Arsensha 7 - Arvin Manja

63.3K 3.5K 20
                                    

Typo masih bertebaran seperti kenangan yang terus menghantui~~

*****

Ruangan ini, kamar Arvin. Sangat rapi, berbeda dengan kamarku. Arvin memang sangat telaten menata kamarnya.

Sekarang aku duduk di sofa, di samping Arvin. Dia masih setia memelukku, emm ... mungkin hanya merangkul. Karena sejak tadi dia terus menggenggam tanganku, dia tidak mau melepaskannya.

Tadi, secara tiba-tiba ia memelukku, saat aku sudah menyerah dengan membujuknya dan ingin pulang, dia malah memelukku dan memintaku jangan meninggalkannya.

Siapa suruh mengacuhkanku?

Dan dia memaksaku masuk ke dalam kamar, dan mengunci. Sementara tante Audy merasa senang karena aku sudah berani membujuk Arvin. Tapi kenapa aku yang jadi tumbalnya?

"Kamu apa-apaan sih?"

"Apa?" katanya.

"Kamu mogok makan, kamu gak mau keluar kamar. Kamu tau gak udah bikin mama kamu khawatir." Aku terus berusaha melepaskan rangkulan Arvin. Tapi Arvin malah merangkulku makin erat.

Dia sama sekali tidak membalas percakapanku. Dia masih nyaman berada di sampingku dan tidak menjawab pertanyaanku.

"Arv, aku serius. Aku ngomong sama kamu." Aku makin dibuatnya kesal.

"Aku mau kita kayak gini terus," katanya sambil menatap mataku. Ada tatapan kerinduan di sana.

Arvin kenapa?

"Maksud kamu?" tanyaku.

"Aku mau kamu selalu ada di samping aku, sama seperti ini. Aku gak mau jauh dari kamu, aku mau kamu di dekatku terus. Jangan pergi dan tinggalin aku, Sha," kata Arvin memelukku erat. Entah dia kenapa. Kurasakan ada cairan yang mengalur di bahuku.

Apa Arvin menangis?

Aku melonggarkan pelukannya, mencoba melepaskan pelukan Arvin padaku secara perlahan. Kulihat matanya mengeluarkan air mata. Benar, dia menangis.

Aku menangkup pipinya, menghapus tiap tetesan air mata yang mengalir.

Apa karena penolakanku tadi malam Arvin jadi seperti ini?

"Kamu kenapa?"

"Aku mau kita tunangan," katanya. Aku bingung akan menjawab apa. Ini perminataan Arvin yang sulit kukabulkan. Di samping itu, sepertinya bunda juga memaksaku untuk tetap menjalin hubungan dengan Arvin, dan juga tante Audy yang sangat menyayangi dan menaruh harapan padaku agar bisa selalu di samping Arvin.

"Kita bahas masalah itu nanti aja, ya? Kamu belum makan, kan?" tanyaku padanya. Sementara Arvin hanya mengangguk.

"Ya udah, aku ke bawah dulu. Aku ambilin makanan untuk kamu," kataku berusaha menjauh darinya. Tapi belum sempat aku berdiri, Arvin langsung menarik tanganku.

"Jangan pergi, aku bisa makan nanti. Aku mau sama kamu dulu." Arvin memohon. Aduh, bagaimana ini, tadi tante Audy memintaku agar Arvin disuruh makan. Aku harus mencari cara agar Arvin bisa makan, setidaknya aku bisa meninggalkan rumah ini dalam keadaan Arvin yang sudah mau makan.

"Aku gak akan pergi dari sini, tapi dengan satu syarat," kataku.

"Apa?"

"Kamu harus makan."

"Oke, tapi kamu jangan pergi dari sini," katanya.

Akhirnya Arvin mengangguk. Huft, untung Arvin menyetujui syaratku.

Aku segera melangkah menuju pintu keluar, berniat untuk menyiapkan makan untuk Arvin. Tapi saat kubuka pintunya, aku baru sadar kalau pintunya terkunci.

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang