Arsensha 26 - Penculikkan

29.6K 1.9K 187
                                    

Part 26

Mau menyesal seperti apapun semuanya sudah percuma. Hubunganku dengan Arvin sudah berlalu. Sangat sulit untuk memperbaikinya. Jika memang perpisahan adalah yang terbaik, maka kita akan berpisah.

Biasanya pagi ini Arvin udah muncul di meja makan, tapi sekarang? Dia tidak datang ke rumah. Karena memang seharusnya dia tidak datang, aku dan dia sudah selesai. Kita bukan lagi pasangan kekasih.

Mulai sekarang Arvin tidak perlu lagi menjemputku, atau bersikap terlalu posesif kepadaku.

Apakah kalian ingin tahu perasaanku yang sebenarnya? Aku juga sakit. Sakit harus merelakan cintaku. Bukannya aku sudah mengatakan, kalau aku sudah mulai menyayangi dan mencintai Arvin. Sejujurnya Aku tidak ingin putus dengan Arvin. Tapi, kalau Arvin terus seenaknya saja seperti kejadian kemarin, siapa yang betah?

"Sha, kok tumben Arvin nggak datang jemput kamu?" tanya Bunda. Ah, Bunda hapal banget sih jadwa Arvin main ke rumah.

Andai aja bunda tahu kalau aku sama Arvin udah putus, gimana coba reaksi bunda, pasti nyuruh dan maksa aku buat balikan sama Arvin.

"Sensha udah putus, Bun," kataku enteng sambil mengambil roti bakar buatan bunda.

"HAH?! KOK BISA?"

Tuh kan, toa banget suara bunda pagi-pagi gini. Pasti pertanyaan itu yang bakalan keluar dari mulut manis bunda, sudah kuduga.

"Bun, orang yang nikah aja bisa cerai, kenapa yang pacaran nggak bisa putus?" kataku sambil memakan roti bakar yang sudah kuolesi dengan selai kacang. Lalu aku mengecek ponselku, ada pesan dari Shadam.

Shadam : Kalian berantem?

Hanya itu aja pesan dari Shadam, aku bahkan nggak ngerti maksudnya apa. Aku bukan berantem sama Arvin, tapi kami udah putus. Sudah berakhir. Eh, kok sakit, ya?

"Padahal Arvin menantu idaman Bunda," ujar bunda kecewa.

"Ya udah, Bunda bikin bayi aja lagi sama Ayah, terus jodohin sama Arvin," kataku asal lalu mendapatkan tatapan tajam dari ayah.

"Kalau bicara jangan asal gitu, dong, Sha," kata ayah.

"Iya, Yah, maaf. Nggak lagi, deh. Habisnya Bunda sih yang mancing terus," jawabku membela diri.

Iya, lah. Mana mau aku disalahin gini. Andai aja bunda tahu kalau aku putus itu karena sifat Arvin yang selalu berlebihan. Coba aja kemarin dia nggak marah-marah dan asal tuduh aku selingkuh sama Rey, pasti aku nggak bakalan minta putus sama dia.

"Sayang banget kalau Arvin jadi mantunya orang lain."

"Bunda ... udah, dong. Jangan ngomongin Arvin terus. Sensha berangkat dulu, deh."

Setelah itu aku langsung mengambil tasku dan mulai berjalan ke arag garasi. Akhirnya, aku bisa naik motorku lagi. Selama pacaran sama Arvin, ia selalu menjemputku dan tidak memperbolehkanku naik motor sendiri. Tapi sekarang kan aku sama Arvin udah nggak pacaran lagi. Jadi, nggak ada alasan dia buat melarangku yang aneh-aneh.

Saat perjalanan menuju kampus, tiba-tiba aku dihadang oleh sebeuha mobil. Tunggu dulu! Kayaknya aku tau deh itu mobil siapa.

"SHADAM?!" teriakku. Hampir saja aku menabrak mobil Shadam. Lagian tu anak ngapain sih muncul tiba-tiba kayak dedemit. Udah tau aku lagi buru-buru mau ke kampus, keburu nanti dosen masuk.

"Kamu apa-apaan sih, Dham?" tanyaku. Kulihat ada Pandu juga yang ikut turun bersama Shadam. Ada wajah kepanikan di antara mereka berdua.

"Kamu harus ikut kita dulu, Sha. Nanti kita jelasin," kata Pandu sambil menggeretku turun dari motor.

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang