Sudah hampir sebulan Ui Yong turunkan tipu gerakan ilmu pentung pemukul anjing itu pada Loh Yu-ka, kini ia menerangkan pula kunnya dan perubahan2nya sampai berulang kali dan suruh mengingatnya baik-baik.

Kwe Hu dan Bu-si Hertgte tak paham Pang-hoat segala, maka mereka merasa tak tertarik mereka tidak tahu tentang perubahan2 ilmu silat yang hebat itu, maka beberapa kali mereka sudah ingin berosot turun pohon, namun kuatir konangan Ui Yong, maka mereka meng-harap2 lekas Ui Yong selesai mengertikan istiIah2nya dan lekas pergi bersama Loh Yu-ka.
Siapa tahu Ui Yong bermaksud malam ini juga menyerahkan jabatan Pangcu pada Loh Yu-ka dalam perjamuan "Eng-hiong-yan", maka ia ingin turunkan seluruhnya baik istilah maupun permainannya kepada Loh Yu-ka, sekalipun masih belum paham, kelak masih bisa diberi petunjuk lagi, cuma menurut peraturan Kay-pang turun-temurun, Pang-cu baru waktu menerima jabatan harus sudah bisa memainkan Pak-kau-pang-hoat, oleh sebab itu sedapat mungkin Ui Yong ingin turunkan apa mestinya, maka sudah lebih satu jam masih belum juga selesai menguraikannya.
Dasar Loh Yu-ka ini juga bakatnya kurang ditambah usianya sudah lanjut, daya ingatannya sudah mundur, seketika mana bisa mengingat begitu banyak ajaran yang diberikan itu? Meski Ui Yong sudah bolak-balik mengulangi, masih belum juga diingatnya semua.
Baiknya Ui Yong sudah lama berdampingan dengan seorang suami yang bakatnya tak tinggi, ia sudah biasa dengan orang yang kurang tajan otaknya, maka kebebalan Loh Yu-ka tidak menjadikan amarahnya. Celakanya ia dibatasi oleh peraturan perkumpulan yang mengharuskan inti Pang hoat itu diturunkan secara lisan dan se-kali2 tak boleh secara tertulis, kalau boleh, sesungguhnya ia bisa menulisnya dan dibaca sendiri oleh Loh Yu-ka sampai apal, hal ini pasti akan hemat tidak sedikit tenaganya.
Dalam pada itu yang paling beruntung rasanya adalah Nyo Ko.
Seperti diketahui, tempo hari waktu Ang Chit kong bertanding dengan Auwyang Hong di Hoa san, pada saat terakhir pernah mengajarkan setiap tipu berikut perubahannya pada Nyo Ko dan disuruh mempertunjukkannya pada Auwyang Hong, hanya kunci diwaktu menghadapi musuh saja yang belum dijelaskan. Siapa tahu, secara kebetulan sekali di sini Nyo Ko justru bisa mendengar kekurangan itu dari mulutnya Ui Yong yang lagi mengajarkannya pada Loh Yu-ka.Sudah tentu bakat Nyo Ko beratus kali lebih tinggi dari Loh Yu-ka, hanya tiga kali ia dengar, satu kata saja tak bisa dilupakan lagi oleh pemuda ini, sebaliknya Loh Yu-ka masih bolak-balik mengulangi dan masih tetap salah.
Setelah hamil untuk kedua kalinya, mungkin karena terlalu sibuk menurunkan Pak-kau-pang-hoat pada Loh Yu-ka, akhirnya Ui Yong merasa letih juga, ia coba bersandar pada baru sambil pejamkan mata untuk mengumpulkan semangat.
"Hu-ji, Si-ji, Bun-ji, Ko-ji, semuanya turun sini!" mendadak ia berseru.
Tentu saja Kwe Hu berempat sangat kaget, mereka heran mengapa orang diam2 saja, tetapi sebenarnya sudah tahu mereka sembunyi di atas pohon.
"Kau sungguh hebat, Mak! Segala apa tak bisa membohongi kau!" demikian Kwe Hu berkata tertawa.
Berbareng itu, dengan gerakan "Ling-yan-tau-lim" atau burung walet menerobos Hutan, dengan enteng sekali ia meloncat ke hadapan sang ibu.
Menyusul Bu-si Hengte juga ikut melompat turun, hanya Nyo Ko saja yang merangkak turun dengan pelahan.
"Hm, hanya sedikit kepandaianmu ini berani mengintip?" sahut Ui Yong menjengek "Jika menghadapi kalian beberapa setan cilik saja tak tahu, apalagi kalau merantau Kangouw, bukankah tidak sampai setengah hari sudah terjebak musuh?"
Kwe Hu menjadi kikuk, tetapi ia tahu sang ibu biasanya sangat manjakan dirinya maka iapun tidak takut didamperat, sebaliknya ia maju dan berkata lagi dengan tertawa:
"Mak, sengaja aku ajak mereka datang ke sini untuk melihat Pak-kau-pang-hcat yang disegani di seluruh jagat itu, siapa tahu apa yang dimainkan Loh-Lianglo itu sedikitpun tak menarik Coba, jika permainanmu tentu sangat menarik."
Ui Yong tertawa, betul juga segera ia ambil pentung bambu dari Loh Yu-ka.
"Baik, lihatlah aku bikin anjing cilik terjungkal" katanya sambil ulurkan pentung bambu ke arah Kwe Hu.
Segera Kwe Hu perhatikan bagian bawah, ia tunggu bila pentung menyamber, segera ia akan melompat ke atas supaya tidak kesandung.
Dalam pada itu Ui Yong telah geraki pentung bambunya, lekas-2 Kwe Hu melompat siapa tahu baru setengah kaki meninggalkan tanah, dengan tepat kena disabet pentung itu dan dengan enteng ia jatuh menggeletak.
"Tidak, tidak mau aku, itu salahku sendiri," teriak Kwe Hu aleman sambil melompat bangun.
"Baiklah, coba, kau ingin cara bagaimana?" kata Ui Yong tertawa.
Segera si gadis pasang kuda2 dengan kuat, habis itu ia berseru pada Bu-si Hengte. "Toa Bu-koko dan Siao Bu-koko, kalian berdua berdiri di sampingku sini, juga pasang kuda2 yang kukuh."
Busi Hengte menurut, mereka berdiri dengan kuda2 yang kuat, Kwe Hu pentang tangannya saling gantol dengan tangan kedua pemuda itu, dengan tenaga mereka bertiga, sungguh sangat kukuh tampaknya.
"Mak, sekarang tak takut lagi, kecuali ayah punya Hang-liong-sip-pat-ciang barulah bisa bikin kami bergerak," kata Kvve Hu.
Ui Yong tak menjawab, ia tersenyum, habis ini mendadak pentungnya menyapu ke muka tiga orang itu dengan kcncang.
Karena kuatir muka mereka yang habis menjadi babak belur, lekas2 ke-tiga2-nya mendoyong ke belakang buat berkelit dengan demikian kuda2 mereka menjadi kendur. Tanpa ayal lagi pentung Ui Yong berputar kembali dan menyereet kaki ketiga orang, karena tak kuat lagi kuda2nya, mereka bertiga jatuh menubruk tanah semua, ilmu silat mereka cukup hebat, maka baru jatuh segera mereka melompat bangun dengan gaya yang manis.
"Mak, caramu ini hanya tipuan saja, aku tak mau," kata Kwe Hu lagi.
"Memangnya," ujar Ui Yong, "apa yang aku ajarkan pada Loh-tianglo tadi, tipu manakah yang pakai tenaga sungguh2? Kau bilang gerakanku ini hanya tipuan. memang tidak salah, dalam ilmu silat, 9 dari 10 bagian memang akal belaka, asal bisa robohkan lawan, itu berarti sudah menang. Hanya ilmu Han-liong-sip-pat-ciang ayahmu itulah betul2 silat sejati yang berani main keras lawan keras tanpa pakai akal. Tetapi untuk melatih sampai tingkat itu, di jagat ini terdapat berapa orang?"
Kata2 ini membikin Nyo Ko diam2 memanggut, sebaliknya Kwe Hu bertiga meski mengerti toh mereka belum paham di mana letak intisari penjelasan itu.
"Pak-kau-pang-hoat ini adalah ilmu silat paling aneh, ia tercipta secara tersendiri dan tiada hubungannya dengan silat2 aliran lain," kata Ui Yong lagi, "Kalau melulu belajar tipu gerakannya tanpa mengerti inti rahasianya, maka percumalah meski belajar selama hidup, Maka selanjutnya kalau aku lagi ajarkan ilmu silat lain, sebelum dapat ijinku jangan se-kali2 mengintip lagi, tahu?"
Berulang Kwe Hu mengiakan, tapi dengan tertawa segera ia bilang lagi: "Ah, buat apa aku mengintip kepandaian ibu, apa mungkin engkau tak mengajarkan padaku kelak?"
Ui Yong terlalu sayang pada gadisnya ini, maka ia hanya tepuk pelahan bebokong Kwe Hu.
"Hayo, pergi bermain lagi dengan Bu-keh Ko-ko," katanya kemudian "dengan tertawa, "Ko-ji, aku ingin bicara sedikit dengan kau, Loh-tianglo, kau ulangi saja sendiri, kalau masih ada yang Iupa, kelak akan kuajarkan lagi."
Maka Loh Yu-ka dan Kwe Hu berempat lantas mendahului kembali ke Liok-keh-ceng atau perkampungan keluarga Liok, hanya Nyo Ku yang masih berdiri menjublek di tempatnya, sesaat itu hatinya ber-debar2, ia kuatir kalau2 Ui Yong akan ambil jiwanya sebab berani mencuri belajar Pak-kau-pang-hoat.
Namun dugaannya ternyata meleset. Waktu melihat wajah pemuda ini rada sangsi2, dengan lemah lembut Ui Yong tarik tangannya dan suruh duduk di sampingnya.
"Ko-ji," Ui Yong mulai bertanya, "banyak sekali urusanmu yang kurasa tidak mengerti, seandainya kutanya, tentu kaupun tak mau menjelaskan. Cuma, hal ini akupun tak menyalahkan kau. Di waktu kecil ,watakku pun sangat aneh dan menyendiri semua itu berkat kau punya Kwe-pepek yang telah banyak mengalah padaku."
Berkata sampai di sini, Ui Yong menghela napas pelahan, mulutnya tersungging senyuman, rupanya ia menjadi teringat pada waktu kecilnya yang nakal itu, lalu ia sambung lagi.
"Jika aku tak mau turunkan ilmu silat padamu, itu tujuannya untuk kebaikanmu, siapa tahu hal itu malah bikin kau menjadi banyak menderita Ko-ji, kau punya Kwe-pepek sayang dan cinta padaku, budi kebaikannya ini sudah tentu akan kubalas sebisanya, ia menaruh suatu harapan atas dirimu, yalah mengharap kelak kau bisa menjadi seorang laki2 sejati, untuk ini pasti aku akan bantu kau menuju ke jalan yang baik supaya cita2 Kwe-pepek terlaksana. Dan kau, hendaklah kaupun jangan kecewakan harapannya, maukah kau berjanji?"
Belum pernah Nyo Ko mendengar Ui Yong berbicara secara begitu halus dan sungguh2 terhadap dirinya, ia lihat sorot mata orang penuh mengandung rasa kasih sayang, tanpa tertahan hatinya terguncang. Pada dasarnya Nyo Ko ini berperasaan halus, maka terus saja ia menangis keras.
"Ko-ji," sambil mengelus kepalanya, Ui Yong berkata lagi: "Rasanya tidak perlu kubohongi kau, dahulu aku tak suka pada ayahmu, juga tak senang pada ibumu, oleh sebab itu juga terus tak suka padamu. Tetapi sejak kini pasti aku akan perlakukan kau baik2, nanti kalau kesehatanku sudah pulih, biarlah kuturunkan segala kepandaianku padamu."
Nyo Ko semakin terharu, tangisnya semakin keras.
"Kvve-pekbo. ba... banyak hal2 yang kubohongi kau, biar ku... kukatakan padamu," kalanya kemudian dengan masih ter-guguk2.
"Hari ini aku sudah Ietih, boleh ceritakan kelak saja, asal kau menjadi anak yang baik bagiku sudah senang," sahut Ui Yong sambil membelai rambutnya "Malam nanti akan ada rapat besar Kay-pang, kaupun boleh hadir menyaksikan keramaian itu."
Nyo Ko pikir wafatnya Ang Chit-kong memang termasuk suatu berita besar dan sudah seharusnya diucapkan di hadapan rapat, maka sembari mengusap air matanya, ia memanggut.
Dengan percakapan mereka yang keluar dari lubuk hati mereka ini, hingga segala rasa tak puas yang dulu2 seketika buyar semua. Sampai akhirnya Nyo Ko mulai bisa ke-tawa2 lagi, sejak perpisahannya dengan Siao-liong-li, agaknya untuk pertama kali inilah ia merasakan perlakuan yang hangat.
Di lain pihak, sesudah bicara panjang ini, Ui Yong merasakan perutnya rada sakit, maka pe-lahan2 ia berdiri."Marilah kita pulang" ajaknya kemudian. Lalu ia gandeng tangan Nyo Ko dan berjalan pelahan.
"Kwe-pekbo, ada sesuatu urusan penting ingin kuberitahukan padamu," kata Nyo Ko sambil berjalan ia pikir berita tentang kematian Ang Chit-kong pantasnya diberitahukan lebih dahulu kepada bibinya ini.
Akan tetapi Ui Yong merasakan perutnya makin lama makin meliiit, maka napasnya menjadi rada terganggu.
"Katakan saja besok, aku... aku rada kurang enak badan." katanya sambil mengkerut kening.
Melihat wajah orang putih lesi, Nyo Ko menjadi kuatir, ia merasa tangan orang rada dingin, maka diam2 ia kumpulkan tenaga dalam, ia salurkan semacam hawa hangat ke tangan orang yang menggandengnya itu.
Dahulu waktu melatih Giok-li-sim-keng bersama Siao-liong-li di Cong-lam-san, kepandaian cara menyalurkan ilmu melalui telapak tangan sudah dilatihnya dengan apal sekali, Tetapi kuatir kalau Lwekang yang Ui Yong pelajar bertentangan dengan apa yang diapalkannya, mula2 ia hanya gunakan sedikit tenaga saja, sesudah merasa tiada halangan barulah ia tambah tenaga dalamnya.
Ketika mendadak merasa tenaga tangan Nyo Ko menyalurkan hawa hangat yang terus-menerus, sungguh heran sekali Ui Yong, tetapi akibat hawa hangat itu, segera pula rasa sakit dan napasnya menjadi teratur kembali.
Dalam herannya ia hanya tersenyum pada Nyo Ko sebagai tanda terima kasihnya. Dan selagi ia hendak tanya orang darimana mendapatkan ilmu itu, tiba2 dilihatnya Kwe Hu sedang berlari mendatang.
"Mak, mak, coba terka siapa yang telah datang?" demikian gadis itu ber-teriak2 sembari berlari.
"Hari ini tidak sedikit kesatria dari seluruh jagat yang hadir, dari mana aku tahu siapa dia yang datang," sahut Ui Yong tertawa, Tetapi tiba2 tergerak pikirannya, ia sambung lagi : "Ah, tentu para Susiok dan Supek kedua saudara Bu, Hayo, lekas, sudah lama kita tak bertemu dengan mereka."
"Baik. kau sungguh hebat, sekali tebak lantas kena." kata Kwe Hu.
"Apanya yang sukar?" sahut Ui Yong tertawa, "Kedua saudara Bu itu selamanya tak pernah meninggalkan kau, kini tiba2 tiada di sampingmu, tentunya ada sanak saudaranya yang datang,"
Selamanya Nyo Ko anggap dirinya sendiri cerdik dan pintar, kini melihat Ui Yong bisa berpikir seperti dewa dan masih jauh di atas dirinya, sungguh ia menjadi amat kagumnya.
"Hu-ji, selamat padamu, kau bakal tambah semacam ilmu kepandaian yang hebat lagi," tiba2 Ui Yong berkata pula.
"Ilmu kepandaian apa?" tanya Kwe Hu.
"lt-yang Ci !" mendadak Nyo Ko menyela.
"Kau mengerti apa?" omel Kwe Hu, kata2 Nyo Ko tak digubrisnya: "Mak, kau bilang ilmu apa?"
"Bukankah Nyo-koko sudah bilang tadi," sahut Ui Yong tertawa.
"Ha, kiranya ibu sudah bilang padamu," ujar Kwe Hu pada Nyo Ko.
Tetapi Nyo Ko dan Ui Yong hanya tersenyum. Dalam hati Ui Yong memikir: "Ko-ji ini sungguh berpuluh kali lebih pintar dan cerdik dari pada Bu-si Hengte, Hu-ji juga goblok, lebih2 tak masuk hitungan."
Akan tetapi Kwe Hu masih tetap heran sebab apa ibunya memberitahukan Nyo Ko tentang hal itu.
Kiranya It-teng Taysu yang berjuluk Lam-te atau raja dari selatan, yang namanya sejajar dengan Ui Yok-su, Ang Chit-kong dan Auwyang Hong, seluruhnya ia mempunyai empat murid yang disebut "Hi-Jiau-Keng-Thok" atau nelayan, tukang kayu, petani dan sastrawan
Ayah Bu-si Hengte, Bu Sam-thong adalah si petani dari urut2an nomor tiga itu. Sejak ia terluka waktu menempur Li Bok-chiu, sampai kini tak pernah kelihatan bayangannya hingga mati-hidup-nya tak diketahui.
Sekali ini yang datang menghadiri Eng-hiong-yan adalah Hi-jin dan Su-seng atau si nelayan dan si sastrawan berdua.
Setiap kali si sastrawan itu bertemu Ui Yong segera ingin adu mulut dan ukur kepandaian, kini berjumpa pula setelah berpisah hampir dua puluh tahun, sudah tentu mereka ingin unjuk kepandaian masing2 lagi dan berdebat. Sedang si nelayan itu betul saja lantas mencari satu kamar dan menurunkan ilmu lt-yang-ci kepada Bu-si Hengte.
Sehabis makan siang, lalu kawanan pengemis anggota Kay-pang be-ramai2 berkumpul -di depan Liok-keh-ceng. Sekali ini dilakukan timbang-terima jabatan Pangcu baru dan lama, hal ini merupakan upacara yang paling tinggi dalam kalangan Kay-pang, maka kecuali semua anak murid dari seluruh penjuru diundang hadir, ada pula jago2 dari aliran lain dan perkumpulan lain yang diundang sebagai "peninjau"
Selama belasan tahun ini, Loh Yu-ka selalu mewakili Ui Yong mengatur segala urusan Kay-pang dan berlaku sangat adil, berani bertindak berani bertanggung jawab, dua golongan dalam Kay-pang, yakni yang disebut Ut-ih-pay dan Ceng-ih-pay," golongan baju kotor dan golongan baju bersih, semuanya tunduk dan percaya penuh padanya, maka upacara penyerahan jabatan yang dilakukan hari ini sebenarnya hanya upacara resmi saja.
Kemudian menurut peraturan, Ui Yong lantas umumkan penyerahan jabatan itu, lalu ia serahkan Pa-kau-pang atau pentung pemukul anjing, yakni bambu hijau yang menjadi pusaka Pangcu turun temurun itu kepada Loh Yu-ka, disusul segera para anak murid meludahi Yoh Yu-ka masing2 sekali, hingga pengemis tua ini seluruh muka dan kepala penuh air lendir, dengan begitu selesailah upacara timbang-terima jabatan Pangcu lama kepada yang baru.
Melihat cara penggantian Pangcu yang aneh ini, diam2 Nyo Ko ter-heran2. Dan selagi ia hendak tampil ke muka untuk mengumumkan berita tentang wafat nya Ang Chit-kong, tiba2 dilihatnya seorang pengemis tua telah melompat ke atas sebuah batu besar, tangan kirinya menyunggih tinggi2 sebuah Holo besar yang berwarna coklat.
Nampak benda ini, seketika hati Nyo Ko tergetar dapat dikenalnya Holo ini bukan lain adalah benda pengisi araknya Ang Chit-kong, waktu bertemu di atas Hoa-san, dengan jelas ia lihat barang ini selalu menggemblok di punggung pengemis tua itu, belakangan waktu ia pendam mayat pengemis tua itu, iapun tanam Hiolo itu disamping tubuhnya, tetapi mengapa mendadak bisa muncul lagi di sini? Apa mungkin ada sebuah Hiolo lain yang secorak dan serupa?
Sementara itu didengarnya sorak-sorai gegap gempita para pengemis demi nampak Hiolo simboI Pangcu tua mereka itu.
Selagi Nyo Ko ragu2. terdengar si pengemis tua itu sudah membuka suara lagi dengan keras: "Ada perintah dari Ang-lopangcu, aku disuruh menyampaikan nya kepada para hadirin!"
Mendengar itu, sorak-surai para pengemis itu menjadi lebih hebat lagi. Memangnya mereka sudah belasan tahun tak pernah menerima kabar berita pangcu tua mereka itu, kini mendadak dengar ada perintahnya, sudah tentu semuanya terbangun semangatnya.
"Pujikan Ang-lopangcu selamat dan panjang umur!" segera terdengar seruan salah seorang pengemis diantara orang banyak itu.
Seketika suara sorak gemuruh berkumandang lagi hingga mengguncangkan bumi. Maklumlah Ang Chit-kong adalah seorang kesatria, seorang gagah perkasa di jaman itu, dari aliran apa dan lapisan apapun tiada seorangpun yang tak kagum padanya, lebih2 anggota Kay-pang, cinta mereka padanya boleh dikatakan melebihi orang tua sekandung sendiri.
Setelah sorak-sorai seminuman teh, suara gemuruh itu pe-lahan2 baru mereda kembali. Melihat setiap anggota Kay-pang itu sangat bersemangat dan terharu, bahkan ada yang mengalirkan air mata, diam2 Nyo Ko pikir sendiri: "Seorang laki2 kalau bisa begini barulah tidak percuma hidup di dunia ini. Semua orang sedang riang gembira, mana aku tega memberitahukan mereka tentang wafatnya Ang-lo-cianpwe?"
Sementara itu ia dengar si pengemis tua tadi telah berkata lagi : "Tiga hari yang lalu, di Liong-ki-ce aku telah bertemu dengan Ang-lopangcu..."
Luar biasa kejut Nyo Ko oleh kata2 orang, "Ang-lopangcu sudah lama meninggal cara bagaimana ia bisa bertemu dengan beliau tiga hari yang lalu?" demikian Nyo Ko tidak habis mengerti
Dalam pada itu pengemis tua itu telah meneruskan: "Waktu beliau tahu Ui-pangcu hendak menyerahkan jabatannya kepada Loh-pangcu, ia bilang keputusan ini sangat baik dan sangat cocok dengan maksudnya..."Sampai di sini mendadak Loh Yu-ka berlutut ke hadapan pengemis itu sambil berkata dengan suara gemetar: "Tecu pasti akan lakukan sepenuh tenaga untuk membalas budi kebaikan Lopangcu, asal pekerjaan itu berpaedah bagi perkumpulan kita, sekalipun mati tak gentar."
Pengemis tua itu sudah tentu tingkatannya lebih rendah daripada Loh Yu-ka, Pangcu yang baru ini, tetapi ia membawa Hiolo milik Ang Chit-kong, maka Loh Yu-ka berlutut terhadap Hiolo yang menjadi simbolnya Chit-kong dan bukan berlutut kepada pengemis itu.
"Ang-lopangcu bilang," demikian pengemis tua itu melanjutkan lagi, "dalam keadaan negara kacau balau ini, bangsa Mongol lambat laun mulai menjajah ke selatan hendak caplok negeri Song-raya kita, maka diharap semua anggota perkumpulan kita hendaklah berhati setia dan bernyali berani, harus bersumpah akan membunuh musuh dan melawan penjajah dari luar."
Serentak anggota2 Kay-pang itu berteriak lagi menyatakan akur, semangat mereka sangat tinggi dan sikap mereka berani.
"Pemerintah dalam keadaan kacau, pembesar dorna berkuasa, kalau kita cuma percaya para pembesar busuk itu akan melindungi rakyat, itu sekali-kali tak bisa terlaksana," demikian pengemis tua itu bicara lagi, "Kini negara dalam bahaya, setiap orang hendaklah berjiwa patriot, sedia korban untuk nusa dan bangsa, Sayang Lopangcu lagi ada sesuatu keperluan ke daerah Utara dan tak bisa datang ke pertemuan ini, maka aku disuruh menganjurkan kalian hendaklah ingat baik2 dua huruf, yakni Tiong Gi".
Seketika para pengemis bergemuruh menyambut anjuran itu, be-ramai2 mereka berteriak: "Kami bersumpah menerima petunjuk Ang-lopangcu itu !"
Sejak kecil Nyo Ko tak mendapatkan pendidikan, maka ia tak tahu apa arti "Tiong Gi" atau setia dan berbakti itu betapa besar hubungannya dengan negara, tetapi bila dilihatnya anggota2 Kay-pang itu bersikap gagah berani, tanpa terasa iapun merasakan sesuatu, ia menjadi menyesal tempo hari telah permainkan beberapa anak murid Kay-pang.
Mengenai kematian Ang Chit-kong dengan mata kepala sendiri ia saksikan betul2 terjadi malahan dia sendiri yang mengubur jenazah orang, kenapa pengemis tua ini bisa bilang tiga hari yang lalu pernah bertemu dengan dia? jika perintah itu palsu, tetapi perintah ini justru mengenai tugas yang mulia?
Begitulah Nyo Ko menjadi curiga dan tak mengerti ia pikir hal ini terpaksa dibicarakan pada Ui Yong nanti.
Sehabis itu, lantas diteruskan dengan urusan2 Kay-pang tentang kenaikan pangkat dan lain2 bagi para anggota, dan karena tiada sangkut pautnya dengan orang luar, para tetamu lantas pada undurkan diri.
Malamnya, luar maupun dalam Liok-keh-ceng telah dihias dengan lampu2 lampion yang indah seperti orang punya hajat saja, meja2 perjamuan memenuhi seluruh ruangan gedung dari depan sampai belakang, seluruhnya lebih 200 meja, semua kesatria dan orang gagah dari seluruh jagat tampaknya ada separah yang hadir.
Hendaklah diketahui bahwa Eng-hiong-yan atau perjamuan kaum kesatria ini dalam beberapa puluh tahun sukar diketemukan barang sekali saja, kalau bukan tuan rumahnya luas bergaul, tidak nanti bisa mengundang tetamu yang begini banyak.
Sampai saatnya, Kwe Cing dan Ui Yong keluar mengawani tetamu utama mereka yang berada di ruangan tengah.
Tempat Nyo Ko sudah diatur oleh Ui Yong dan duduk di samping mejanya, sebaliknya Kwe Hu dan Bu-si Hengte malah sangat jauh tempat duduknya.
Semula Kwe Hu rada heran, ia pikir orang toh tak bisa ilmu silat, untuk apa dia hadiri Eng-hiong-yan ini? Tetapi bila terpikir lagi olehnya, seketika hatinya terkesiap.
"Haya, celaka, bukanlah ayah bilang mau menjodohkan aku padanya, jangan2 ibu sudah setuju lengan maksud ayah?" demikian ia membatin.
Sebab itu, makin dipikir Kwe Hu semakin takut, apalagi teringat olehnya betapa hangatnya hubungan mereka ketika ibunya menggandeng tangan Nyo Ko. selamanya ayah-bundanya saling hormat menghormati dan harga-menghargai, kalau ayahnya berkeras dengan maksudnya, pasti ibunya tak bisa memgelak. Karena itu, berulang kali ia melirik si Nyo Ko dengan sorot mata yang penuh marah.
KebetuIan waktu itu Bu Siu-Bun bertanya padanya: "Hu-moay, lihat itu bocah she Nyo juga duduk di situ, ia terhitung Enghiong darimana sih?"
"Entah," sahut Kwe Hu mendongkol "Jika kau mampu, boleh kau mengusirnya !"
Tadinya Bu-si Hetigte hanya pandang rendah pada Nyo Ko, tetapi sesudah mendengar Kwe Cing bilang hendak jodohkan puterinya padanya, tanpa terasa dalam hati mereka timbul rasa permusuhan hal ini memang bisa terjadi antara saingan rebut pacar, maka tak bisa mengalahkan mereka.
Kini mendengar kata2 Kwe Hu tadi, segera Siu-bun berpikir: "Kenapa aku tidak bikin malu dia di hadapan orang banyak ini? Subo adalah seorang yang suka unggul, kalau bocah she Nyo terjungkal di bawah tanganku, pasti ia tak akan mau terima dia sebagai menantunya."
Setelah ambil keputusan itu, dengan It-yang-ti yang baru saja ia pelajari dari paman gurunya itu kebetulan bisa digunakan Nyo Ko sebagai kelinci percobaan.
Maka segera berkatalah Siu-bun: "la mengaku Enghiong, mengusirnya rasanya susah, adalah lebih baik naikkan dia sekalian supaya dia bisa dikenal orang banyak."
Habis berkata, ia menuang dua cawan arak dan segera didekatinya Nyo Ko.
"Nyo-toako, marilah kusuguh kau secawan," demikian ia berkata.
Kecerdasan Nyo Ko jauh sekali di atasnya Bu-si Hengte, waktu dilihatnya orang mendekati dirinya dengan mata memandang Kwe Hu, sedang air mukanya mengunjuk rasa senang yang aneh, ia menduga orang pasti akan pakai akal licik ia pikir "Tentu dia tidak bermaksud baik dengan menyuguh arak padaku ini, Tetapi taruh racun di dalam arak rasanya iapun tidak berani."
Maka suguhan orang tak ditolaknya, ia berdiri dan terima pemberian itu terus diminum.
Siapa duga, pada saat itu juga mendadak Siu-bun ulur jarinya dan menutuk ke pinggangnya, Siu-bun sengaja tutupi pandangan orang lain dengan tubuhnya, ia pikir asal sekali tutuk kena "Jiau-yao-hiat" tentu Nyo Ko akan ber-teriak2 dan ter-tawa2 tak keruan di hadapan orang banyak.

Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali - Chin YungWhere stories live. Discover now