Arsensha 13 - Emosi Yang Kembali

40.2K 2.4K 42
                                    

halo, wkwkw. mau nyapa aja sih :p btw, aku lagi nyari cast buat Arsensha, kira-kira siapa, yak?

keep reading, yak! typo masih bergentayangan kayak mantan :p

***

Arvin menarik tanganku sangat kasar. Apa dia gak tahu kalau pegangannya sangat erat. Tanganku sampai merah. Dia membawaku menjauh dari kursi taman tempat aku dan Rey bertemu tadi. Aku hanya pasrah diperlakukan Arvin seperti itu. Tiba-tiba air mataku jatuh begitu saja dari pipiku. Ini sakit.

Aduh Arvin serem banget kalau kayak gini. Aku menyesal karena sudah melanggar perintah Arvin untuk berbicara dengan orang asing.

"Arv, sakit. Lepasin," kataku memaksa dirinya melepaskan tanganku. Tanganku sekarang sudah lecet-lecet merah.

"Aku udah bilang sama kamu jangan ngomong sama orang asing!" bentaknya padaku. Aku takut jika Arvin sudah membentakku seperti ini. Aku tidak berani melawannya.

Arvin menarik tanganku paksa dari taman sampai ke depan gapura kompleks perumahanku. Sepanjang jalan aku meronta untuk dilepaskan. Aku menangis kesakitan tapi Arvin tidak memperdulikanku. Dia memperlakukanku dengan sangat kasar.

"Aku gak ada apa-apa sama dia, Arv. Dia cuma ngasih aku minum aja," kataku membela diri.

"Aku kan sudah bilang, jangan melanggar perintahku. Lagipula aku sedang membelikanmu minum." Arvin membentakku lagi.

"Tapi aku kehausan. Dan aku gak bisa nolak pemberian orang itu. Lagipula sepertinya orangnya baik," kataku. Rahang Arvin mengeras. Tatapan matanya tajam, mengisyaratkan kemarahan yang memuncak. Apa aku salah bicara tadi?

"Jangan membantah, Sensha!"

"Sakit."

Arvin akhirnya melepaskan tanganku. Dia sama sekali tidak merasa bersalah karena membuat tanganku lecet seperti ini. Aku kesal padanya, seharusnya aku yang marah padanya.

Apa aku salah jika berbicara dengan orang lain? Harus 'kah orang yang kita temui kita anggap sebagai orang jahat? Arvin benar-benar keterlaluan. Aku muak dengan kelakuannya yang seperti ini.

Akhirnya aku pergi meninggalkan Arvi di sana, aku berjalan sendiri menuju rumahku yang letaknya tidak begitu jauh dari gapura.

Aku mendengar suara Arvin yang terus mengiang di telinga. Tak kuhiraukan dia ingin berteriak seperti apa. Yang jelas aku membencinya.

"Sensha, tunggu!"

Aku tetap tak menghiraukannya dan tetap berjalan lurus ke depan. Lagipula aku bisa pulang sendiri.

"Sensha, kamu gak dengar omongan aku? Hei! Aku ngomong sama kamu," katanya berteriak sambil menyusulku.

Bodo amat. Sebentar lagi aku sudah sampai rumah.

Sepertinya Arvin masih mengejarku, aku sama sekali tidak mau mendengarkan apapundari mulutnya. Padahal aku sudah menuruti setiap permintaannya. Tapj dia malah memperlakukanku dengan kasar. Apa salah jika aku mempunyai tema pria.

Lihat saja, aku sama sekali tidak mau bertemu dengannya. Kubuka gerbang rumahku dan segera menutupnya. Bunda terlihat bingung melihatku pulang sendirian, karena aku seharusnya pulang bersama Arvin.

"Loh, Sensha? Kok pulang sendiri? Mana Arvinnya?" tanya bunda. Tuh kan? Bunda itu pasti nanyain Arvin terus.

"Gak tau." Aku langsung masuk ke dalam rumah. Mungkin aku juga keterlalu dengan bunda karena menjawab pertanyaannya dengan singkat. Tapi mau gimana lagi? Aku sudah kehilangan moodku gara-gara Arvin.

Aku masuk ke dalam kamar dan tidak mau bertemh dengan Arvin. Aku membuka kaca jendela kamarku dan melihat sosok Arvin sedang berbicara dengan bunda. Arvin hanya sebentar saja berbicara pada bunda kemudia dia langsung pamit. Sementara aku masuk ke dalam kamar mandi. Membersihkan tubuhku dari keringat dan mendinginkan kepala akibat kelakuan Arvin.

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang