Jilid 22

3.2K 43 0
                                    

Cepat Nyo Ko memutar kudanya dan kabur, kedua perajurit itu segera pentang busur dan melepaskan anak panah, Tapi sekali meraup ke beIakang, dengan mudah saja dua batang anak panah itu sudah kena ditangkap Nyo Ko, ia merasa sam-beran anak panah itu cukup kuat, kalau saja dirinya tidak mahir ilmu silat tentu sudah mati tertembus kedua panah itu.

Melihat Nyo Ko mampu menangkap panah mereka, kedua perajurit itu menjadi jeri terhadap kelihayan Nyo Ko, mereka menahan kuda dan memutar balik ke sana.

Nyo Ko lantas kembali ke bengkel si pandai besi dan menuturkan apa yang dilihatnya itu.
"Pasukan besar Mongol ternyata benar bergerak ke selatan, maka rakyat jelata bangsa Han kita kembali akan menderita," kata Pang Bik-hong dengan gegetun.

"Ya, ketangkasan menunggang kuda dan memanah pasukan Mongol memang sukar dilawan oleh pasukan Song, malapetaka yang bakal menimpa sungguh hebat," ujar Nyo Ko.

Pang Bik-hong berkata pula: "Nyo-kongcu muda usia, mengapa tidak pulang ke selatan untuk ikut berjuang melawan serbuan musuh?"Nyo Ko melenggong sejenak jawabnya kemudian : "Tidak, aku harus ke utara untuk mencari Kokoh, Begitu kuat pasukan Mongol, hanya tenagaku seorang apa gunanya?"
"Tenaga seorang memang kecil, tapi kalau tenaga orang banyak bergabung kan menjadi kuat," kata Pang Bik-hong. "Apabila setiap orang berpendirian seperti Nyo-kongcu, lalu siapa lagi yang mau berjuang demi bangsa dan tanah air?"
Walaupun merasa ucapan orang tidak salah, tapi Nyo Ko tetap merasa lebih penting mencari Siao-liong-li dahulu. Sejak kecil ia hidup terlunta-lunta di daerah Kanglam dan sudah kenyang derita siksaan kaum penguasa, ia merasa meski orang Mongol tampak kejam dan jahat, tapi kaisar Song juga belum tentu manusia baik dan tidak perlu jual tenaga baginya. Karena itu ia hanya tersenyum saja dan tidak menanggapi ucapan Pang Bik-hong tadi.
Sctelah meringkaskan barang bawaannya dan dipanggul, lalu Pang Bik-hong berkata kepada Thia Eng: "Sumoay, kelak bila bertemu dengan Suhu, harap kau suka menyampaikan kepada beliau bahwa murid Pang Bik-hong tidak pernah melupakan ajaran beliau, Kini aku akan menyusup ke tengah pasukan Mongol, betapapun aku harus membinasakan satu-dua panglimanya yang telah menyerbu tanah air kita ini." Habis berkata ia terus melangkah pergi tanpa berpaling.
Seperginya Pang Bik-hong, mereka bertiga masuk lagi ke dalam bengkel dan melihat Sah Koh terkulai di lantai, mereka kaget dan cepat menggotongnya ke atas pembaringan Kelihatan muka Sah Koh merah padam, kedua matanya melotot tak bersinar, jelas racun pukulan sakti Li Bik-chiu telah bekerja pula.
Cepat Thia Eng memberi minum obat lagi dan Nyo Ko mengurut Hiat-tonya. Sah Koh terbeliak memandangi pemuda itu, mendadak air mukanya mengunjuk rasa ketakutan dan berteriak: "Saudara Nyo, jangan kau minta ganti nyvwa padaku, bukan aku yang mencelakai kau..."
"Jangan takut, Suci," bujuk Thia Eng dengan suara halus, "dia takkan..."
Nyo Ko pikir selagi pikiran Sah Koh dalam keadaan linglung, kesempatan ini dapat digunakan untuk memaksanya memberi keterangan Maka cepat ia cengkeram pergelangan tangan Sah Koh dan membentak dengan bengis: "Jika bukan kau, habis siapa yang mencelakai diriku? Hayo lekas mengaku jika tidak ingin kucekik mati kau untuk mengganti jiwaku!"
Dengan suara gemetar Sah Koh memohon "Jangan, saudara Nyo, jangan, bukan aku!"
"Kau tetap tidak mau mengaku?" bentak Nyo Ko pula dengan gusar "Baik, biar kucekik mampus kau!" Berbareng sebelah tangannya lantas mencengkeram tenggorokan Sah Koh sehingga perempuan itu menjerit ketakutan.
Sudah tentu Thia Eng dan Liok Bu-siang sadar tahu maksud tujuan Nyo Ko, mereka sama mencegahnya dan meminta jangan merecoki Sah Koh.
Tapi Nyo Ko tidak menggubris dan menambahi tenaga cekikannya, dengan lebih beringas ia membentak pula : "Aku adalah setan saudara Nyo, aku mati penasaran, tahukan kau?"
"Ya, ya, aku tahu," jawab Sah Koh dengan gemetar "Setelah kau mati, burung gagak memakan dagingmu."
Perasaan Nyo Ko seperti disayat sembilu, tadinya ia cuma mengira ayahnya mati secara tak wajar, siapa tahu sesudah mati mayatnya tidak terkubur pula dengan baik, bahkan menjadi mangsa burung gagak, maka ia tambah murka, dengan suara keras ia membentak pula: "Hayo lekas katakan, siapa yang membunuh diriku ?"
Dengan suara serak Sah Koh menjawab : "Kau sendiri memukul Kokoh, pada badan Kokoh ada jarum berbisa, lalu kau mati."
Duduk perkara kematian Nyo Khong dahulu terjadi secara kebetulan saja, Semula Auyang Hong menggunakan racun ular membinasakan Lam Hi-jin (salah seorang Kanglam-jit-koay dan guru Kwe Cing), waktu Lam Hi-jin hampir mati, secara tak sadar ia menghantam pundak Ui Yong satu kali sehingga darah beracun dari tangannya itu tertinggal di atas "baju landak" yang dipakai Ui Yong, hal ini sama sekali diluar tahu Ui Yong sendiri.
Maka kemudian ketika Nyo Khong juga menghantam pundak Ui Yong di suatu kelenteng di kota Kah-hin, kebetulan tempat hantamannya itu adalah bagian tempat yang dihantam Lam Hi-jin. Sebab itulah Nyo Khong mati keracunan oleh "duri baju landak!" berbisa yang dipakai Ui Yong itu.

Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali - Chin YungWhere stories live. Discover now