Arsensha 30 - Kelelahan Sensha

29.1K 1.9K 48
                                    

Seharian kemarin aku selalu memikirkan Arvin. jadi begini rasanya tidak dianggap? Mungkin kemarin-kemarin Arvin juga merasakan hal yang sama sepertiku. Saat aku tak mengacuhkannya.

Tapi, itu juga salah dia. Kenapa dia bersikap posesif kepadaku.

Tapi namanya penyeselan selalu datang terakhir. Walaupun sekarang aku menyesal, aku juga tidak bisa merubah semuanya.

"Bunda, Sensha berangkat kuliah dulu," pamitku. Aku langsung mengambil kotak bekalku yang sudah disiapkan oleh bunda.

Memang seperti anak kecil dengan membawa kotak makan seperti ini, tapi ini adalah kebiasaanku jika jadwal kuliahku padat. Terkadang aku terlalu malas untuk sekedar pergi ke kantin.

"Sha, di depan ada Rey. Katanya mau berangkat kuliah sama kamu," ujar Bunda.

Aku heran kenapa sih Rey selalu saja muncul. Aku bahkan sudah menjelaskan kepadanya kalau aku belum bisa membuka hatiku.

Bahkan mungkin hatiku sudah terpaut dengan Arvin, dan aku juga nggak bisa minta balikan sama Arvin kalau dia belum menyadari sikapnya. Aku bukan Arvin yang setelah putus langsung bisa berpaling. Terkadang butuh waktu untuk melupakan kenangan bersamanya. Walaupun kita menolak bersama, tapi aku tetap membutuhkannya.

Cintaku berakhir tragis, dan berujung pada perpisahan.

"Kok kamu di sini?" kataku.

Aku tergesa-gesa mendatangi Rey. Untuk apa sih dia sepagi ini udah ada di depan rumah?

"Aku mau jemput kamu. Kita berangkat bareng," ujarnya, Rey langsung membukakan pintu untukku. "Silakan masuk," katanya lagi.

"Nggak, ah. Aku berangkat sendiri aja. Aku nggak bisa terus-terusan ngerepotin orang lain," kataku. Entah kenapa semakin aku baik dengan Rey, aku takut seakan-akan memberikan harapan untuknya. Padahal aku sama sekali tidak mempunyai niat seperti itu.

"Ayolah, jangan nolak gitu, Sha. Please," mohonnya dengan ekspresi wajah yang nggak bisa kujelaskan. Harusnya aku sejak awal tidak berhubungan dengan tetanggaku ini.

"Ya sudah, deh." Aku pasrah dengan semua ajakan Rey.

Dengan semangat Rey mempersilakan aku masuk. Entah kenapa dia hari ini bahagia banget. Mungkin aku harus meluruskan sesuatu, kalau aku tidak memiliki rasa sama dia.

"Sha, kamu beneran putus sama Arvin?" Rey mencoba membuka topik pertanyaan. Tapi bukan topik itu yang ingin kubahas bersamanya. Kenapa sih setiap orang yang bertemu denganku selalu membahas hubunganku dengan Arvin?

"Iya."

Entahlah aku malas sekali menjawab pertanyaan Rey.

"Aku suka kamu." Sontak aku kaget mendnegar pernyataan Rey. Aku tau dia memang menyukai sejak insiden di dalam mobil itu. tapi untuk apa dia menyatakan perasaannya lagi.

"Aku tahu kamu masih belum lupa sama Arvin, tapi aku mau coba untuk menggantikan Arvin. aku sayang kamu, Sha," katanya lagi.

Kenapa sih? Aku sama sekali masih trauma jika harus menjalin hubungan baru. Aku malas untuk membuka hatiku untuk orang yang baru, suasana yang baru, harus beradaptasi dengan kebiasaan yang belum tentu sama dengan kebiasaanku.

"Jangan bahas ini, Rey," kataku. Aku berusaha untuk lepas dari topik pembicaraan ini.

"Kenapa? Apa kamu belum bisa lupa sama Arvin?" telaknya.

"Iya, aku memang belum bisa lupa sama dia. Aku masih trauma. Jadi untuk sekarang kita jadi teman aja, bahkan untuk menjalin hubungan pun aku belum siap."

Aku bingung harus menjelaskan apalagi sama Rey. Tolonglah, jangan paksa aku untuk kembali sama Arvin atau menjalin hubungan dengan orang lain.

Hatiku butuh waktu untuk memperbaiki semuanya. Bahkan aku tidak mau mengulang penyesalan yang baru saja kualami.

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang