Arsensha 21 - Ancaman

34.7K 2.1K 73
                                    

sesuai janji, aku udah update arsensha, ya :")) aku juga udah update cerita A Blocked Heart, silakan dilirik yuhuuu. jangan minta nambah part arsensha dulu, ya. hihihih.

***

"Buruan, keburu mereka pingsan karena Arvin," kata Sadam.

Sesaat kemudian Sadam dan Pandu sudah menarik tanganku dan membawaku ke lapangan basket. Lagi-lagi Arvin membuat ulah, sampai kapan dia berhenti kayak gini sih?

Kulihat Anggi juga ikut berlari di belakangku, sementara aku terus berpikir. Apa yang akan kulakukan saat bertemu dengan Arvin nanti? Bukankah aku dengannya sudah putus?

Jujur aku takut kalau Arvin sudah berbuat brutal seperti ini. Kalau nanti aku yang ditantang main basket sama dia, gimana? Yang ada aku malah jadi bolanya.

Saat itu juga Pandu dan Sadam membawa diriku ke lapangan basket. Di sana kulihat Arvin sedang bermain basket dengan tim basket yang sedang latihan. Ini sungguh takjub, bagaimana Arvin bisa mengalahkan mereka semua? Bahkan sekarang Arvin tetap menantang bermain basket lagi. Ini gila!

"Kamu lihat sendiri kan, Sha? Lihat gimana sikap pacar kamu dengan tim basket kampus," ucap Sadam.

"Kalian ada apa sih sebenarnya?" tanya Pandu.

"Kita putus." Aku hanya mengatakan itu. sementara aku masih menatap Arvin yang sedang bermain basket.

"SERIUS?!!!" kata Pandu. Dan hanya kubalas dengan anggukan.

"Please, kamu hentiin Arvin sekarang."

"Benar, Sha. Itu Arvin udah keterlaluan banget," ucap Anggi. Sejak kapan dia ada di sini? Apa dia mengejar aku saat ditarik oleh Pandu dan Sadam?

Aku terus menatap Arvin, berjalan ke tengah lapangan basket. Di sana Arvin sedang berusaha merebut bola basket dari lawannya. Dan dengan gerakan cepat, dia sudah mengambil bola itu dan berjalan ke arah ring bola dan memasukkannya. Saat itu, lawannya semakin dibuat tak berdaya. Pasalnya mereka sepertinya sudah terlalu lelah melawan Arvin.

"ARVIN, STOP!" ucapku berteriak. Saat itu Arvin mengehntikan gerakannya dan berjalan ke arahku.

Tatapannya dingin, tangannya mengepal. Sungguh, ini adalah wajah Arvin yang sangat menyeramkan. Apa dia masih marah karena aku minta putus? Harusnya dia sadar dan berubah, bukannya melampiaskan pada orang lain.

"Ngapain kamu?" kata Arvin dingin.

"Tolong hentikan semuanya," pintaku. Sementara Arvin hanya tersenyum kecut. Dia membuang arah pandangannya pada Pandu dan Sadam.

"Jadi mereka berdua yang nyuruh kamu ke sini buat nolong anak basket?" kata Arvin, sambil menatap Pandu dan Sadam yang kemudian dia menatapku. Sepertinya mereka berdua takut sekali, kalau saja Arvin melampiaskan amarahnya pada mereka.

"Kalau iya, kenapa?"

"Hebat."

"Hebat? Kamu apa-apaan sih maksa mereka main basket sampai kelelahan gitu? Bahkan kamu terus menantang mereka." Aku kesal. Dia sama sekali gak ada rasa kasihan apa ya?

"Cuma mau buktiin kalau gak bakalan ada yang bisa ngalahin aku di kampus ini. Termasuk buat ngerebut kamu dari sisiku," katanya tajam. Maksud dia apa sih? Bukannya kita udah putus? Berarti kita gak ada hubungan apa-apa lagi.

Aku bingung mau jawab apa? Aku sebenarnya takut sekarang. Takut kalau Arvin gantian melampiaskan amarahnya padaku.

"Ikut aku!" Arvin menarik tanganku dan membawaku ke suatu tempat.

Aku melewati Sadam, Pandu dan Anggi memasang muka memelas dan memohon, tapi sepertinya percuma. Mereka berdua takut sama Arvin, jadi sama aja mereka gak bakalan bisa bantu aku.

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang