Bagian 25 : Aku ada untukmu (18+)

39.7K 1.6K 147
                                    

Nara menatap ngeri pada perangai Bima yang seperti kelaparan begitu menatap tubuhnya. Kurang ajar!

"Lepaskan tanganmu, Tuan. Aku hanya menari, bukan untuk melakukan hal senonoh." Kata Nara.

"Hahahaha.... Kau akan kulepaskan setelah kau memuaskanku, Nona!" Seru Bima.

Nara mencoba merontakan tangannya sekuat tenaga. Namun percuma, tenaganya tak berarti apa-apa bagi Bima.

Bima mendekatkan tubuh Nara secara paksa ke dekat tubuhnya. Bibirnya mengintai.

"Hentikan, Bima!" Seru Murkala.

Bima menghentikan aksinya. Ia lalu menoleh dan menatap Murkala. "Ini waktunya bersenang-senang, Tuan."

Murkala menggeleng keras. "Kalau untuk bersenang-senang lebih baik cari wanita lain. Sepertinya wanita ini tidak mau. Jangan paksa dia. Jagalah wibawamu sebagai Panglima baru benteng Kalang!" Seru Murkala tegas.

Bima mematung. Semua Genderuwo di tempat itu memperhatikannya. Brengsek! Dia telah mempermalukanku! Aku akan segera membunuhmu, Murkala! Rutuknya dalam hati. Ia lalu melepaskan lengan Nara.

Murkala berjalan mendekati Nara.

Nara terkesima memandang sosok besar yang berwibawa itu. Murkala berdiri tepat di hadapannya.

"Namamu Nara, kan?" Tanya Murkala.

"Priscanara, Tuan." Jelas Nara.

"Priscanara... Aku merasakan aura Ratu Selatan pada dirimu." Ungkap Murkala seraya memperhatikan Nara.

Nara tersenyum.

"Jadi kau kemari hanya untuk menari?" Tanya Murkala lagi.

"Emmm... Ya! Bunda Ratu bilang aku harus mengunjungi kerajaan-kerajaan dedemit yang ada di belantara hutan ini." bual Nara.

Murkala manggut-manggut. Ia mengeluarkan segenggam koin emas dari kantung baju zirahnya, lalu mengasongkannya pada Nara.

Nara tergugup. Ia menerima koin-koin itu dengan ragu.

"Itu sebagai hadiah karena anak Ratu Selatan bersedia menghibur kami para Genderuwo." Tutur Murkala.

Nara tersenyum. Ternyata Murkala tak seperti yang dibicarakan orang-orang. Dia baik dan bijak. Ungkapnya dalam hati.

"Terimakasih, Tuan. Saya pamit." Ucap Nara.

Murkala mengangguk. "Hati-hati di jalan."

Nara tersenyum lalu mengangguk.

"TUNGGU!" seru Bashar saat Nara berjalan menuju pintu keluar.

Deg! Jantung Nara berdegup kencang. Gawat! Ringisnya dalam hati.

"Para penjaga! Periksa ruang penjara! Lihat apakah ada tahanan yang hilang!" Seru Bashar pada para pengawal.

Nara mematung dalam kekalutan. Gawat! Tamat sudah riwayatku...

Setelah beberapa menit dalam ketegangan, para penjaga kembali.

"Semua tahanan masih di tempatnya, Tuan." Lapor salah satu penjaga.

"Lalu Mbah Ireng?" Tanya Bashar.

"Aman. Dia ada di sel-nya."

Nara menghela nafas lega.

"Maaf sudah mencurigaimu, Nona. Silahkan!" Ucap Bashar seraya menunjuk pintu keluar.

Nara tersenyum kemudian melanjutkan langkahnya.

My Lovely GenderuwoWhere stories live. Discover now