Arsensha 11 - Aksi Ngambek

50.6K 2.7K 79
                                    

typo-nya masih bergentayangan~~

Lagi-lagi cahaya pagi mengusik tidurku. Setelah seharian kemarin aku menghabiskan waktu dengan Arvin, akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang. Rasa kantukku tidak mau menghilang. Kulampirkan selimut tebalku hingga ujung kepalaku, membuatku terbungkus dan tenggelam di dalamnya. Hangat. Kupeluk gulingku derat, terasa pas untukku.

Mungkin tidur tiga puluh menit lagi kurasa cukup.

"Sensha, bangun!" ucap bunda membangunkanku. Oh tidak, kukira aku bakalan bisa tidur lagi. Ternyata tidak.

"Iya, Bun," kataku. Kurasa sudah tidak ada suara bunda lagi.

Kulihat jam di nakas sudah pukul delapan pagi. Tumben sekali pagi ini Arvin tidak membangunkanku. Biasanya jika hari libur begini, Arvin sudah siap siaga di rumahku untuk mengajakku lari pagi. Tapi pagi ini tidak ada sama sekali. Paling tidak, dia mengirimkan pesan manis untukku. Kuperiksa ponselku, namun hasilnya nihil.

Harapanku, jangan sampai Arvin mengurung diri seperti beberapa tempo hari yang lalu.

Aku beranjak dari kasur empukku, tak tega meninggalkannya. Tapi apa dayaku yang selalu dipanggil bunda. Aku pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Hanya butuh waktu tiga puluh menit untuk membersihkan tubuhku. Selesai mandi, aku langsung keluar kamar dan segera menuju dapur untuk membantu bunda memasak.

"Pagi, Bun," kataku sambil mecium kedua pipi bunda. Sementara bunda membalas dengan senyuman dan mencium keningku.

"Pagi sayang," balas bunda yang saat itu sedang memotong sayuran. Kulihat Bik Susi sedang mencuci piring.

"Sini, Sensha bisa bantu apa, Ma?" Aku manawarkan diri pada bunda. Sementara bunda hanya menggeleng padaku.

"Gak usah, Sha. Kamu ke ruang tamu aja, udah ada Arvin loh," ujar bunda.

What? Buat apa Arvin menungguku?

"Gak ah, Bun. Sensha mau bantuin Bunda masak," kataku ngotot.

"Eh, jangan gitu. Kasihan Arvin udah nunggu kamu." Bunda berisyaratku menyuruhku untuk meninggalkan dapur.

"Ayah mana, Bun?" tanyaku.

"Ayah kamu pagi-pagi banget tadi udah lari pagi di sekitar taman," balas Bunda. Ayah memang punya kebiasaan berolahraga setiap pagi. Kadang ayah juga sering mengajakku olahraga bersama.

"Tumben lama banget."

"Kamu kayak gak tahu kebiasaan ayah kamu aja, paling juga dia lagi di rumah tetangga main catur," kata bunda. Sekarang bunda mulai memasukkan beberapa bumbu masakan.

Kulihat jam dinding di dapur sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Udah sana, kamu temanin Arvin aja," kata bunda menyuruhku. Jujur sebenarnha aku malas bertemu dengannya. Aku kan lagi marah sama dia gara-gara kemarin dia membuatku kesal.

"Itu si Arvin udah nunggu. Kamu dari tadi ngapain aja sih masih di sini? Udah sana samperin dulu si Arvin," kata bunda mengusirku.

"Malas ah, Bun," kataku spontan.

Orang aku lagi pengen di dapur. Salah sendiri kenapa Arvin datang ke rumah. Lagian aku gak pernah nyuruh dia datang.

"Kamu kenapa gitu sih sama Arvin? Lagi marahan ya?"

"Gak kok, Bun."

"Kalau gitu cepat samperin si Arvin."

"Ih, Bunda. Aku lagi malas, Bunda," kataku kesal.

"Kasihan loh Arvin sejak pagi tadi mondar-mandir dan bolak-balik ke kamar kamu. Kayaknya kamu masih tidur, dan dia gak tega mau bangunin kamu," jelas bunda.

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang