boleh dikatakan teramat dangkal.
Melihat ilmu pukulan yang dahsyat itu, mereka bertiga sama sekali tidak kenal asal-usulnya, mereka hanya mengepung Kwe Cing di tengah, mereka pikir asalkan mereka mengepung sekuatnya, tentu lawan takkan tahan lama mengerahkan tenaga pukulan sehebat itu.
Pendapat mereka memang masuk diakal, umumnya angin badai tak pernah berlangsung sepanjang hari, hujan keras juga jarang semalam suntuk, semakin keras tenaga yang dikeluarkan semakin sukar pula berlangsung lama.
Tak tahunya selama 20-an tahun Kwe Ong giat berlatih "Kiu-im-cin-keng?" itu kitab pusaka kunci saripati ilmu silat yang tak terkatakan hebatnya, semula tenaga yang dikeluarkannya tidak begitu menonjol, tapi setelah belasan jurus, tahu- tenaga pukulan Hang-liong-cap-pek-ciang bisa ber-ubah kadang2 kuat, tiba2 menjadi enteng lagi, mendadak membadai, tahu2 mereda lagi, dari maha kuat bisa berubah menjadi maha lunak, inilah ilmu sakti yang belum sempat dipahami oleh mendiang Ang Chit-kong dahulu.
Nyata sedikitpun dia tidak terdesak oleh ketiga lawannya yang amat tangguh itu, sebaliknya Kwe Cing malah terus menyerang, makin bertempur makin leluasa.
Sungguh kejut dan kagum Nyo Ko tak terhingga, Ketika di kuburan kuno dahulu pernah juga dia mempelajari "Kiu-im-cin-keng", cuma tiada petunjuk dari orang lain sehingga tidak diketahui kehebatan kitab pusaka yang begini luar biasa, ia coba mengikuti ilmu pukulan Kwe Cing itu dan dicocokkan dengan kunci ilmu yang dipelajarinya dari Kiu-im-cin-keng itu, seketika ia banyak mendapatkan teori baru yang sangat bermanfaat dan diingatnya dengan baik2, seketika iapun lupa akan membunuh Kwe Cing untuk menuntut balas sakit hatinya.
Ilmu silat antara Kim - lun Hoat-ong dan Kwe Cing sebenarnya setingkat, meski Kwe Cing lebih banyak mendapatkan penemuan aneh, tapi usia Hoat-ong lebih tua 20-an tahun, itu berarti keuletannya lebih tua 20 tahun pula, kalau satu lawan satu sedikitnya ribuan jurus baru dapat menentukan menang kalah.
Hoat-ong dibantu Siau-siang-cu dan Nimo Singh, sebenarnya tidak ada baginya mengalahkan lawannya, cuma Hang liong-cap-pek-ciang yang dimainkan Kwe Cing itu teramat lihay, ditambah lagi langkah Pak~tau-tin ajaran Coan-cin-kau yang digunakan Kwe Cing itu sukar diraba arahnya, seorang se-akan2 berubah menjadi tujuh orang, selain itu pertama kali In Kik-si sudah dilukainya lebih dulu, hal ini telah membikin jeri lawan pula, maka Hoat-ong bertiga menjadi tidak berani sembarangan menyerang, dengan begitu Kwe Cing dapat bertahan dengan satu lawan ketiga orang itu.
Setelah beberapa puluh jurus lagi, lambat-laun roda emas Kim-lun Hoat-ong mulai memperlihatkan daya tekanannya, ular besi Nimo Singh juga makin kencang menyerang, diam2 Kwe Cing mengeluh kalau pertarungan berlangsung lebih lama dan tiba2 pihak lawan datang lagi seorang pembantu, maka pasti dirinya tak sanggup bertahan lagi, sedangkan Nyo Ko yang menempur si gede itu entah bagaimana keadaannya.
Maklumlah, terpaksa ia harus memusatkan perhatian untuk melayani lawannya sehingga tidak sempat mengikuti pertarungan Nyo, Ko melawan Be Kong co di sebelah sana itu.
Tiba2 terdengar suara suitan aneh, kedua kaki Siau-siang-cu kaku menegak dan meloncat ke atas, dari udara pentungnya terus menutuk. Cepat Kwe Cing mengegos ke samping, mendadak pandangannya terasa gelap, dari ujung pentung orang tersembur keluar asap hidup, seketika hidungnya mencium bau busuk amis, kepala menjadi rada pening Kwe Cing mengeluh, ia tahu pentung lawan itu tersimpan barang racun, cepat ia melangkah mundur.
Siau-siang-cu menjadi heran sekali, sudah jelas Kwe Cing telah mengendus racun yang disemburkan dari pentungnya, tapi tidak jatuh kelengar dan bahkan seperti tidak berhalangan apa2, padahal biarpun singa harimau atau binatang buas apapun juga akan jatuh pingsan jika tersembur oleh racun yang disemburkannya itu.
Segera ia meloncat lagi ke atas, untuk kedua kalinya ia menutuknya pula dengan pentungnya yang berbisa itu.
Dahulu waktu dia berlatih ilmu "mayat hidup" di daerah pegunungan yang sunyi, kebetulan dilihatnya seekor katak kecil sedang bertempur melawan seekor ular besar, katak pura itu menyemburkan hawa berbisa dan merobohkan lawannya yang jauh lebih besar itu.
Dari situlah Siau-siang-cu mendapatkan ilham, ia menangkap katak puru dan diambil lendir berbisanya untuk disembunyikan di dalam pentungnya.
Pangkal pentung ini ada pesawat rahasianya, sekali ditekan dengan jari akan segera menyemburkan asap berbisa, waktu menyemburkan asap berbisa itu Siau-siang-cu sengaja meloncat ke atas supaya daya guna racun itu tambah keras.
Biasanya asap berbisa itu tidak pernah meleset merobohkan musuh, siapa tahu tenaga dalam Kwe Cing sedemikian kuatnya dan sanggup bertahan.
Kim-lun Hoat-ong dan Nimo Singh meski bukan sasaran racun Siau-siang-cu itu, tapi merekapun ikut mengendus racun dan terasa muak, cepat mereka melompat mundur, Siau-siang-cu sendiri sudah memakai obat penawar sehingga tidak kuatir keracunan, ia angkat pentungnya dan menubruk maju lagi.
Sebelum lawan menggunakan racun pula, mendadak Kwe Cing menyambutnya dengan pukulan dahsyat ke dengkul musuh. Terpaksa Siau-siang-cu tarik kembali pentungnya untuk menangkis, walaupun begitu tidak urung tubuhnya tergentak mundur beberapa langkah oleh tenaga pukulan Kwe Cing yang lihay itu.
Waktu Kwe Cing berpaling ke sana, dilihatnya senjata ular Nimo Singh sedang menyambar tiba.di siang hati bolong jelas kelihatan ular besi lawan itu dapat mulur mengkeret, tampaknya juga ada sesuatu yang aneh, jika mendadak membidikkan senjata rahasia, seketika sukar ditahan. Cepat Kwe Cing mendahului menghantam ke dada musuh sebelum senjata ular lawan itu mendekat.
Nimo Sing menyadari betapa hebat tenaga pukulan Kwe Cing, lekas2 ia tarik kembali senjata ularnya, kedua tangan memegangi kedua ujung senjata dan berusaha menangkis pukulan lawan. Akan tetapi cara Kwe Cing menggunakan tenaga pukulannya ternyata lain daripada yang lain, bagian tengah tidak membawa tenaga, sebaliknya tenaga pakaiannya memencar ke sekeliling titik sasaran jadi tangkisan Nimo Singh lantas terasa hampa, sebaliknya perut dan muka segera merasakan samberan tenaga pukulan yang dahsyat.
Untung gerak-gerik Nimo Singh juga cepat dan gesit, pula tubuhnya pendek kecil, lekas ia menjatuhkan diri, disertai dengan beberapa kali jumpalitan laksana boIa saja ia menggelinding ke sana sehingga luput dari hantaman Kwe Cing itu.
Melihat ada kesempatan baik, cepat Kwe Cing melompat pergi saja - Tanpa ayal ia melangkah ketempat peluang yang di tinggalkan Nimo Sing tadi.
Kim-lun Hoat-ong terkejut melihat musuhnya loIos dari kepungan, cepat ia menubruk maju.
Sementara itu Kwe Cing telah dicegat oleh barisan pasukan Mongol, belasan tumbak telah di tusukkan kearahnya, Mendadak Kwe Cing angkat kedua tangannya, beberapa tombak disampuk pergi, sekali tangannya membalik, dua prajurit kena dicengkeramnya terus dilemparkan ke arah Hoat ong sambil berseru: "Awas, tangkap ini."
Kalau Kim-lun Hoat-ong tidak pegang kedua perajurit Mongol itu, tentu keduanya akan terbanting mampus, sebaliknya kalau kedua orang itu di tangkapnya, itu berarti dia teralang dan kesempatan itu akan digunakan Kwe Cing untuk kabur lebih jauh.
Dasarnya memang keji, tanpa pikir Hoat-ong terus memiringkan tubuh ke samping dan ditunjuknya kedua perajurit itu dengan bahunya, kontan kedua orang itu terpental beberapa meter jauhnya dan terguling binasa. Segera pula roda emas mengepruk ke punggung Kwe Cing. Asalkan Kwe Cing menangkis atau balas menyerang maka sukar lagi untuk kabur.
Cepat Kwe Cing merampas dua tumbak dan menusuk ke belakang, Caranya merampas dan menyerang dilakukannya dalam sekejap saja, sedang kakinya tidak pernah berhenti, tusukannya ke belakang seperti punggungnya bermata saja, tumbak yang satu menusuk bahu kanan Hoat-ong sedang tombak lain menusuk kaki kirinya, jitu lagi keras.
Diam2 Hoat-ong memuji ketangkasan lawan, segera menggunakan roda emas untuk menghantam, "krak-krak", kedua tumbak itu patah semua, karena sedikit merandek itulah Kwe Cing sempat menyusup ke tengah pasukan MongoI.
Pasukan Mongol itu mendapat perintah Kubilai agar menawan hidup2 Kwe Cing, sekarang sasarannya itu malah menerobos ke tengah barisan, dengan sendirinya mereka menjadi serba salah, menawannya sukar, melukainya tidak boleh.
Yang terdengar hanya suara benturan senjata dan bentakan di sana-sini yang riuh, keadaan menjadi kacau dan Hoat-ong bertiga malah teralang.
Dengan sembunyi di tengah pasukan musuh. Kwe Cing malah dapat lolos dengan leluasa seperti menyusup ke tengah rimba lebat saja. Beberapa kali lompat dapatlah dia mendekati seorang Pek-hu-tiang, sekali betot ia seret orang itu dari kudanya segera ia cemplak ke atas kuda rampasan itu terus menerjang ke sana-sini, sebentar saja ia sudah menerobos keluar barisan musuh dan membedakan kudanya secepat terbang.
Waktu ia bersuit, kuda merah kesayangan yang menunggu jauh disana itu lalu berlari mendatangi. Asalkan Kwe Cing sudah berada di atas kuda mestikanya, biarpun Kubilai mengerahkan segenap pasukannya yang paling tangkas juga sukar menyusulnya lagi
Dari jauh Nyo Ko dapat melihat kuda merah itu sedang menghampiri Kwe Cing, diam2 ia me-ngeluh, tiba2 ia mendapat akal, oepat ia berteriak: "Aduh, mati aku!"- Habis ini ia sengaja sempoyongan seperti akan roboh, berbareng ia membisiki Be Kong-oo: "Lekas menyingkir, jangan bicara padaku, lekas pergi sejauhnya!"
Jeritannya mengaduh itu dilakukan dengan tenaga dalam yang kuat, meski di medan perang yang gaduh itu juga pasti didengar oleh Kwe Cing, ia yakin sang paman pasti akan putar balik untuk menolongnya, tapi kalau Be Kong-co masih berada jadi sekali dipukul oleh Kwe Cing jiwanya dogol itu akan melayang, sebab itulah dia suruh Be Kong-co lekas pergi.
SemuIa Be Kong-co melengak heran, tapi segera ia pikir Nyo Ko pasti mempunyai maksud tertentu, tanpa membantah lagi terus angkat langkah seribu dan berlari ke kemah Kubilai.
Benar juga setelah mendengar jeritan Nyo Ko tadi Kwe Cing menjadi kuatir, tanpa menunggu mendekatnya kuda merah segera ia putar kuda rampasannya tadi dan menerjang lagi ke tengah pasukan, ke arah beradanya Nyo Ko.
Sedikit pikir saja Kim-lun Hoat-ong lantas paham maksud tujuan Nyo Ko itu, maka ia tidak merintanginya melainkan membiarkan Kwe Cing menerjang lewat di sampingnya, tapi kemudian baru ia mencegat jalan mundur lawan itu.
Setiba di dekat Nyo Ko, dengan kuatir Kwe Cing lantas berseru: "Ko-ji, bagaimana kau?"
Nyo Ko pura2 sempoyongan dan menjawab: "sebenarnya orang gede itu bukan tandinganku tapi entah mengapa, mendadak dadaku sesak dan perutku sakit" Alasannya ini cukup masuk diakal, sebab ilmu silat Be Kong-co tidak tinggi, kalau dia bilang dikalahkan orang dogol itu tentu Kwe Cing takkan percaya, tapi kalau menyatakan tenaganya mau-tak-mau Kwe Cing akan percaya terutama dihubungkan dengan kejadian semalam, di mana Kwe Cing menyangka lwekang anak muda jta mengalami kemacetan, kalau sekarang penyakitnya komat lagi adalah lazim.
Segera Kwe Cing melompat turun dari kudanya dan berseru: "lekas naik di punggungku, biar kugendong kau!"
"Tidak, Kwe-pepek," jawab Nyo Ko pucat "jiwaku tidak soal, tapi engkau adalah tulang punggung pertahanan kota Siangyang, segenap perajurjt dan rakyat jelata di sana sedang menantikan kepulanganmu, engkaulah tumpuan harapan mereka."
"Kau datang bersamaku, mana boleh kutinggalkan kau di sini?" ujar Kwe Cing," hayo lekas menggemblok di punggungku."
Ketika nampak Nyo Ko masih ragu2, segera Kwe Cing berjongkok dan menarik anak muda-itu ke atas punggungnya. Pada saat itu juga kuda rampasannya tadi telah roboh binasa oleh beberapa panah musuh.
Sudah biasa Kwe Cing menyerempet bahaya, semakin gawat keadaannya semakin gagah berani pula dia dan menghadapinya dengan tenang. "Jangan takut, Ko ji, kita pasti dapat menerjang keluar." demikian katanya kepada Nyo Ko, segera ia berdiri dan menerjang ke sebelah utara.Sementara itu Hoat-ong, Nimo Singh dan Siau siang~cu juga sudah menyusul tiba, Kwe Cing melihat kepungan musuh di sekelilingnya terlebih rapat daripada tadi. Di bawah panji kebesaran di depan kemah sana tampak Kubilai sedang menyaksikan pertarungan sengit itu sambil bicara dengan seorang Hwesio, melihat sikapnya yang "adem ayem" itu jelas Kubilai yakin kemenangan sudah pasti berada ditangannya.
Kwe Cing menjadi gusar, ia menggertak keras dan mendadak menerjang ke arah Kubilai dengan menggendong Nyo Ko, hanya beberapa kali lompatan saja ia sudah sampai di depan Kubilai. Keruan para pengawal Kubilai terkejut, be-ramai2 mereka mengacungkan tumbak untuk menerjang Kwe Cing
Akan tetapi pukulan Kwe Cing luar biasa dahsyatnya, siapa yang berani merintanginya pasti celaka, Ketika seorang pengawal pribadi Kubilai kena dihatiam terpental asal dia menyerobot maju lagi beberapa langkah, tentu pukulannya dapat mengena.
Beberapa pengawal itu berusaha mengadang dengan mati-matian, namun sukar juga menandingi Kwe Cing yang perkasa itu. Melihat keadaan berbahaya, cepat Kim-lun Hoat-ong menyambitkan toda emasnya dari kejauhan. Namun sedikit menunduk kepala dapatlah roda itu dihindari oleh Kwe Cing sambil masih terus menerjang maju.
Nyo Ko pikir sampai Kubilai kena ditawan Kwe Cing sebagai sandera, dalam keadaan terpaksa tentu pihak Mongol akan melepaskannya. Kalau sekarang aku tidak turun tangan, mau tunggu kapan lagi? Dalam keadaan agak ragu2 ia toh bertanya lagi: "Paman Kwe, apakah ayahku berniat amat jahat dan berdosa sehingga engkau harus membinasakan dia?"
Melengak juga Kwe Cing atas pertanyaan itu, tapi keadaan tidak mengidzinkannya untuk berpikir ia menjawab: "Dia mengaku musuh sebagai ayah, berkhianat dan melakukan kejahatan setiap orang dapat membunuhnya,"
"O, begituI" kata Nyo Ko, tanpa ragu ia terus angkat pedangnya dan hendak menikam ke kuduk sang paman.
Pada saat itulah mendadak bayangan berkelebat, sebuah pentung menghantam pedangnya sehingga pedangnya tertangkis ke samping. Waktu Nyo Ko melirik, kiranya yang bertindak itu adalah Siau~siang-cu. ia menjadi heran mengapa oranj| berbuat begitu, tapi segera iapun sadar: "Ya, kail sengaja menggagalkan usahaku membunuh Kwe Cing agar gelar jago nomor satu itu tidak jatuh kepadaku, Huh, kau mayat hidup ini mana tahu tujuanku hanya ingin menuntut balas saja, tentang nama kosong itu masakah pernah kupikirkan?".
Segera ia putar pedangnya, beberapa kali gebrakan ia desak pentung Siau-siang-cu ke samping menyusul ia hendak menikam lagi ke punggung Kwe Cing.
Waktu itu Kwe Cing lagi melayani gempuran kim-Iun Hoat-ong dan Nimo Singh, ia tidak maut tahu Nyo Ko sedang main gila di atas punggungnya disangkanya anak muda itu lagi menempur Siau~ siang cu dengan mati2an, malahan ia lantas memperingatkan Nyo Ko: "Awas, Ko-ji, pentungnya itu dapat menyemburkan asap berbisa!"
Nyo Ko mengiakan, sementara itu pentung Siau-siang-cu menyambar tiba pula. Keadaan itu dapat dilihat dengan jelas oleh Kim-lun Hoat-ong.
Nimo Singh yang berdiri di depan sana, jelas Nyo Ko akan berhasil, tapi selalu digagalkan.oleh Siau-siang cu, dengan gusar mereka lantas membentak: "Hai, Siau-siang cu, kau main gila apa?"
Siau-siang-cu menyeringai seram, mendadak pentungnya menghantam Kwe Cing, ketika untuk ketiga kalinya Nyo Ko hendak menikam punggung Kwe Cing, mendadak Siau-siang~cu menangkis lagi pedangnya.
Mengingat Nyo Ko lagi kurang sehat, Kwe Cing menguatirkan anak muda itu tidak sanggup melayani serangan Siau-siang-cu, segera ia membaiki tangan kiri dan menghantam ke dada musuh itu, seketika tubuh Siau-siang-cu tergetar dan terpaksa mundur dua-tiga tindak.
Dalam keadaan bebas tanpa rintangan, asal ditikam lagi tujuan Nyo Ko pasti akan tercapai tapi dilihatnya iga kiri Kwe Cing menjadi tidak terjaga karena serangannya kepada Siau-siang-cu, kesempatan itu telah digunakan Nimo Simgh untuk menerobos maju, senjata ularnya terus me-nusuk.
Karena kuatir tikaman akan berhasil setelah mundur segera Siau-siang-cu menubruk lagi dengan cepat, pentungnya terus menutuk hiatto maut di punggung Nyo Ko untuk membuat anak muda itu mau-tak-mau harus menjaga lebih dulu.
Sementara itu tangan kanan Kwe Cing sedang melayani Hoat-ong, kedua orang sedang mengadu tenaga dalam, tapi dia dan Nyo Ko justeru terancam bahaya sekaligus, dasar watak Kwe Cing memang berbudi luhur, dia tidak menyelamatkan diri sendiri, tapi menolong Nyo Ko lebih dulu, tangan kirinya terus menyampuk dengan jurus Sin-Iiong-pah-bwe" (naga sakti goyang ekor), dengan tepat pentung Siau-siang-cu terhantam, sekujur badan Siau-siang~cu terasa panas, mukanya yang pucat seketika berubah merah.
Tapi pada saat yang sama, senjata ular Nimo Singh juga sudah menyamber tiba, Kwe Cing sedang mengerahkan sebagian besar tenaganya untuk melayani Kim-lun Hoat-ong serta menghantam Siau-siang-cu sehingga tiada sisa tenaga untuk menahan serangan Nimo Singh itu, dalam keadaan kepepet sedapatnya menarik tubuhnya sedikit ke belakang.
Serangan Nimo Singh itu dapat dielakkan, walaupun begitu kepala ular besi itu toh masuk juga pada iganya sedalam dua tiga senti-seketika Kwe Cing mengerahkan tenaga dan otot tangannya mengencang, daya tusuknya senjata ular tertahan dan sukar menancap lebih dalam dan sebelah kaki Kwe Cing lantas menendang hingga Nimo Singh terjungkal.
Tadinya Nimo Sing sudah bergirang melihat serangannya berhasil mengenai sasarannya dan yakin Kwe Cing pasti akan binasa dan gelar jago nomor satu akan jatuh padanya, sungguh tak terduga. bahwa dalam keadaan kepepet Kwe Cing sanggup mengeluarkan kepandaian lihay dan ia sendiri malah kena di tendang tepat pada dadanya kontan tiga tulang rusuknya patah.
Kalau disebelah sini ber-turut2 Siau-siang-cu dan Nimo Singh kecundang, di sebelah sana Kim-lun Hoat-ong terus mendesak lebih kuat dengan tenaga pukuIannya, lantaran luka pada iga kiri sehingga tenaga dalam Kwe Cing banyak terkuras, Kwe Cing tidak sanggup bertahan lagi, terasa suatu tenaga maha dahsyat menimpanya, kalau paksakan diri mengadu tenaga tentu jiwa sendiri akan melayang Terpaksa dilepaskan pertahanannya dan menerima sebuah pukulan dengan Lwekang tingkat tinggi telah dilatih selama sepuluh tahun ini. "Wuaakkk", tumpahlah darah segar keluar dari muIutnya.
Walaupun jiwa sendiri terancam bahaya namun Kwe Cing masih tetap memikirkan keselamatan Nyo Ko, serunya: "Lekas rebut kuda dan lari, Ko-ji, akan kutahan kejaran musuh bagimu!"
Betapapun hati Nyo Ko tergetar dan darah bergolak dalam rongga dadanya demi menyaksikan sang paman membelanya mati2an tanpa menghiraukan keselamatan sendiri, tak terpikir lagi olehnya tentang dendam kesumat segala, ia pikir sedemikian luhur budi paman Kwe, kalau aku tidak membalas budi kebaikannya ini berarti percumalah hidupku ini.!Segera ia melompat turun dari gendongan sang paman, ia putar pedangnya sedemikian kencang untuk melindungi Kwe Cing. ia mengamuk seperti banteng ketaton, ia menyerang mati2an.."
Kim-lun Hoat ong dan Siau-siang-cu tercengang melihat tindakan anak muda itu, seru mereka: "Hai, Nyo Ko, apa2an kau ini?"
Nyo Ko tidak menjawab "sret", ia menusuk Hoat-ong, begitu musuh mengelak "sret" serangannya beralih ke arah Siau-siang-cu.
Melihat Nyo Ko seperti orang kalap, tanpa terasa mereka sama melompat mundur.
"Jangan urus diriku, Ko-ji, lekas kau menyelamatkan dirimu!" seru Kwe Cing.
"Kwe-pepek, akulah yang bikin susah padamu, biarlah aku mati bersama kau saja," teriak Nyo Ko sambil putar pedangnya dengan kencang dia hanya melindungi Kwe Cing saja tanpa menghiraukan bahaya yang mengancam dirinya sendiri
Kim-lun Hoat-ong dan Siau-siang-cu sama2 ingin berebut gelar "jago nomor satu", karena itu mereka saling berlomba menawan atau membunuh Kwe Cing, senjata mereka berbareng menyerang. Tapi Nyo Ko telah putar pedangnya begitu hebat sehingga kedua orang itu tak dapat mendekat.
Di sekeliling mereka be-ribu2 perajurit Mangol bersorak sorai riuh rendah mengikuti pertarungan sengit itu. Ber-ulang2 Kwe Cing mendesak Nyo Ko lekas lari, tapi anak muda itu tetap bertempur membelanya, ia menjadi cemas dan berterima kasih pula, akhirnya ia merasa lemah dan tidak sanggup bertahan Iagi, kedua kakinya terasa lemas,jatuh terduduk.
Nimo Singh benar2 tangkas, meski tulang rusuknya patah tiga buah, ia angkat senjata ular dan mendekat dengan pelahan untuk membunuh Kwe Cing, Sekuatnya Nyo Ko menghalau ini, ia tahu sendirian sukar menahan tiga lawan, mendadak ia menarik Kwe Cing ke punggungnya dengan nekat ia terus menerjang keluar.
Kepandaian Nyo Ko memangnya bukan tandingan Kim-lun Hoat-ong, kini dia menggendong Kwe Cing, tentu saja dia tidak sanggup bertahan, Beberapa gebrakan kemudian lengan kirinya telah kena dilukai oleh roda emas Hoat-ong.
Pada detik yang berbahaya itulah se-konyong2 pasukan Mongol yang mengepung itu tersiak ke samping, seorang tua berkaki pincang bertongkat besi tampak menerjang datang dengan memutar senjatanya yang berbentuk palu besar.
"Lekas terjang keluar, Nyo Ko, akan kulindungi kau dari belakang!" seru kakek pincang itu. Kiranya dia adalah Pang Bik-hong, murid Ui Yok-su.
Seperti diketahui, dia dipaksa wajib kerja bagi pasukan Mongol untuk menggembleng dan membuat senjata, tapi diam2 ia bercita2 akan membunuh beberapa perwira Mongol namun selama ini belum ada kesempatan. Kebetulan hari ini ia terdengar suara pertempuran yang sengit, dari tempat ketinggian ia melihat Kwe Cing dan Nyo Ko dikepung, segera ia menerjang ke sisi untuk membantu merek.,
Ia putar palunya yang besar itu dengan kencang, siapa yang kebentur pasti kepala remuk dan tulang patah, karena itu dia berhasil membuka suatu jalan berdarah, Tentu saja Nyo Ko bergirang, cepat ia menerobos ke sana. Tapi Kim-lun Hoat ong tidak tinggal diam, ia putar rodanya dan sekaligus mengadang di depan Nyo Ko dan Pang Bik-hong, ia sambut semua serangan kedua orang itu..
Hanya kalau pentung Siau-siang-ou menghantam ke punggung Kwe Cing, maka Hoat-ong lantas memberi kesempatan pada Nyo Ko untuk menangkisnya agar serangan Siau-siang-cu itu gagal mengenai Kwe Cing.
Tapi jika rodanya mengepruk Kwe Cing, Siau-siang-cu juga lantas ayun pentungnya untuk menangkiskannya, untunglah kedua orang itu saling berlomba membunuh Kwe Cing, kalau tidak biarpun Nyo Ko bertempur mat2an juga sukar untuk menyelamatkan jiwa Kwe Cing.
sementara itu Kwe Cing dan Nyo Ko sudah bertempur sekian lamanya di tengah kepungan musuh yang ketat itu, Kim-lun Hoat-ong tidak sangsi lagi, cepat ia menubruk maju, rodanya terus menghantam dan beradu dengan pedang Nyo-Ko Kun-cu-kiam yang didapatkan Nyo Ko dari Coat-ceng-kok itu sangat tajam, roda Hoat-ong tertabas secuil, tapi Hoat-ong terus mendorong rodanya ke depan dengan tenaga kuat, kuatir Kwe Cing terluka, Nyo Ko tak berani mengegos ke samping, terpaksa ia menangkis pula dengan pedangnya, karena roda itu sudah menyerang dulu ke samping belakangnya, maka lengannya kembali tergores luka dan mengucurkan darah.

Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali - Chin YungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang