Ci-keng bertanya lagi satu kali dan tetap tiada yang menggubrisnya, diam2 Ci-keng sangat mendongkol, ia bertanya lagi sekali sambil memandangi muridnya sendiri, yaitu Ceng-kong, agar dia menjawab nya.

Ceng-kong ini adalah Tosu gemuk yang dahulu menganiaya Nyo Ko itulah, ia lantas menjawab " pemberontak harus membunuh diri di depan pemujaan Cousuya."
"Betul" seru Ci-keng. "Nah, In Ci-peng, sudah tahu dosamu belum? Kau terima tidak?"
"Tidak!" jawab Ci-peng tegas, "Baik, bawa dia ke sini!" kata Ci-keng.
Segera Ceng-kong mendorong Ci-peng ke depan dan berdiri dihadapan arca pemujaan. Lalu Ci-keng menanyai Ci~siang, Ci-heng dan lain2, semuanya juga menyatakan tidak terima. Di antaranya hanya tiga orang saja yang ketakutan dan minta ampun, segera Ci-keng memerintahkan dibebaskan, sedang 20 - an orang tetap berdiri tegak tidak mau menyerap malahan Ci-heng dan beberapa Tosu yang berwatak keras segera mencaci-maki.
"Kalian teramat kepala batu dan sukar diampuni" kata Ci-keng kemudian "Baiklah, Ceng-kong, boleh kau melaksanakan hukuman bagi Coan-cin-kau kita."
Ceng-kong mengiakan, ia melangkah maju dan mengangkat pedangnya, sekali tusuk ia binasakan In To-hian yang berdiri di ujung kiri.
Serentak para Tosu lantas berteriak murka dan mencaci-maki lebih keras, suara riuh ramai inilah yang tadi di dengar oleh Song Tek-hong dan Kim lun Hoat-ong di belakang gunung.
Ceng-kong adalah manusia yang berani pada yang lemah dan takut pada yang keras, ia menjadi jeri mendengar suara ramai orang banyak.
"Lekas kerjakan, kenapa ragu2," bentak Ci-keng.
Terpaksa Ceng-kong mengiakan dan membunuh lagi dua orang, Yang berdiri nomor empat ialah In Ci-peng, baru saja Ceng-kong angkat pedangnya hendak menusuk dada Ci-peng, tiba2 suara seorang perempuan membentaknya: "Nanti dulu?"
Waktu ia menoleh, dilihatnya seorang perempuan muda berbaju putih sudah berdiri diambang pintu, siapa lagi dia kalau bukan Siao-liong-li.
"Kau minggir ke sana, orang ini akan kubunuh sendiri" demikian kata Siao-liong-li.
Ci-keng menjadi girang melihat Siao-liong-li mendadak muncul, ia pikir di tengah tokoh2 sakti sebanyak ini, kedatanganmu ini berarti mengantarkan kematianmu, maka ia lantas membentak: "perempuan siluman ini bukan manusia baik2 tangkap saja!"
Akan tetapi para Busu Mongol itu tidak tunduk pada perintahnya, semuanya tidak menggubris-nya. Hanya dua murid Ci-keng sendiri lantas melompat maju, tanpa dipikir mereka terus hendak memegang lengan Siao liong-Ii.
Siao-liong-li sama sekali tidak ambil pusing terhadap serbuan para Busu MongoI serta kekacauan yang terjadi di antara orang Coan-cin-pay sendiri. Hanya ketika melihat Ceng-kong hendak membunuh ln Ci-peng, betapapun ia tidak mau membiarkan orang lain membinasakan Tosu itu, maka ia lantas bersuara mencegah.
Belum lagi tangan kedua murid Ci-keng menyentuh bajunya, tahu2 tangan mereda sendiri kesakitan, sinar perakpun berkelebat, cepat mereka melompat mundur Waktu mereka mengawasi kiranya pedang mereka yang tergantung di pinggang tahu2 sudah dilolos oleh Siao-liong-li dan dalam sekejap itu pergelangan tangan merekapun telah dilukai.Gerakan Siao liong-li ini sungguh cepat luar biasa, sebelum orang lain melihat jelas cara bagaimana dia merebut pedang dan menyerang, tahu2 kedua Tosu itu sudah terluka dan melompat mundur.
Keruan anak murid Ci-keng yang lain sama melengak kaget Ceng-kong lantas berseru : "Hayo maju be-ramai2, kita berjumlah lebih banyak, kenapa kita gentar padanya?" Segera dia mendahului menerjang dan menusuk.
Tapi sebelum orang mendekat ujung pedang Siao liong-Ii sudah bergetar, tahu2 pergelangan tangan kanan kiri Ceng-kong kedua kakinya terkena tusukan pedang.
Sambil mengaung keras, Ceng kong terus menggeletak tak bisa bangun.
Keempat kali tusukan Siao-liong-ii sungguh cepat luar biasa, sampai tokoh kelas wahid seperti Siau-siaug-cu dan lain2 juga tercengang. Mereka heran mengapa ilmu pedang si nona maju sepesat ini, padahal tempo hari waktu dia bertempur melawan Kongsun Ci belum tampak sesuatu yang luar biasa, apakah mungkin dia, sengaja menyimpan kepandaian?
Rupanya setelah mendapatkan ajaran Ciu Pek-thong, sekaligus Siao liong-li dapat memainkan sepasang pedang dengan cara yang berbeda, kini kepandaiannya memang sudah berlipat ganda.
Sudah sekian lama dia menguntit In Ci-peng dan Tio Ci-keng dan merasa bingung cara bagaimana harus menyelesaikan kedua orang itu. sekarang orang Coan cin-kau menyerangnya lebih dulu, kesempatan ini segera digunakannya untuk balas menyerang dan sekali pedangnya berbau darah, serentak dendam kesumatnya meledak. Di tengah berkelebatnya sinar pedang, dan bayangan baju putih, dalam sekejap saja pedang para Tosu sama jatuh dilantai, pergelangan tangan setiap orang sama tertusuk pedang tanpa diberi kesempatan untuk menangkis atau mengelak.
Sungguh kejut para Tosu itu tak terkatakan. Bayangkan saja, jika serangan Siao liong-li itu tidak mengarah tangan, tapi menusuk perut mereka, maka jiwa para Tosu itu pasti sudah melayang sejak tadi.
Karuan Tosu2 itu ketakutan dan berlari menyingkir sehingga di tengah2 ruangan pendopp itu tertinggal In Ci-peng dan kawan2nya yang teringkus itu. Melihat mereka tak bisa berkutik dan tidak memusuhi dirinya, untuk sementara Siao-liong-li juga tidak mencelakai mereka.
Diam2 iapun terkejut sendiri atas kepandaian yang dipelajarinya dari Ciu Pek-thong itu, sungguh tak diduganya ilmu berkelahi yang aneh itu mempunyai daya tempur selihay itu.
Melihat gelagat jelek, sambil menghunus pedang untuk menjaga diri, diam2 Ci-keng menggeser mundur dan bila ada kesempatan segera akan kabur. Namun Siao-liong-li sudah teramat benci padanya, sekali melompat ia telah mencegat jalan mundur dan maju Tio Ci-keng dengan kedua pedangnya.

Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali - Chin YungDonde viven las historias. Descúbrelo ahora