Arsensha 29 - Penyesalan Sensha

28.6K 1.9K 122
                                    

Aku nggak tahu harus gimana, aku seperti melakukan tindakan bodoh karena telah memutuskan Arvin. aku mencintainya, aku menyayanginya, dan aku membutuhkannya.

Aku merindukan setiap perilaku manisnya, kecuali perilakunya yang begitu posesif.

Aku sakit saat melihatnya akrab dengan Tiara. Kenapa selama kami berpacaran, Arvin tidak pernah menceritakan sahabat kecilnya itu? Kenapa dia menyembunyikan semuanya?

Arvin terlihat sangat dekat dengan Tiara. Selain itu, Om Aji dan Tante Audy juga menyukainya.

Ah jelas saja. Tiara kan sahabat kecilnya Arvin. Sudah jelas mereka sudah mengenal Tiara sejak lama dibandingkan diriku.

"Sha, kamu makan siang di sini aja, ya?" ajak Tante Audy. Sebenarnya aku tidak enak jika menolak ajakan Tante Audy, lagipula aku juga tidak ingin melihat Arvin. menyebalkan.

"Ah, nggak usah, Tan. Sensha pulang aja," tolakku. Aku sangat canggung mengatakan semuanya. Aku takut melukai perasaan Tante Audy karena aku telah menolak permintaannya.

"Kamu tadi ke sini sama siapa?" tanya Om Aji.

"Sensha sama teman, Om. Tapi karena ada urusan, dia mampir ke rumah temannya dekat daerha sini."

"Kalau gitu kamu makan siang di sini aja, sambil urusan teman kamu selesai."

Lagi. Kini giliran Om Aji yang memintaku. Aku sedikit melirik ke arah Arvin. Tidak sedikit pun dia menoleh ke arah. Atau mungkin saja dia tidak menginginkanku ada di sini karena sudah ada Tiara.

"Gimana, ya, Om, Tan ...," kataku ragu. Sebenarnya aku juga tidak suka ada di posisi seperti ini. Aku tidak ingin menolak ajakan kedua orang tua Arvin, tapi aku juga tidak mau kehadiranku justru mengganggu kesenangan Arvin yang baru saja bertemu dengan sahabat masa kecilnya.

"Iya, Sha. Makan di sini aja, lagian kita belum banyak bicara. Aku pengen kenal dekat dengan kamu," ujar Tiara.

Untuk apa ia ingin kenal dekat denganku? Kalau ia ingin mencari informasi tentang Arvin, kenapa harus aku? Bukannya dia sudah tahu luar dalam sifat Arvin.

Perlu diingat kalau aku dan Arvin sudah tidak ada apa-apa lagi. Ingat itu. Bahkan aku menghindari pertemuan ini.

Belum sempat aku menjawab ajakan Tiara, tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku tahu itu bunyi pesan dari Rey.

Rey bilang kalau dia sudah ada di depan, dan dia menungguku.

Karena tidak mau merepotkan Rey yang sudah mengantarku, dan juga aku tidak mau bertemu terlalu lama dengan Arvin. mungkin ini alasan yang pas untuk kugunakan.

Aku pamit saja kalau gitu.

"Duh, maaf ya semuanya. Kayaknya temannya Sensha udah ada di depan nungguin Sensha." Aku pun langsung beranjak dari kursi. Tak sengaja pandanganku bertemu dengan mata Arvin yang hitam. Baru ini Arvin menatapku, setelah dari tadi mendiamkanku.

"Nama teman kamu siapa?" tanya Tante Audy.

Gawat. Kenapa Tante udy harus tanya sih, kalau kayak gini kan bakalan ketahuan aku pergi sama siapa.

Tapi ... kalaupun Arvin tahu, dia sudah tidak punya alasan untuk marah kepadaku. Dia tidak punya hak. Lagipula kalau dia bisa asyik dengan Tiara, kenapa aku tidak bisa pergi dengan Rey.

Posisi kita sama, kan? Aku juga menganggap Rey seperti temanku.

"Namana Rey, Tan. Tetangga baru di kompleks perumahan Sensha," jawabku. Setelah itu aku berpamitan.

Aku melihat raut kecewa dari Tante Audy. Ya, mau bagaimana lagi. Situasi dan kondisinya tidaj mendukung.

Aku tidak melihat bagaimana reaksi Arvin saat aku menyebut nama Rey. Ekspresinya sulit untuk dijelaskan. Bahkan setiap ekspresi atau tingkah laku yang Arvin keluarkan aku tidak bisa menebaknya.

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang