Arsensha 12 - Jogging

43.2K 2.4K 23
                                    

hallo ... keep reading, ya.

typo masih bergentayangan~~

Setelah beberapa hari yang lalu, aku bermain kejar-kejaran dengan Arvin. Sekarang, aku beneran dikejar Arvin.

Sore-sore begini, Arvin datang ke rumahku. Lengkap dengan setelan pakaian olahrga. Tapi bukan pakaian olahraganya saat SMA. Kujamin pasti sudah gak muat lagi.

Arvin menggunakan setelah pakaian olahraga dengan kaus berwarna biru muda dan celana training biru dongker, tidak lupa juga dengan sepatu olahraganya berwarna putih. Arvin tampak tampan dan gagah.

"Kamu ngapain sore-sore gini datang ke rumah? Gak menerima tumpangan makan sore di sini," kataku padanya. Sementara dia hanya tersenyum lebar melihat tingkahku yang masih berusaha mengusirnya.

"Mbul, kalau ada pacarnya datang tuh disambut dengan baik, manis, ramah. Nah ini, malah diusir," kata Arvin sambil berusaha masuk ke dalam. Mungkin karena aku berdiri tepat di depan pintu yang terbuka, jadinya Arvin gak bisa masuk.

"Ih kamu mah udah keseringan. Sampai-sampai satpam kompleks rumahku aja hapal muka kamu," kataku jutek padanya.

"Tapi gak apa-apa kok kalau aku datang terus kamu usir. Soalnya, kamu beda dari cewek yang lain. Makanya kamu jadi pacar aku, itu juga sebagai pembeda kamu." Arvun terlalu pede.

"Dih, ga ada hubungannya. Kamu pulang aja deh, aku mau istirahat," usirku padanya. Memang ... mungkin aku dianggap sebagai pacar yang durhaka, tapi aku sudah terbiasa bercanda dengan Arvin seperti itu.

"Iya-iya, aku gak mau bertamu ke rumah kamu, kok."

"Terus?"

"Aku maunya bertamu ke hatinya anak yang punya rumah ini." Gombal!

"Kamu ni yaaa ...." kataku.

"Cepat deh." Hah? Arvin ngomong sama siapa?

"Apa?"

"Kamu gak lihat kostum aku hari ini? Aku pengen ngajak kamu jogging sore. Ayok," ajaknya.

"Gak ah." Aku menolaknya secara langsung. Jujur, badan aku capek banget. Tadi pagi, aku baru saja membantu ayah membersihkan kebunnya. Hingga Arvin datang dan mengacaukannya. Dan niatnya sore ini, aku ingin istirahat dari gangguan segala macam makhluk apapun. Termasuk Arvin.

"Mbul ...." panggil Arvin.

"Ih jangan panggil aku 'Mbul'. Aku gak suka!" Aku menatapnya kesal.

"Gembul ...." Arvin masih saja memanggilku seperti itu.

"Kamu dibilangin keras kepala banget sih!" Aku kesal dengannya. Dibilangin tetap aja gak didengerin. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.

"Makanya kalau gak mau dipanggil gitu, kamu cepatan ganti baju. Kita jogging cantik dan ganteng," ajak Arvin.

Ah, sudahlah. Percuma saja berusaha mengusir Arvin. Tidak ada gunanya. Lebih baik kuturuti saja kemauannya.

Arvin kusuruh tunggu di ruang tamu sembari aku mengganti pakaianku sekaligus meminta izin pada bunda.

Tak memperlukan waktu lama, tiga puluh kemudian aku turun dari kamar. Menggunakan kaus ungu muda dengan celana training hitam dilengkapi dengan sepatu berwarna biru dongker. Sepatu yang kupakai itu persis sekali dengan milik Arvin. Kita membelinya couple, hanya berbeda warna dan ukuran saja.

"Yuk," ajakku pada Arvin.

"Udah izin sama bunda belum? Izin dulu sana," kata Arvin.

"Udah kok tadi. Yaudah, yuk. Keburu sore nih nanti," kataku sembari menggandeng Arvin keluar rumah.

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang