Bagian 19 : Joan Rein

38.8K 1.9K 114
                                    

Joan diikuti Selim dan Marina di belakangnya menaiki tangga perlahan-lahan.

Joan segera bersiaga dengan senapannya namun lorong lantai dua aman. Ia bersama Selim dan Marina memeriksa setiap kamar dan ruangan yang ada di lantai dua. Namun mereka tak menemukan tanda-tanda keberadaan dedemit itu.

Terakhir, mereka memeriksa kamar Marina.

"Wow, monster itu yang melakukannya?" tanya Selim seraya menunjuk pintu kamar Marina yang rusak.

"Iya. A-apa... Dia masih ada di sini?" Marina takut untuk memasuki kamarnya.

Joan dan Selim memasuki kamar dan mulai memeriksa. Mereka memeriksa bawah kasur, keluar jendela, lalu lemari baju.

Joan berjaga dengan senapannya sementara Selim yang membuka pintu lemari.

Pintu lemari dibuka, Joan segera memeriksa dengan mengacungkan senapan ke depan. Tidak ada apa-apa.

"Kemarilah, Nona. Situasi aman." kata Joan. Marina menghampirinya.

"Tapi... Sepertinya... Mereka ada dua? Kenapa saat saya membuka pintu keluar, Genderuwo itu ada di luar? Pintunya kan dikunci? Padahal sebelumnya dia ada di dalam." Marina tak habis fikir.

"Sekarang, coba pikirkan baik-baik, pintu dikunci, lalu bagaimana Genderuwo lainnya masuk?" Joan balik bertanya.

Marina menggeleng tak tahu.

"Karena dia hantu. Dia bisa muncul begitu saja dimanapun." terang Joan.

"Ooh... Begitu ya...?" Marina tersenyum malu. Senyum yang anggun. Selim turut tersenyum melihatnya.

"Setahuku, kedatangan Genderuwo seperti ini biasanya datang sendiri atau didatangkan oleh orang." ungkap Joan.

"Tapi... Di desa ini memang sudah sering terjadi penculikan wanita oleh Genderuwo." tutur Marina.

Joan dan Selim mengkerutkan kening.

"Lalu kenapa kalian tidak menghubungi kami dari pihak kepolisian?" tanya Selim.

"Pernah. Warga pernah ada yang menelpon polisi. Tapi percuma, polisi yang melakukan penyelidikan dan mencari Genderuwo itu ke hutan, mereka semua berakhir dengan kematian yang menggenaskan. Sejak itulah para warga di sini tidak lagi menghubungi polisi. Kami memutuskan untuk meminta perlindungan dari para pendekar. Hanya saja saya tidak punya nomor telepon satupun pendekar. Saya hanya hafal nomor telepon polisi." papar Marina.

Joan dan Selim menggut-manggut.

"Saya juga tidak menyangka Mas Joan dan Mas Selim bisa selamat dari Genderuwo itu. Kalian hebat. Saya pikir kalian bukan polisi biasa." papar Marina.

"Kami hanya polisi biasa. Masih perwira tingkat bawah. Ini semua adalah pertolongan Allah untuk kita." kata Joan.

Marina tersenyum lalu mengangguk. "Alhamdulillah."

"Tapi apakah ada yang bermasalah denganmu sebelum kejadian ini?" tanya Selim

Marina tampak berfikir beberapa saat. "Ya, ada seorang pria yang pernah mengganggu saya dua hari kemarin."

"Apa kamu mengenalnya?" tanya Selim lagi.

"Namanya Jeff. Dia pernah ke desa ini untuk membeli Genderuwo."

"Gotcha! Kita mendapat petunjuk penting." ujar Selim.

"Kalau begitu, sekarang lebih baik kamu hubungi orang tua kamu." kata Joan.

"Emm... Tapi... Kasihan kakek dan nenek saya bila ditinggal oleh Ayah dan Ibu. Kakek sedang sakit. Nenek juga punya penyakit jantung. Saya khawatir pada Kakek dan Nenek bila mereka mendengar tentang kejadian yang menimpa saya. Jadi... Lebih baik saya menunggu Ayah dan Ibu pulang besok pagi." jelas Marina.

My Lovely GenderuwoWhere stories live. Discover now