Jilid 18

2.9K 47 1
                                    

Tatkala itu ilmu silat Kwe Hu sudah ada dasarnya yang kuat, maka dengan enteng Nyo Ko dapat ditariknya ke atas pohon.
"Apa ibuku belum datang?" dengan suara tertahan ia tanya.
"Sudah," sahut Siu-bun menunjuk ke arah barat "Loh-tianglo sedang mainkan pentung di sana, sedang Suhu dan Subo berada di sana sedang pasang omong."
selamanya Kwe Hu paling takut pada ayah-nya, kini mendengar Kwe Cing juga datang, ia menjadi kebat-kebit tak enak, sementara ia lihat Loh Yu-ka seorang diri dengan sebatang pentung bambu sedang main sendiri, ia menutul ke timur dan menjojoh ke barat dengan pentung bambunya, tipu2 gerakannya tiada sesuatu yang mengejutkan orang.

"Apakah ini yang disebut Pak-kau-pang-hoat?" dengan suara pelahan Kwe Hu menanya.

"Besar kemungkinan betul", sahut Bu Tun-si. "Tadi Subo sedang memberi petunjuk2 padanya, lalu Suhu datang ada sesuatu hendak berunding dengan Subo dan mengajaknya menyingkir maka Loh-tianglo seorang diri lantas berlatih seperti itu."

Setelah Kwe Hu memandang lagi beberapa gerakan pengemis tua itu dan merasa semuanya biasa saja tiada sesuatu yang menarik, segera iapun berkata: "Ah, Loh-tianglo belum pandai main, rasanya tiada yang bisa dilihat lagi, marilah kita pergi saja."

Tetapi lain halnya dengan pikiran Nyo Ko, ia lihat Pang-hoat yang dimainkan Loh-tianglo itu sedikitpun tidak berbeda seperti apa yang pernah di-dapatnya dari Ang Chit-kong tempo hari di Hoa-san, ia cukup kenal betapa hebat ilmu silat ini, maka diam2 ia mentertawai si gadis yang tak tahu apa2, tetapi berani bermulut besar.

Di lain pihak Bu-si Hengte yang selamanya selalu menurut apa yang dikatakan Kwe Hu, waktu mendengar si gadis bilang mau pergi, segera mereka pun ber-gegas2 hendak lompat turun, tetapi tiba2 mereka mendengar di bawah pohon ada suara tindakan orang, lalu terdengar suara Kwe Cing lagi berkata : "Urusan jodoh Hu-ji sudah tentu tak bisa diputuskan secara ter-buru2, usia Ko-ji masih kecil, kaupun tak dapat mengalahkan sedikit kekeliruannya lalu memastikan keburukannya."

Lantas terdengar Ui Yong menjawab : "Kau pikirkan hubungan turun temurun keluarga Kwe dan Nyo, hal ini sudah sepantasnya, Tetapi Nyo Ko si bocah ini, semakin kulihat, rasaku semakin mirip ayahnya, mana aku rela menjodohkan Hu-ji pada-nya?"
Terkejut sekali mendengar percakapan suami isteri ini, baik Kwe Hu, Bu-si Hengte maupun Nyo Ko, sama sekali mereka taktahu ada hubungan apa antara keluarga Kwe dan Nyo, lebih2 tak menduga bahwa Kwe Cing ada maksud menjodohkan puterinya pada Nyo Ko, Karena percakapan mereka itu ada hubungan erat sekali dengan masing2, maka empat muda-mudi itu tak jadi pergi melainkan berdiam di atas pohon.
"Ya, Nyo Khong-hengte tak beruntung terjeblos ke dalam istana pangeran negeri Kim hingga salah bergaul dengan orang jahat, akibatnya terjadilah drama yang mengenaskan dengan mayat tak utuh dan menjadi isi perut gagak, kalau sejak kecil ia dipelihara paman Nyo Thi-sim sendiri, rasanya pasti takkan terjadi seperti itu," demikian terdengar Kwe Cing berkata lagi.
"ltupun benar." sahut Ui Yong rendah sambil menghela napas, Agaknya ia menjadi terbayang pada kejadian ngeri dahulu dengan matinya Nyo Khong, ayah Nyo Ko.
Nyo Ko sendiri selamanya tak tahu bagaimana asal-usul keluarganya, ia hanya tahu ayahnya meninggal terlalu cepat, sedang cara bagaimana matinya dan siapa musuhnya, hal itu sekalipun ibu kandungnya juga tak mau bilang terus terang padanya, Kini mendadak dengar Kwe Qng menyinggung ayahnya "terjeblos ke istana pangeran negeri Kim dan bergaul dengan orang jahat" lalu bilang lagi "mayatnya tak utuh hingga menjadi isi perut burung gagak" dll., seketika pemuda ini merasa seperti disamber petir, seluruh tubuhnya gemetar, mukanya pucat pasi.
Waktu itu Kwe Hu kebetulan melirik Nyo Ko, demi melihat wajah pemuda ini sedemikian rupa, Kwe Hu sangat ketakutan, ia kuatir pemuda ini mendadak terbanting jatuh ke bawah terus mati.
Dementara itu Kwe Cing dan Ui Yong duduk berendeng di atas sebuah batu dan membelakangi pohon yang dibuat sembunyi empat muda-mudi itu, dengan meraba tangan sang isteri terdengar Kwe Cing berkata pula: "Sejak kau mengandung anak kedua ini kesehatanmu sudah jauh mundur dari pada dulu, lekasan kau serahkan segala urusan Kay-pang pada Loh Yun-ka sekaligus, supaya kau dapat merawat diri se-baik2nya".
"He, kiranya ibu akan punya anak lagi, ehm, senang sekali kalau aku tambah adik," kata Kwe Hu dalam hati, ia menjadi girang sekali.
Dalam pada itu Ui Yong telah menjawab: "Urusan Kay-pang memangnya tak banyak kuperhatikan sebaliknya urusan perjodohan Hu-ji yang bikin aku tak tenteram."
"Jika Coan-cin-kau tak terima Koji, biarlah aku sendiri yang mengajar dia," kata Kwe Cing.
"Tampaknya pemuda ini sangat pintar, kelak aku turunkan seluruh kepandaianku padanya, dengan begitu tak percumalah aku angkat saudara dengan ayahnya."
Kini baru tahulah Nyo Ko bahwa Kwe Cing ternyata adalah saudara angkat ayahnya sendiri kalau begitu, "Kwe-pepek" ini sesungguhnya mengandung arti yang besar sekali Dan demi mendengar Kwe Cing begitu baik hati dan berbudi pada dirinya, hati Nyo Ko sangat terharu, hampiri ia meneteskan air mata.
"Tetapi aku justru kuatir dia tersesat oleh karena pintarnya," ujar Ui Yong menghela napas, "sebab itu juga aku hanya ajarkan membaca padanya dan tidak turunkan ilmu silat dengan harapan kelak dia akan menjadi seorang yang bijaksana dan pandai mem-beda2kan yang salah dan yang benar, supaya menjadi seorang lelaki sejati, dengan begitu sekalipun tak bisa ilmu silat juga aku akan lega dan puas menjodohkan Hu-ji padanya."
"Ya, segala apa kau memang lebih pintar dari aku, Yong-ji," sahut Kwe Cing. "Apa yang kau pikirkan selalu berpandangan jauh, tetapi Hu-ji kita sedemikian wataknya, ilmu silatnya juga begitu, kalau dia diharuskan mendampingi seorang anak sekolahan yang lemah, coba pikir apa dia tak penasaran? Apa dia bisa menghormati Ko-ji kelak? Menurut hematku, suami isteri demikian ini pasti susah akurnya."
"Huh, tak malu," kata Ui Yong tertawa, "Emangnya kita berdua bisa akur karena ilmu silatmu lebih unggul dari aku? Hayo, Kwe-tayhiap, marilah kita coba-coba !"
"Bagus, Ui pangcu, katakanlah apa yang kau kehendaki," sahut Kwe Cing tertawa.
Lalu terdengar suara "plok" sekali, mungkin Ui Yong telah tepok sekali tubuh Kwe Cing, Selang tak lama, lalu Ui Yong berkata lagi.
"Ai, urusan ini sesungguhnya sukar diputuskan seandainya tanpa Ko-ji, urusan kedua saudara Bu saja juga sulit diselesaikan? Coba katakan, Toa Bu lebih baik atau Siao Bu lebih baik?"
Seketika hati Kwe Hu dan Bu-si Hengte ber-debar2. Meski urusan ini tiada sangkut paut dengan Nyo Ko, tetapi iapun ingin tahu bagaimana pendapat Kwe Cing terhadap kedua saudara Bu itu.
Tetapi Kwe Cing hanya menyahut lirih sekali, selang sekian Iama masih tiada jawabannya.
"Urusan kecil belum bisa kelihatan," demikian kemudian terdengar ia menyahut, "harus tunggu menghadapi urusan besar, baik atau busuk, barulah bisa diketahui." - Habis ini perkataannya berubah menjadi lemah lembut dan menyambung lagi: "Baiklah usia Hu-ji masih kecil, lewat beberapa tahun lagi masih belum terlambat, boleh jadi pada waktu itu dapat diputuskan dengan ca.ra yang lebih baik dan kita yang menjadi orang tua tak perlu lagi ribut Kau mengajar Loh-tianglo dan tentu banyak keluarkan tenaga, beberapa hari ini aku selalu melihat napasmu tak lancar, aku sampai kuatirkan kesehatanmu sekarang biarlah kupergi mencari Ko-ji buat ajak bicara sedikit padanya." -Habis berkata iapun bertindak pergi.
Sesudah Ui Yong atur pernapasannya sejenak, kemudian ia panggil Loh-tianglo lagi dan memberi petunjuk Pak-kau-pang-hoat.
Tatkala itu Loh Yu-ka sudah selesai memainkan 36 gerakan Pak-kau-pang-hoat, cuma dimana dan cara bagaimana menggunakan inti kebagusan ilmu silat itulah belum dipahaminya. Maka dengan sabar dan telaten Ui Yong memberi penjelasan padanya sejurus demi sejurus.
Tipu serangan Pak-kau-pang-hoat ini memang bagus, Iebih2 kunci yang diuraikan Ui Yong ini terlebih hebat luar biasa, kalau tidak, hanya sebatang pentung bambu hijau yang kecil mana bisa menjadi pusaka Kay-pang ?

Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali - Chin YungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang