Chapter 41 - Medali Apollo

Start from the beginning
                                    

"Aku sudah memikirkanmu sejak awal kita bertemu, pangeran nakal!"

.

.

"Jika terjadi sesuatu atau kepalanya kembali sakit, panggil tabib dan segera beritahu aku!"

Kwon Boa dan Cho Kyuhyun mengangguk cepat pada perintah yang keluar dari bibir tegas sang kaisar yang baru saja menutup pelan pintu kamar Pangeran Arthemis yang masih terlelap di peraduannya setelah semalam membuat panik sang kaisar karena kepalanya yang sakit.

"Pangeran muda hanya terlalu lelah dan tegang. Istirahat dan tidur nyenyak akan memulihkan kondisi tubuhnya."

Suara tabib istana itu kembali tergiang dibenak Yunho yang sebenarnya tidak rela meninggalkan namja cantik yang semalaman tidur dalam pelukannya, ingin sekali ia menjeritkan perintah agar Jaejoong tidak meninggalkan Ares selangkah pun hari ini namun dia terlalu mengenal pangaran nakal itu hingga tahu pasti begitu bangun, Jaejoong pasti akan segera bersiap dan memulai konfrontasinya dengan Selir Ming yang sedang menyusun siasat busuk untuknya.

"Pengawal Cho, awasi dia! Ambil ini dan tunjukkan saja jika seseorang berusaha melukainya!" Yunho menyerahkan sebuah medali berwarna keemasan dengan lambang matahari terbit pada Kyuhyun yang langsung menerimanya. "Itu mewakili diriku! Siapa pun tidak akan bisa menyentuh Pangeran Kim jika kau menunjukan medali itu!"tambah Yunho sebelum meninggalkan Ares bersama sejumlah pengawal pribadinya.

Mata Boa menatap kagum pada medali itu,"Aku tidak percaya Pangeran Kim begitu mudah menaklukan Kaisar Jung yang kejam dan sedingin es! Kau bisa bayangkan apa yang bisa kita lakukan pada Selir Ming dengan medali yang kau pegang?" yeoja yang selalu melakukan hal nekad itu tersenyum lebar hingga Kyuhyun menepuk keras bahunya.

"Pelankan suaramu!"herdik namja Cho itu. "Kalau pangeran bangun, panggil aku!"

.

.

PESISIR PANTAI ARTHEMIS

Tepukan ringan dan berulang di pipinya membangunkan Yong Jun yang perlahan mulai membuka matanya yang terasa berat. Gelombang rasa sakit langsung menerpanya seperti dorongan ombak saat dia berusaha mengerakkan tubuhnya. "Eughhh...."erang Yong Jun seraya memegang kepalanya yang terasa begitu berat. Ingatannya melayang pada malam sebelumnya dimana sejumlah orang mengeroyoknya dan memukulnya tanpa memberinya kesempatan untuk melawan.

Matanya yang setengah terbuka menangkap siluet seorang namja yang sedang berdiri dihadapannya dengan senyum tipis dan raut wajah ramah. Yong Jun mengeryit pelan karena saat berusaha membuka mulutnya, dia baru menyadari jika wajahnya terasa kaku dan juga berdenyut sakit.

"Siapa kau? Dimana aku? Ughhh....Sakit sekali!" lagi-lagi erang kesakitan keluar dari mulut Yong Jun yang membengkak saat dia berusaha untuk bicara dengan suara jelas. Matanya menatap sekeliling kamar yang terlihat bersih itu dengan bingung, ini bukan kandang kuda tempat biasa dia menghabiskan malam!

Dalam hati Junsu mengerutu kesal pada situasi yang mengharuskannya berpura-pura baik pada namja yang seharusnya mereka bunuh saja tadi malam jika sang daegun bisa berpikir jernih dan tidak ingin bermain-main dengan mangsanya, namun suka atau tidak Junsu harus melakukan apa yang diperintahkan padanya!

Seraya memasang senyum lebar, Junsu menyentuh ringan bahu Yong Jun dengan gerakan bersahabat, "Aku Kim Junsu, orang yang telah menolongmu! Aku menemukanmu hampir mati di sebuah gang kotor!"beritahunya ringan. "Apa kau memiliki musuh, tuan...." Junsu sengaja menghentikan ucapannya dan memasang raut bingung di wajahnya.

"Namaku Yong Jun! Pasti suruhan para nelayan itu, mereka memang benci padaku! Para bajingan sok baik itu akan kubunuh! Lihat saja akan kubuat mereka semua membayar apa yang sudah mereka lakukan padaku!"

Wajah memar Yong Jun terlihat bengis saat mengucapkan berbagai sumpah serampah dan kecaman yang membuat Junsu membuang semua keraguannya dan semakin yakin jika namja tak berpendidikan dihadapannya harus disingkirkan secepat mungkin sebelum menghalangi langkah sang daegun mencapai tahta Arthemis!

"Siapa mereka? Kenapa ingin kau mati? Apa kau melakukan kesalahan?"cecar Junsu dengan nada penasaran dan wajah terkejut sambil menuangkan secangkir air dan menyodorkannya pada Yong Jun yang terlihat menyedihkan.

Susah payah namja berpenampilan kotor itu beranjak duduk, meneguk rakus air pemberian Junsu. "Para nelayan yang kapalnya kurusak! Aku benci mereka, sepanjang hari aku bekerja tapi kau tahu apa yang kudapat? Hanya beberapa Won dan makian dari mereka! Ck, mereka pasti akan berusaha mengusirku dari desa terkutuk ini"gerutunya dengan tangan terkepal erat.

"Bagaimana jika kau ikut dan bekerja denganku saja? Aku akan membawamu ke ibukota! Akan kuberikan kau makan dan tempat tinggal yang layak!"tawar Junsu ringan saat melihat ini adalah kesempatannya untuk melaksanakan rencana sang daegun. Situasi yang tersudut mau tak mau akan membuat Yong Jun menerima tawaran Junsu.

Yong Jun menatap lama namja dihadapannya yang berwajah ramah dan tampak terpelajar serta mungkin memiliki banyak kantong uang yang sudah menolongnya. Tawaran Kim Junsu sangatlah menguntungkan sekaligus memberinya kesempatan untuk pergi dari desa nelayan ini apalagi Ibukota adalah tempat yang selama ini ingin dikunjunginya. "Apa kau akan membayarku juga?"tanyanya dengan sorot tamak.

Diam-diam Junsu menyeringai kecil, sangat mudah mengiring mangsa yang sudah terpojok untuk masuk dalam perangkap. Sepertinya permainan sang daegun akan segera dimulai! Akan sangat menyenangkan untuk melihat bagaimana perasaan Permaisuri Byun nanti saat tahu putra yang dicarinya berlutut pada putra mahkota yang ingin dibunuhnya.

"Tentu aku akan memberimu banyak kantong emas!"

"Kalau begitu aku mau!" setuju Yong Jun cepat tanpa berpikir atau pun menyadari binar licik dari mata namja yang berdiri dihadapannya.

.

.
Note Author : Ada yang nungguin? Jangan lupa tinggalkan jejak. Jadi ghosts itu dosanya berat.

APOLLO AND ARTHEMISWhere stories live. Discover now