Arsensha 3 - Bunda

76.3K 4K 69
                                    

Haloo... ini part 2 nya aku private, ya. ada beberapa yg aku private. jadi maaf kalau loncat-loncat..

***

"Sakit, Yang," protesnya sambil mengusap bekas cubitanku.

"Gantian, tadi kan kamu yang nyubitin aku."

"Iya, deh. Aku minta maaf," katanya. Aku terheran dia minta maaf karena apa? Karena salah dia hari ini banyak, haha.

"Untuk?"

"Karena sudah buat kamu marah dan maksa kamu gak kuliah. Aku cuma gak mau kamu sakit karena belajar begadang, dan aku menghargai kemauan kamu untuk menjadi wanita karir," katanya. Arvin lalu mnyematkan jarinya di sela rambutku, dan menyapunya ke belakang telingaku. Ada rasa nyaman saat dia memperlakukanku seperti itu.

Arvin sangat menyebalkan, tapi dia tahu bagaimana membuat moodku menjadi lebih baik lagi. Contohnya seperti hal kecil yang baru saja ia lakukan.

Setelah makan siang, Arvin mengantaru pulang. Entah kenapa rasa sebalku tadi menghilang karena perlakuan Arvin. Ia langsung membukakan pintu untukku, sedikit perlakuan manis darinya.

Tapi dia malah mengikutiku masuk ke dalam rumah, mau apa dia?

"Ngapain ikut masuk?" tanyaku.

"Mau nganterin kamu sampai depan kamar, takut kamu kenapa-kenapa," jawabnya sok santai.

"Ih, buat apa? Aku bisa, udah sana pulang," usirku. Aku bukannya kasar sama dia, tapi cuma mau istirahat.

"Kenapa sih? Masuk aja gak boleh," tanyanya bingung. Dia itu udah terlalu sering main ke rumah, masa iya ini mau main lagi. Kapan aku istirahatnya?

"Arv, aku mau langsung istirahat. Kalau ada kamu, pasti nanti kamu jailin aku terus," kataku.

"Yaudah kalau mau istirahat ya istirahat aja, aku mau ketemu sama tante Shila, kok." Arvin masih saja berusaha untuk masuk. Ih, ini anak baru aja bikin aku senang dan sekarang bikin aku kesal lagi.

"Terserah, deh."

"Nah, kan. Kata-kata horrornya keluar lagi. Iya-iya, aku pulang. Aku cuma bercanda, kok, Yang," jawabnya. Tuh kan, keseringan bercanda. Sukanya gitu mulu.

Aku menunggu dia berjalan ke arah mobilnya, tapi tetap aja tak ada satu langkah kaki pun beranjak dari Arvin. Ini dia beneran mau jadi satpam rumahku?

Dia terus aja ngeliatin aku, emang ada yang aneh sama kau hari ini? "Ngapain ngeliatin gitu?" tanyaku, sementara yang ditanya hanya cengar-cengir kuda minta makan.

"Cantik."

"Gombal mulu, gak capek apa? Pulang gih." Aku sambil mendorong dia untuk turun ke mobilnya, tapi dia malah memegang tanganku, dan menyisakan sedikit jarak di antara kami. Pandangan matanya lekat, bola matanya yang coklat, dan kulitnya yang putih. Ada aroma parfume maskulin yang ia pakai. Sangat menyegarkan.

"Lepasin." Aku terus berusaha melepaskan pegangan tangannya. Tapi dia malah semakin intens menatapku. Mulai deh sifat keras kepalanya.

"Nggak."

Aku memberontak dirinya, tapi dia malah mengeratkan pegangannya. Wah bisa gawat nih kalau bunda sampai ngelihat dalam posisi seperti ini. "Arv, lepas. Bahaya kalau ada bunda," kataku berbisik ke telinganya. Tapi dia tiba-tiba malah mencium bibirku setelah itu.

"ARVIN!" kataku berteriak. Sementara dia langsung kabur setelah menciumku, memang sejak tadi perasaanku gak enak. Dia pasti punya rencana lain, memang suka mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Makasih, Yang, buat vitaminnya. Aku pulang, ya. Nanti aku telepon," katanya langsung masuk ke dalam mobil sambil melambaikan tangan dan mengedipkan matanya. Dasar raja gombal.

Aku tersenyum malu mengingat tingkat Arvin, ada-ada aja akalan dia buat bikin aku ngerasa nano-nano hari ini.

"Cie ... anak Bunda senyum-senyum terus. Kasmaran, ya?" Tiba-tiba bunda muncul di belakang. Ini punya bunda kok hobinya suka ngagetin aja, sih. Apalagi kalau udah gabung sama komplotan kamarnya alias ayah, dih pasti suka godain anaknya mulu.

"Apa sih, Bunda? Gak kok. Orang tadi ada Arvin baru aja pulang," jawabku. Sedangkan yang mengajukan pertanyaan tadi hanya senyum-senyum gak jelas. Emang tadi aku salah ngomong?

"Nah kan beneran, kalau ada Arvin kamu cengar-cengir gitu. Senyum manis kayak gulanya Bunda di dapur," kata Bunda menghibur. Wah, Bunda mainannya gula mulu deh. Pake dibanding-bandingin sama gula.

"Bunda suka deh bawa-bawa gula, kasihan semutnya gak kebagian," kataku menimpali ucapan bunda.

"Kamu mau Bunda bandingin sama garam yang asinnya gak nahan gitu?" Aduh bunda apaan sih. Aneh-aneh aja.

"Bunda cocok jadi tukang lawak deh." ejekku. Duh maafkan Sensha ya bunda udah ngataim bunda.

"Bunda memang ada bakat ke situ, Sha. Tapi Bunda lebih milih ngurusin anak Bunda yang manis dan manjanya minta ampun." Bunda mencubit pipiku. Udah jadi kebiasaan bunda, tempat favoritnya ya mencubit pipi. Persis Arvin juga gitu.

Karena merasa aneh bercanda di depan pintu dan juga aku yang sudah lelah, akhirnya aku mengajak bunda untuk masuk ke dalam.

"Gimana tadi tesnya, Sha?" tanya bunda. Sejenak ingatanku berputar pada soal-soal yang kukerjakan tadi. Perutku terasa mual mengingat semuanya, aku sudah pasrah untuk hasilnya nanti. Semoga saja aku diterima.

"Alhamdulillaah ada beberapa yang bisa dikerjain tapi ada juga yang gak bisa," jawabku. Bunda kemudian merangkulku, memberikan kehangatan padaku. Menyalurkan kasih sayang. Mungkin bunda hanya ingin memberikanku semangat, bahwa apa yang sudah kita lakukan dengan niat yang baik, maka akan mendapatkan hasil yang baik pula. Bunda mengelus lembut rambutku, sepertinya aku sudah lama tidak bermanja ria dengan bunda.

"Ya udah, kalau kamu gak keterima kuliah, kamu nikah aja sama Arvin." Bunda berbicara padaku dengan gampangnya. Padahal aku ingin menjadi wanita yang punya pekerjaan, agar hidupnya tidak bergantung pada suami nantinya.

"Ih, Bunda apaan, sih? Baru aja lulus masa udah nikah," kataku pada bunda. Bunda hanya tertawa, sepertinya bunda hanya bercanda. Syukurlah. Aku tidak bisa membayangkan jika aku harus menikah muda.

"Iya, Bunda cuma bercanda. Bunda yakin kamu pasti keterima," kata bunda meyakinkanku.

"Kamu masuk ke dalam kamar aja, istirahat. Bunda tahu kamu pasti lelah."

Aku hanya mengangguk dan mengambil tasku, kakiku menggiringku melangkah menaiki tangga. Menuju kamar dengan pintu bercatkan putih, warna kesukaanku. Aku meletakkan tasku di atas meja belajar dan mengeluarkan beberapa buku yang kubawa tadi dan menyusunnya kembali.

Setengah hari berada di luar, tubuhku merasa gerah. Mungkin mencuci muka akan sedikit memberikan rasa segar. Aku segera menuju kamar mandi.

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang