Arsensha 18 - Flashback

30.7K 1.9K 39
                                    

hello, masih ada yang nantiin cerita ini? hehehe, ini bagian flashback awal pertemuan Arvin dan Sensha, ya. Mungkin dari kalian banyak yang bingung, kenapa Sensha dan Arvin bisa pacaran, hehehe.

keep reading, ya dear:*

***

SENSHA POV

Hari Minggu yang indah, biasanya kalau begini aku akan menghabiskan waktuku di toko buku. Membaca buku hingga sore dan membeli beberapa buku yang menarik untukku.

Udara pagi ini dingin sekali, rasa sejuk menyergapi tubuhku saat jendela kamarku terbuka lebar. Ah, mungkin saja aku lupa menutup jendela kamarku tadi malam. Aku tersadar dari udara dingin yang dengan tidak sopannya menyentuh kulitku dan memaksaku untuk bangun.

Aku segera beranjak dari kasur empukku, menuju kamar mandi.

Setelah mengahabiskan waktu cukup lama di dalam kamar mandi, aku pun langsur keluar. Aku buru-buru menggunakan pakaian santai yang telah kusiapkan. Kulanjutkan aktivitaskan dengan sarapan pagi di meja makan. Aku langsung saja turun ke bawah dan mendapati Bik Sari sedang meyiapkan sarapan pagi untukku. Hanya sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan segelas susu. Aku melahap sarapanku. Aku hanya makan seniri, karena ayah dan bunda sedang di luar kota ada urusan bisnis. Setelah semuanya kuanggap sudah selesai, aku pun langsung bersiap-siap pergi ke toko buku.

Begitu sampai di halaman rumah, saat itu aku ingin membuka gerbang. Tiba-tiba ada seorang anak kecil menghampiriku. Wajahnya panik dan keringat bercucuran di tubuhnya. Napasnya terlihat tersengal-sengal.

"Ada apa, Dik?" tanya padanya. Sepertinya dia sedang menyeimbangkan napasnya.

"I-itu, Kak. Ada pria yang terluka. Tadi dia menyelamatkanku dari tabrak lari," kata anak itu.

Lantas anak itu membawaku ke tempat kejadian. Di sana ada seorang pria yang sedang terbaring tak berdaya. Terdapat beberapa luka di kakinya, memang tidak parah menurutku, namun tetap saja harus segera diobati.

Aku menyuruh anak kecil tadi untuk membeli antiseptik, kapas, kasa, plester. Untung saja aku membawa air minum. Kuberikan pada pria tadi agar ia tidak terlalu banyak kehilangan cairan. Setidaknya membantunya mempunyai tenaga untuk menahan sakit.

Anakkecil itu datang dan segera memberikan perlengkapan yang kuminta tadi. Kubersihkan lukanya dengan menggunakan antiseptik. Setelah kurasa tidak ada darah lagi yang mengalir, kemudian kubalut luka itu dengan kapas dan kasa dan merekatkannya dengan plester.

Kulihat wajah pria itu sedikit lebih baik, semoga saja apa yang kulakuakan bisa mnegurangi rasa sakitnya.

"Kamu gak apa-apa?" tanyaku. Sementara pria itu hanya mengangguk. Lebih baik aku menghubungi keluarganya saja.

"Apa aku boleh meminjam ponselmu? Mungkin untuk menghubungi keluargamu," kataku. Pria itu memberikan ponselnya padaku, dia memintaku untuk menghubungi sopirnya saja dan memintanya datang dengan menggunakan taksi.

"Terima kasih," ucap pria itu.

Aku hanya tersenyum menanggapinya.

Ah, tidak. Ini sudah terlalu siang untukku pergi ke toko buku, bagaimana ini?

"Dik, kamu bisa menjaga kakak ini di sini? Sebenarnya aku ada urusan," kataku pada anak kecil itu. anak kecil itu mengangguk. Lalu kubereskan perlengkapan pembersih luka tadi. Saat aku ingin berdiri meninggalkan pria itu, tiba-tiba ia memegang tanganku.

"Jangan pergi. Ikutlah ke rumahku, sepertinya aku membutuhkanmu untuk merawat lukaku," kata pria itu memohon.

Aku tidak tega melihatnya seperti itu, tapi tetap saja aku bimbang ingin memilih yang mana.

Haruskah aku mengikuti permintaannya?

Wajah pria itu tampak memohon padaku, aku jadi tidak. Biarlah, mungkin lain kali aku bisa pergi ke toko buku.

Sekitar dua pluh menit, tiba-tiba sopir pria itu datang. Pria itu memerintahkannya untuk membawa mobilnya dan memapahnya masuk ke dalam mobil. Sebelumnya aku mengucapkan terima kasih pada naak kecil tadi karena sudah mau menolong pria tadi.

Tapi, saat aku membantu pria itu masuk ke dalam mobil, pria itu menarik tanganku dan memintaku menemaninya hingga sampai ke rumah. Kenapa pria ini seperti anak kecil saja?

"Siapa namamu?" tanya pria itu. sejujurnya di dalam mobil dari tadi tidak ada percakapan di antara kami. Aku selalu merasa canggung terhadap orang yang baru saja kukenal.

"Sensha," ucapku.

"Aku Arvin."

Hanya perkenalan singkat antara aku dan Arvin, hingga Arvin membawaku ke rumahnya dan memperkenalkanku pada mamanya sebagai pacarnya. Tidak kah ini membingungkan untukku?

Aku hanya berusaha membantunya untuk sembuh dan merawat lukanya, namun dia malah mengklaimku sebagai pacarnya. Aku tidak bisa menghindar darinya, karena setiap saat aku menghindar, dia selalu bisa menemukanku.

ARVIN POV

Sensha ... nama gadis yang sudah mencuri hatiku. Aku tak sengaja menyelamatkan anak kecil dari korban tabrak lari, sehingga justru aku yang terluka. Aku tidak menyangka jika anak kecil itu langsung meminta tolong pada seorang. Hingga kusadari bahwa wanita yang dibawa oleh anak kecil itu sangat cantik. Apakah aku bermimpi? Aku rela terluka setiap hari jika aku bisa melihat wajah gadis ini setiap hari. Bagaimana pun ia harus menjadi milikku. Aku sudah bisa membujuknya untuk merawat lukaku dan membawanya ke rumahku lalu mengenalkannya sebagai pacarku pada mama. Sebenarnya luka yang kudapat tidak begitu parah, hanya saja aku tidak ingin membuang kesempatan untuk selalu bertemu dengan gadis itu.

Tatapanku terkuci pada gadis yang sangat telaten membersihkan lukaku. Senyuman gadis itu bisa membuat rasa nyeri di lukaku sedikit berkurang. Seakan ia menyadari bahwa aku dari tadi terus memandangnya, gadis itu menoleh ke arahku hingga aku bisa melihat kedua bola matanya yang hitam terang. Aku hanya bisa terpana dalam balutan senyum tipisnya dan bola matanya yang indah.

Baru kali ini ada seorang gadis yang membuatku begitu tergila-gila padanya. Hanya dengan senyumannya bisa menghangatkan hatiku. Aku sangat menginginkan gadis itu. Ia harus bisa kumiliki dengan segera. Sejak saat itu juga aku sudah mengkalim dirinya sebagai gadisku.

TBC

maaf ya, part ini dikit buanget hehehe.

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang